Mata itu masih terpejam namun kali ini mata itu terpejam karena efek obat bius yang diberikan oleh dokter. Berbagai macam selang masih setia menempel di tubuh tak berdayanya, (Namakamu) kini sudah terlelap nyenyak merajut mimpi-mimpi indahnya. Dokter mengatakan bahwa (Namakamu) harus di berikan obat bius agar ia bisa terlelap dengan begitu kondisi (Namakamu) bisa segera membaik.
Ruangan berwarna putih ini terlihat sangat sepi hanya ada (Namakamu) di ruangan ini, Iqbaal sudah pulang ke rumah untuk melihat keadaan Kiara dan mengambil beberapa pakaian (Namakamu).
Pintu ruangan itu perlahan mulai terbuka, seorang wanita berpakaian serba putih khas suster dengan masker menempel di wajahnya muncul dari balik pintu. Tangannya membawa nampan berisi obat-obatan serta sebuah jarum suntikan. Dari balik maskernya wanita itu mengulas senyuman tajam, tangannya menaruh nampan itu ke atas meja lalu ia mengambil jarum suntik yang memang sudah ia persiapkan.
Wanita itu memasukan sebuah obat kedalam jarum suntikan yang ada di tangannya, entah obat apa yang wanita tersebut masukan ke dalam jarum suntik itu namun yang pasti wanita itu semakin menyeringai.
Perlahan-lahan namun pasti wanita itu mulai melangkah mendekati tempat tidur (Namakamu) dengan tangan kanan yang menggenggam jarum suntik, setelah sampai di samping tempat tidur (Namakamu) wanita itu menatap tajam ke arah (Namakamu) dan tangan kanannya mulai terangkat mengacungkan jarum suntik itu ke arah tangan (Namakamu) dan siap menancapkannya disana.
"Mati kamu!" Wanita itu berseru sembari menyeringai kejam dan..
"Mppphhhfffff...."
***
Alwan menatap bunga yang berada di genggamannya saat ini, apakah perbuatannya ini benar? Ia yang sudah menyebabkan (Namakamu) menjadi seperti sekarang ini, tetapi sejujurnya Alwan sangatlah mencintai (Namakamu).
Apakah pantas Alwan datang untuk menjenguk (Namakamu)?
Apakah pantas Alwan mencintai wanita polos dan baik seperti (Namakamu)? Sementara dirinya pria yang sangat keji dan kotor.
Alwan tersadar dari lamunannya saat melihat sebuah mobil SUV berwarna hitam melintas di depan mobilnya yang terparkir sempurna, Alwan yakin jika itu adalah mobil milik Iqbaal. Iqbaal baru saja meninggalkan rumah sakit, tanpa pikir panjang Alwan segera melepas sabuk pengaman yang melekat di tubuhnya, dan segera keluar dari dalam mobil Avanza silver miliknya.
Alwan melangkah dengan pasti memasuki gedung yang kental dengan warna putih ini. Jari kekarnya menekan tombol tanda panah di dekat pintu lift, menunggunya beberapa menit hingga pintu lift itu terbuka, dan kemudian kedua kakinya melangkah masuk kedalamnya dan menekan tombol angka empat.
Alwan menunggu di dalam lift dengan sangat gusar, pikirannya kacau, semua perasaan bercampur aduk menjadi satu. Di lain sisi Ia merasa bersalah sudah membuat (Namakamu) menjadi seperti ini, tetapi jauh di dasar hatinya yang paling dalam Ia sebenarnya mencintai (Namakamu). Alwan menatap sekali lagi serangkaian bunga yang ada di dalam genggamannya. Apakah (Namakamu) masih mau bertemu dengannya nanti setelah (Namakamu) tersadar dari komanya? Apakah (Namakamu) akan lebih lagi membenci dirinya? Entahlah. Beberapa pertanyaan itu terlintas di benak Alwan sekarang.
Tanpa terasa lantai satu, dua, dan tiga sudah terlampaui, dan kini sampailah mesin lift pada lantai empat dan berhenti tanda jika Alwan sudah sampai di lantai yang ingin ditujunya. Pintu lift terbuka dan Alwan dengan cepat segera melangkahkan kedua kakinya keluar dari dalam lift tersebut. Ia melihat ke kanan dan ke kiri, memutar pandangannya ke sekeliling. Sepi dan penerangan sedikit redup. Itulah yang menggambarkan suasana di lorong lantai empat ini. Alwan terlihat kebingungan, Ia lupa bahwa rumah sakit ini sangatlah besar dan mewah bahkan di lantai empat sendiri mempunyai beberapa lorong berbeda. Ia tidak tahu dimana letak ruangan ICU tempat (Namakamu) di rawat sekarang, dan ini sudah hampir jam 9 malam yang artinya rumah sakit sudah mulai menyepi dan rata-rata seluruh pasien di rumah sakit ini sudah tertidur pulas. Alwan melihat sekali lagi sekelilingnya dan kedua bola mata hitamnya melihat sesuatu yang berada di ujung lorong sana, terlihat sebuah meja panjang yang diatasnya terdapat tulisan 'Receptionist' dan terdapat beberapa suster sedang sibuk dengan komputer mereka masing-masing di balik meja tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is My Daughter
RomansaBerawal dari sebuah incident yang membuat (Namakamu) hamil dan melahirkan seorang bayi perempuan. (Namakamu) tidak sanggup merawat anak itu sendirian sehingga ia menitipkan anaknya pada seorang pria yang mau menerima bayinya dengan baik. Kini setela...