Part 19 [Bagian 1]

1.1K 25 0
                                    

Entah berapa lama (Namakamu) berlari menembus gelapnya malam, menerobos ranting dan rerumputan liar, bahkan ia tidak menghiraukan lagi suara binatang yang mengaung memecah keheningan.

(Namakamu) terus berlari, namun sialnya kaki (Namakamu) tersandung pohon yang tumbang dan tubuhnya tersungkur ke tanah lembab, hingga telapak tangan (Namakamu) terluka oleh duri ranting.

(Namakamu) menangis tersendu, ingin rasanya tubuh ini mencoba bangkit namun kakinya terkilir membuat ia merasakan sakit yang sangat luar biasa.

(Namakamu) berusaha menyeret tubuhnya sekuat tenaga, menahan rasa sakit yang luar biasa. Namun semuanya sudah terlambat saat seseorang tiba-tiba saja mencengkram bahunya.

"Kamu gak akan bisa lari lagi dari aku sayang. Kemarilah, kita nikmati malam ini bersama-sama."

(Namakamu) melihat ke belakang menatap sosok pria yang sudah menyekap dan menyiksa dirinya seharian penuh ini. Tubuhnya gemetar, ini kesekian kalinya (Namakamu) gagal dalam pelariannya dan ia tidak bisa membayangkan hukuman apa lagi yang akan di berikan kepadanya.

Tubuh (Namakamu) diangkat oleh pria itu dan di letakan di atas bahu bidangnya, berkali-kali pria itu memukul bokong (Namakamu) lalu meremasnya.

"Kamu memang nakal (Namakamu), kamu harus di hukum." Katanya serak dan menyeramkan.

Kakinya melangkah lebar membawa wanita malang itu kembali ke tempat dimana ia di sekap dan di jadikan sebagai budak seks pria itu.

Ia diam tanpa kata tidak banyak yang bisa diperbuat oleh (Namakamu), hanya airmata yang terus menerus berderai mengaliri setiap inci lekukan wajah cantiknya. Semuanya sudah hancur, sirna seakan dunia ini tidak mampu lagi menerima kehadirannya, ia terlalu rapuh dan sakit untuk menghadapi semua kenyataan pahit yang harus ia alami.

Dengan cepat pria itu membawa tubuh mungil (Namakamu) ke dalam mobilnya, sebelum ada yang melihat dirinya dan (Namakamu) berdua di jalan sepi seperti ini.

Tanpa memberontak kini (Namakamu) hanya bisa terdiam dan memasrahkan seluruh tubuhnya di siksa dan diperlakukan layaknya binatang kembali. Ia di jadikan sebagai budak seks oleh pria yang tidak bertanggung jawab-Alwan selama seharian penuh ini mulai dari pagi hingga malam menjelang seperti ini.

Ya, pria itu adalah Alwan. Alwan sudah memperlakukan (Namakamu) layaknya seorang wanita murahan yang siap dipakai kapan saja ia mau, tubuh polos (Namakamu) kini penuh dengan luka memar bekas cambukan serta pukulan keras yang Alwan layangkan tadi. Tidak hanya itu kini sekujur tubuh (Namakamu) juga dipenuhi oleh memar kebiruan yang disebabkan oleh ulah bibir nakal Alwan yang memberi tanda jika tubuh (Namakamu) kini sudah seutuhnya menjadi milik Alwan.

(Namakamu) menangis sejadi-jadinya, ia meronta, menjerit, meminta pertolongan siapa saja yang mampu memberinya pertolongan. Namun tidak ada satupun orang yang mampu menolongnya saat ini, bayangan-bayangan kelam saat lima tahun yang lalu itu kembali melintas di otak (Namakamu) menyisakan luka dan trauma yang mendalam baginya. Tidak ada yang bisa (Namakamu) lakukan sekarang selain berdoa dan meminta pertolongan dari Tuhan.

Ia berharap semoga Tuhan mengirimkannya satu saja malaikat penolong yang mau menolongnya saat ini juga.

'Tuhan, mengapa rasanya begitu sakit? Apa salah dan dosaku sehingga aku bisa mengenal pria bejat itu? Tolong aku Tuhan, bantu aku.. Aku mohon!! Aku sudah tidak tahan dengan semua perbuatannya terhadapku, aku tidak mau lagi mengandung anak darinya untuk yang kedua kalinya. Cukup sekali saja Tuhan! Aku mohon.' Batin (Namakamu) menjerit, ia mencoba meluapkan semuanya kepada Tuhan di dalam hatinya.

Semuanya seakan sirna, semua harapan dan impian (Namakamu). Mengapa semuanya terasa begitu menyakitkan dan memilukan? Padahal niat awal (Namakamu) menemui Alwan adalah untuk memenuhi janjinya kepada Kiara, bahwa ia akan membawa Alwan untuk bertemu dengan putri kecilnya yang saat ini sedang terbaring lemah.

She Is My DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang