You are My Destiny - 7

280 11 0
                                    

Sudah seminggu semenjak kejadian hujan-hujanan dan kejadian saat dirinya meminta solusi pada Ica  waktu itu. Selama seminggu itu pula Rafka jadi dekat dengannya, bahkan keluarganya. Walaupun terkadang kedua abangnya itu masih protektif sama Fara, tapi yah mau bagaimana lagi namanya juga abang. Rafka sudah dekat sekali dengan bundanya itu, terkadang bundanya itu akan menggodanya dengan bertanya beberapa pertanyaan yang membuat Fara malas mendengarnya, kapan jadiannya? Masa friendzone sih? Kapan resminya? Haduh bunda gak sabar gendong cucu. Bundanya itu memang narsis banget. Kalau udah lihat Fara jalan sama cowok lain pasti begini deh, keponya itu loh, gak ketulungan. Sekarang Fara dan Rafka gak malu lagi kalau jalan berdua, pegangan tangan berdua, walaupun hal itu yang membuat jantung kedua nya seperti sedang main kompang.

Sekarang Fara udah nyaman sama Rafka, dia juga sering cerita tentang pekerjaannya begitu juga Rafka. Mereka seperti saling menemukan tempat mereka untuk bercerita. Ini pertama kalinya Fara merasakan nyaman berada di samping cowok selama lebih dari 5 tahun. Ia memang bukan tipe cewek yang gampang punya pacar terus gonta ganti pacar, coba deh pikirin gak ada yang perlu dibanggain dari sana. Cewek dengan mantannya yang udah baris dimasa lalu kayak panjangnya antrian ibu-ibu beli minyak tanah? Apa kata orang coba?

Secara materi seharusnya mereka berdua udah saling tau tentang perasaannya masing-masing, gak perlu lagi keluar ucapan dari masing-masing mulut untuk bilang aku suka kamu, aku cinta kamu, kamu mau gak jadi pacar aku?  Sebenernya Rafka dan Fara juga gak harus peduliin masalah itu, karna umur mereka yang udah terbilang dewasa. Tapi itu secara materi bro, kalau secara tindakan Fara juga butuh kepastian, dia butuh itu, semua cewek kalau udah dikasih perhatian itu pasti butuh kepastian, gimana coba kalau cowoknya cuman PHP-in dia? Cuman anggap kita itu sebagai temen atau adiknya? Kan nyesek.

^^^^^^^^^

Fara bersenandung sambil menghentak-hentakkan kakinya diruangan latihan dance tempatnya belajar. Ia menghadap kaca besar yang selalu menjadi teman nya saat latihan. Kurang dari 2 minggu lagi ia akan ke Malaysia untuk lomba. Sebenernya ini bukan kali pertama Fara mengikuti perlombaan tingkat Internasional seperti ini. Terakhir kali ia pergi ke Singapur dan hasilnya lumayan, enggak terlalu menyedihkan.

Lagu Jumpshot-Dawin menggema diruangan besar itu.Tidak heran lagi dimana Fara bisa mendapatkan bentuk badan yang proporsional di usianya sekarang, dance yang seperti ini cukup dianggap sebagai olahraga pengganti bagi Fara. Gadis itu hanya sendiri disini. Biasanya memang dia akan latihan bersama dengan teman-temannya yang lainnya. Tapi hari ini, coach nya memberi waktu baginya untuk latihan. Yah, dance yang akan ia tampilkan nanti adalah gerakan yang dia buat sendiri, bukan karena coachnya disini tidak mau mengajarkannya. Tapi ini asalah permintaan fara, menurutnya grrakan yang dicipyakan sendiri itu lebih keren, lebih mudah dihafal.

Gadis itu masih menggerakkan badannya, lagu ini cocok sekali dengan badannya yang seperti kurcaci, dan lentur. Entah sudah berapa lama gadis itu menggerakkan tubuhnya, hingga seorang wanita masuk keruangannnya sambil membawa handuk dan sebotol air mineral.

“ Far, stop dulu lah. Kamu kalau lagi dance gak pernah mikirin badan kamu” ucap wanita itu.

“ Ehh coach,,” Fara berdiri, menghadap coach Marini, pelatih yang menjadi pelatihnya selama  fara ada disini. Coach Marini ini cantik, tubuhnya bagus, ideal karena dia juga suka sekali dance. Fara sering manggilnya dengan nama Coach Ririn.Fara deket banget sama coach Ririn, karena selama 3 tahun dia ada di studio ini memang lah ada campur tangan coach Ririn, yang membuatnya bisa keliling dunia sebanyak 5 kali.

“ Jadi gimana? Gerakannya udah jadi?” tanya coach Ririn sambil menyodorkan handuk dan air mineral yang ia bawa tadi.

“ Belum terlalu sih coach, lagi diulang-ulang” jawab Fara. Yah, dia juga baru memikirkan gerakannya, belum tau besok-besok ia masih ingat atau tidak.
Fara duduk menghadap kaca meluruskan kakinya. Peluhnya membanjiri keningnya, rambutnya yang di ikat kuda sudah mulai berantakan, rambut-rambut nakal disisi keningnya keluar.
Lama berbincang dengan Coach Marini, hape Fara bergetar.

Rafka Adipurnama :
Fara? Dimana? Aku udah didepan.

Fara tersenyum, memang saat dirinya akan latihan dance disini, Rafka akan menjemputnya setiap sore saat Rafka baru pulang dari kantornya.

Rafka Adipurnama, nama yang selalu dikenalnya. Cowok yang tidak sengaja dikenalnya ketika berada di bank tempat Ica bekerja. Yang membuatnya hampir melupakan cerita masa lalunya. Cowok yang selama satu minggu lebih dekat  dengannya selain abang kembarnya. Sedikit banyak Fara tau tentang Rafka.

Dia adalah anak pertama dari dua bersaudara, dia memiliki adik perempuan yang masih kuliah. Dia hanya hinggal berdua dengan adiknya di jakarta. Orang tua mereka sudah meninggal 8 tahun lalu, mereka sudah menjadi anak yatim-piatu. Segelah rafka lulus kuliah Rafka dan adiknya pindah untuk mencari pekerjaan Rafka tidak mungkin terus-terusan berada di rumah paman dan bibinya untuk sekedar makan atau tidur. Ia juga harus bekerja untuk dirinya dan juga adiknya.

Hingga sekarang Rafka berhasil menjadi CSO tempat dirinya bekerja saat ini. Belum lama memang dia bekerja disana baru 3 tahun. Tapi, pensapatannya memang cukup untuk biaya kuliah adiknya dan juga untuk makan. Semuanya udah terpenuhi. Fara sadar, dia lebih beruntung daripada Rafka. Dia beruntung dilahirkan dengan adanya seorang ibu disisinya, tapi Rafka? Rafka udah yatim-piatu dia gak bisa merasakan kasih sayang orang tuanya.

Fara Wesly Widjaatmaja :
Okey aku keluar. Bentar Ka, baru selesai.

Fara bangkit, ia izin untuk pulang. Sebenernya Fara sudah capek, udah lengket banget,dia butuh mandi. Fara keluar ruang latihannya, tangannya membawa jaket dam air mineral, ia menuapukan pandangannya keseluruh tempat parkir, hingga ia berhasil mendapati seseorang yang sedang terduduk di atas CBR berwarna putih-merah. Cowok itu memakai helm fullface dan jaket.

“ Ka? Udah lama? Sori ya?” tanya Fara sambil memakai jaketnya.

“ Ahh enggak kok, baru sampai juga” jawab Rafka.

“ Mau langsung pulang?” tanya Rafka ketika Fara sudah berada diatas motor.

“ Enggak ahh, aku mau ke supermarket dulu Ka, mau beli cemilan “ ucap Fara.

“ Oh, okey”

Mereka keluar dari tempat latihan Fara. Dan melenggang menuju salah satu supermarket terkedat di sekitar tempat latihan Fara.

Fara berjalan sendirian sambil mendorong trolly, Rafka memang tak masuk kesini tadi, karna ia harus sholat maghrib. Fara memang lagi gak bisa sholat jadinya ia saja yang belanja.
Fara sedari tadi asik berputar putar dari bilik yang satu ke bilik lainnya yang ada di bagian snack. Sebenernya dia udah mendapatkan semua yang dia inginkan. Ia hanya ingin memanjakan dirinya melihat-lihat. Yahh begitulah kalau dia udah disuruh belanja udah semuanya diambil kadang-kadang kebiasaan anehnya itu muncul lagi. Berlama-lama. Oke, Fara udah capek. Dia mulai mendorong trollynya ke arah kasir. Ia menyapukan pandangannya ke seluruh bagian supermarket ini sambil menunggu antrian. Fara menangkap sosok seorang cowok yang sangat dikenalnya. Yahh,, cowok itu, cowok yang sudah membuat 5 tahunnya dipenuhi warna hitam. Gelap. Ia seperti tak menemukan dunianya selama 5 tahun ini. Cowok itu yaang membuat rasa sakit hati yang sudah dangat besar di hati Fara. Cowok yang mamlu membuatnya menjadi Fara dengan sosok yang berbeda seratus delapan puluh derajat. Fara yang periang berubah menjadi Fara yang dingin,curk,dan egois.Cowok itu, yah dia orangnya,cinta pertama Fara....

Dewa Kurniawan.

You are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang