Rachel Platten--Better Place
I'll tell the world, I'll sing a song
It's a better place since you came along
Since you came along
Your touch is sunlight through the trees
Your kisses are the ocean breeze
Everything's alright when you're with meAnd I hold my favorite thing
I hold the love that you bring
But it feels like I've opened my eyes again
And the colors are golden and bright again
There's a song in my heart, I feel like I belong
It's a better place since you came alongAqilla berdiri di halte bus dengan sabar sambil mendengarkan lagu yang akhir-akhir ini sangat disukainya. Entah mengapa hatinya terasa begitu ceria belakangan ini.
TINN
Suara klakson membuat Aqillla mengangkat kepalanya. Dia mendapati Fariel sedang menatapnya dari atas motor ninjanya.
"Lo mau pulang?" tanya Fariel.
Aqilla menoleh ke kanan dan kiri. Tak ada siapapun di sana kecuali dirinya. "Nggak, gue mau kerja," jawab Aqilla.
"Dimana?" tanya Fariel lagi.
"Warnet Srijaya." Aqilla kembali fokus pada ponselnya.
"Ayo, gue anterin. Gue juga mau ke sana." Fariel menatap Aqilla intens.
"Hah? Nggak us—"
"Gue nggak nerima penolakan," ujar Fariel sebelum Aqilla menyelesaikan perkataannya.
Aqilla berdiri dengan kesal. Dia mendekati motor Fariel dengan kaki yang sengaja dihentakkan. Ia tahu betul, hanya buang-buang tenaga berdebat dengan pemuda itu dan akhirnya pun dia pasti tetap kalah. Sedangkan Fariel hanya tersenyum di balik helm-nya.
Fariel memberikan satu helm lagi pada Aqilla. Dia menunggu dengan sabar sampai Aqilla naik ke motornya.
"Sudah," ujar Aqilla setengah hati.
Fariel segera melajukan motornya, membawa mereka berdua ke tujuannya.
Mereka hanya diam di perjalanan. Tak ada yang memulai percakapan sampai akhirnya Fariel bertanya, "Kenapa lo kerja sampingan?"
"Buat nambah uang jajan." Setelah itu semua kembali hening. Mereka hanya menikmati perjalanan itu dalam diam. Atau lebih tepatnya sama-sama bingung mencari topic pembicaraan.
Fariel pun merasa begitu frustasi, dia sudah sering berbicara dengan anak perempuan. Menggoda mereka, bermain, atau hanya sekedar mengusili. Tapi dengan Aqilla, yang bisa dia lakukan hanya satu; DIAM.
Bosan dengan keheningan ini, Fariel memutar otak mencari topic pembicaraan, "La, lo suka main game nggak?"
"Iya suka." Memang perempuan itu tidak tahu bagaimana sulitnya mencari bahan untuk dibicarakan. Salah satunya Aqilla.
"Game apa?" Fariel kembali membuka pembicaraan.
"FPS." Lagi, jawaban singkat lagi. Fariel merasa dia begitu menyedihkan saat berbicara dengan Aqilla. Aqilla bersikap begitu dingin padanya.
"Gue juga suka FPS," ujar Fariel.
"Oh." Kalau saja saat ini Fariel tidak sedang mengendarai motor, dia pasti sudah menepuk dahinya karena kesal.
"La, makan batu yok." Pasrah, begitu sulitnya mencari topik pembicaraan saat kau berada di dekat seseorang yang mampu membuatmu gugup. Apalagi untuk seorang Fariel. Biasanya dia lah yang selalu membuat lawan bicaranya gugup, tapi Aqilla berbeda. Kali ini, Fariellah yang gugup, bahkan frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life: Yours Vs Mine
Teen Fiction"I am a hard person to love. But when I love, I love really hard." - Alfariel Adhyastha Anindito Aqilla memandang Fariel sebagai sosok yang begitu dia benci. Nakal, merokok, pembuat onar, dan banyak lainnya. Menurut Aqilla, Fariel adalah manusia...