04 • Marah

340 82 64
                                    

"Love is not how we forget, but how we forgive. Love is not what we see, but what we understand. And love is not what we hear, but what we feel."

-Anonymous


Sore ini, seluruh anggota OSIS SMA Model diperintahkan Ferro—selaku ketua OSIS—untuk berkumpul di sekolah. Mereka akan rapat di sekolah, tepatnya di ruang OSIS. Alasan Ferro mengadakan rapat sore karena ingin anggota-anggota nya dapat beristirahat sejenak. Untungnya ini hari Jumat, sekolah akan pulang cepat. Jadi, para anggota OSIS itu bisa berlama-lama santai dirumah.

Setelah seluruh anggota OSIS beserta OSIS inti sudah berkumpul ruangan, Ferro beranjak dari duduknya dan berdiri di tengah-tengah—menghadap ke arah mereka. Tangan kanan Ferro membawa sebuah spidol hitam. Sementara tangan kirinya kosong.

""Udah kumpul semua?" Ferro bertanya.

"Udah."

"Oke. Gue ucapin makasih karena kalian semua mau datang sore ini. Alasan gue ngadain rapat sore, bukannya sepulang sekolah, karena gue pengin kalian istirahat dulu dirumah. Soalnya, besok kita bakalan sibuk seharian." kata Ferro.

"Apa kalian tau, hari Sabtu depan sekolah kita bakalan ngadain acara apa?" Ferro bertanya.

Ferro menebak, sekitar dua puluh anggota OSIS tidak ada yang tahu, hari Sabtu Ferro akan membuat acara apa. Karena jabatan mereka sebagai siswa baru di SMA Model, jelas saja bila mereka masih belum terlalu hapal hal-hal yang menyangkut dengan SMA Model.

"Oke nggak papa, mungkin sebagian dari kalian nggak tau. Dan sebagian yang lain lupa," tutur Ferro. "Jadi, sabtu depan gue pengin kita bikin acara seharian, dalam rangka memperingati ulang tahun sekolah kita. Tapi gue bingung nentuin tema dan susunan acaranya. Ada yang mau ngusulin pendapat?"

Secepat kilat Helena mengangkat tangannya. Dan Ferro kemudian menoleh ke arah Helena "Pendapat lo apa, Hel?"

"Gimana kalo ulang tahun sekolah kita kali ini, ngadain colour run aja? Kan seru gitu," Helena nyangir. "Wajib pakai baju putih."

"Hm," Ferro bergeming. "Ide lo bagus. Tapi, gue pengen dengar ide dari yang lain. Ada yang mau ngusulin lagi?"

Orang kedua yang mengangkat tangan adalah Karina—siswa kelas sepuluh.

"Ide lo apa, Kar?" tanya Ferro.

"Gimana kalo pesta nya diadein jam tujuh malam aja, dari pagi sampai sore kita nggak usah adein acara," usul Karina. "Jadi, kita adein pesta topeng. Yang namanya pesta topeng udah pasti ada pesta dansa nya. Sekaliana aja tuh, suruh anak-anak Seni Teather buat tampilin drama. Koleksi drama mereka kan banyak banget."

"Hm," Ferro kembali bergeming. "Ide lo juga bagus, tapi gue pengen dengar ide dari yang lain dulu."

"Kak!" spontan, Athala mengangkat tangan.

"Ide lo apa, Thal?" Ferro langsung bertanya.

Athala berdiri dari duduknya. "Gimana kalo pesta sekolah tahun ini bertema Time To Grow? Tema ini bermaksud bahwa SMA Model harus menjadi sekolah yang lebih baik lagi berjaya, dan melahirkan orang orang hebat di kemudian hari," jelas Athala.

"Jalan santai dan senam pagi mengawali rangakaian acara. Jalan santai ini dimeriahkan oleh aksi anak-anak Drumband SMA Model sepanjang perjalanan. Setelah itu ada pelepasan balon dan pemotongan nasi tumpeng yang dijadikan simbol perayaan," lanjut Athala.

"SMA Model juga ngadain berbagai perlombaan untuk memeriahkan acara ulang tahun sekolah ini. Seperti futsal, bola voli, basket, fotografi, cerdas cermat, story telling atau dance juga boleh. Kita buat perlombaanya sesuai esktrakulikuler yang ada di sekolah kita, jadinya kan anak-anak ekstrakulikuler sekolah bisa ikutan jadi peserta."

C L O S E RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang