Aqilla memegang kepalanya, menahan denyutan di kepalanya. Fariel berdiri dan mendekati gadis itu, "Sakit kan, makanya jangan nakal," ujar Fariel sambil menyentuh lembut tangan Aqilla yang memegang kepalanya.
DEG
Entah kenapa jantung Aqilla berdegup dua kali lebih cepat. Aqilla lalu menundukkan kepalanya, enggan melihat Fariel. Jantungnya terasa akan keluar saat pemuda itu bersikap manis padanya. Padahal dia tahu betul, bahwa itu hanya sekedar rasa kasihan dan tanggung jawab Fariel. Tidak lebih.
~~~
Fariel menatap gadis di hadapannya dengan bingung. Tadi dia terlihat begitu kesal dan penuh kebencian, di detik selanjutnya, gadis itu berubah jadi begitu pendiam.
Fariel menatap Aqilla tajam, seolah Aqilla baru saja mengeluarkan ekor. "Jangan berwajah murung!" perintah Fariel.
"Hah?" Aqilla mengangkat kepalanya, menatap Fariel bingung.
"Gue nggak suka ngeliat lo murung," jawab Fariel acuh. Lalu dia kembali ke tempat duduknya.
Aqilla menatap pemuda itu tak senang. Benar-benar bossy. 'Jangan begini, jangan begitu, memang dia pikir dia itu siapa,' kurang lebih begitulah yang ada di pikiran Aqilla saat ini.
Cukup lama mereka diam, menenggelamkan diri dalam kecanggungan. Sampai akhirnya Aqilla membuka suara, "Siapa mereka tadi?" tanyanya pada Fariel.
"Siapa?" bukannya menjawab, pemuda itu malah balik bertanya. Sebenarnya Fariel tahu apa maksud pertanyaan Aqilla, dia hanya mencoba menggoda gadis itu. Dia senang saat gadis itu berteriak marah padanya.
Entah kenapa Fariel tak pernah merasa bosan saat beradu argumen dengan gadis mungil itu. Wajah kesal dan cemberutnya seolah jadi hiburan tersendiri bagi Fariel. Ini bukan kali pertama bagi Fariel berdekatan dengan perempuan, tapi Fariel sangat yakin, ini adalah kali pertama dia merasa nyaman di dekat perempuan.
Aqilla berbeda dari gadis pada umumnya, yang mendekati dia karena Fariel adalah cowok super tampan dan juga kaya. Untuk pertama kalinya, Fariel merasa, dia bisa bersikap begitu normal, hati, sikap, dan pikirannya selaras. Bukan bersikap manis di depan, tapi mengumpat di belakang, seperti yang selama ini dia lakukan saat ada perempuan-perempuan yang mendekatinya.
Sekali lagi Fariel memuji Aqilla, Aqilla seolah mampu mencairkan dinding es yang selama ini mengekang Fariel.
"Lo keluar aja deh. Bukannnya sembuh gue malah cepet mati kalo ngomong sama lo." Aqilla berujar dengan senyum manis merekah di bibirnya. Dengan beberapa kata sarkas mencoba meghentikan perdebatan yang sepertinya akan segera terjadi.
"Yee malah ngusir. Entar kalo gue pergi lo nangis di pojokan." Fariel menjawab dengan manis juga. Fariel berdiri dengan gestur perlahan dan berkata, "Lo tau nggak, katanya sering ada penampakan loh di rumah sakit ini."
Aqilla menatap Fariel dengan sorot mata yang menunjukkan ketakutan, Sedangkan Fariel tersenyum, 'Tepat sasaran,' batinnya.
Saat Fariel hendak berjalan keluar, Aqilla meraih lengan pemuda itu. Dengan wajah tertunduk dia berkata, "Gu-gue takut. Jangan pergi." Aqilla mengucapkannya dengan pelan, tapi masih bisa di dengar dengan jelas oleh Fariel.
Fariel dapat merasakan hangat tangan Aqilla yang menyentuhnya. Hal yang membuat Fariel heran adalah, dia tak menyentak tangan Aqilla. Fariel sangan membenci skin ship, tak peduli dengan siapapun itu. Tapi sekarang ia malah begitu terpana dengan hangat tangan Aqilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life: Yours Vs Mine
Teen Fiction"I am a hard person to love. But when I love, I love really hard." - Alfariel Adhyastha Anindito Aqilla memandang Fariel sebagai sosok yang begitu dia benci. Nakal, merokok, pembuat onar, dan banyak lainnya. Menurut Aqilla, Fariel adalah manusia...