"Lo tuh kaya bunglon aja ya. Hobi nya menjelma tiap saat. Kadang lo dingin, kadang lo galak. Tapi, tetap aja ganteng."
-Athala Anabella
Deru langkah Alden menapak lantai demi lantai ketika dirinya tiba di dalam rumah-di Jakarta. Ekspresinya datar-seperti biasa. Ia berjalan dengan tegak-melewati ruang tamu hingga langkahnya kini menapak lantai ruang televisi. Nampak Miranda tengah duduk santai sambil menonton tayangan di salah satu channel.
Alden menghampiri Miranda dengan reaksi pertama ialah menyalimi tangan sang Mama. Hal itu tentu saja buat Miranda terkejut akan kehadiran Alden yang tiba-tiba.
"Kamu pulang hari ini, tapi kamu gak kabarin Mama," ungkap Miranda saat Alden tengah mencium tangan nya.
"Biar kejutan Ma," kekeh Alden. "Mama kabarnya gimana?"
"Baik kok," Miranda tersenyum.
"Syukur deh," Alden menanggapi. "Oh iya, Mama dapat salam dari Pak De Saman. Pak De bilang, Mama kapan main-main lagi ke Bogor?"
"Iya sih Al, Mama udah setahun gak main lagi ke Bogor," keluh Miranda. "Waktu libur kamu kapan? Nanti kita ke Bogor aja ya kalau kamu udah libur sekolah."
"Belum tau Ma, lagian kan aku udah kelas dua belas. Udah sibuk-sibuknya les tambahan, persiapan tryout, UAS, bahkan UN."
"Ini masih semester satu kok Al. Setelah ulangan kenaikan kelas, kamu libur kan? Kita ke Bogor aja ya," Miranda memberi saran.
"Lihat entar deh Ma," Alden menjawab. "Kalau gitu, aku mau kamar dulu. Mau istirahat."
"Oh ya sudah, Mama bikinin nasi goreng kesukaan kamu ya."
"Ntar malam aja Ma bikin nya, masih kenyang kalo sekarang."
Seusai berkomat-kamit dengan Miranda, Alden melanjutkan langkah menuju kamarnya-tempat dimana ia akan merasa nyaman bila berjam-jam berada di sana. Kaki Alden menapak beberapa anak tangga yang membawanya ke lantai dua. Ia berjalan dengan santai-tetap saja tanpa ekspresi. Rasa lelah semakin menguasai dirinya. Ingin rasanya Alden cepat-cepat beristirahat. Mengistirahatkan tubuhnya, serta mengistirahatkan jiwa nya.
Tangan kanan Alden membuka pintu kamar yang tadinya tertutup rapat. Pintu terbuka, pemandangan yang selalu Alden lihat bila pintu kamarnya terbuka ialah sebuah papan tulis yang terpajang di dinding kamar-berisi tentang coret-coretan pelajaran seperti Matemtika, Fisika, maupun Kimia. Di sebelah papan tulis ada sebuah pajangan yang berisi mimpi-mimpi yang Alden miliki-tersusun secara berurutan hingga diberi keterangan waktu untuk mencapai mimpi itu. Bahkan, terdapat juga rencana hidup Alden untuk kedepannya.
Sungguh, tempat inilah yang membuat Alden selalu betah bila berlama-lama disana. Tempat yang selalu jadi tempat beristirahat Alden, tempat dimana ia mengeluarkan unek-uneknya, hingga tempatnya untuk mencari ketenangan.
Alden menutup rapat pintu kamarnya. Kemudian dilanjutkan dengan membereskan barang-barang yang ia bawa dalam tas nya. Satu fakta tentang Alden, ia adalah manusia yang menyukai kebersihan dan tidak suka menyepelekan waktu. Oleh karena itu, sekarang juga ia akan membereskan barang bawaan nya saat di Bogor.
• • •
Mendesah karena lelah, Athala langsung menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang yang empuk-dengan sprei berwarna merah muda kesukaanya. Sorot pandangnya menatap kearah langit-langit kamar. Rasa malas untuk membereskan barang bawaanya selama di Bogor, memenuhi ruang dalam dirinya. Bahkan, berganti pakaian pun ia merasa malas karena terlalu lelah.Tiba-tiba, mata Athala memelotot. Sesegera mungkin ia bangun dari tidurnya, kemudian duduk di atas ranjang.
Tangan nya menyentuh helai demi helai rambut dikepalanya. "Topi gue!"
Seketika Athala bergerak cepat-membongkar koper serta ransel nya-demi menemukan topi rajut berwarna merah muda kesayangannya.
5 menit berlalu, hasilnya nihil. Athala tidak menemukan apa yang ia cari.
Pasrah, cewek itu kembali duduk diatas ranjang dengan ekspresi wajah menandakan dia frustasi. Topi rajut berwarna pink itu adalah hadiah pemberian sang Bunda. Bagaimana pun caranya, Athala harus menemukan topi rajut itu. Jika tidak, ia akan menyalahkan dirinya seumur hidup-karena tidak bisa menjaga barang dengan baik.
Tling!
Ponsel Athala berdering sekali. Layarnya menyala-menampilkan pop-up message dari seseorang.
Alden.
Seketika Athala memelotot ke arah ponselnya, karena bingung. "Ada masalah apa lagi nih?" pikir Athala.
Buru-buru ia membaca sebuah pesan masuk yang dikirimkan oleh Alden.
Alden Denalfo : Send location alamat rumah lo. Gue pengen antar topi lo. Kalo lo gak mau send, siap-siap aja topi lo bakalan gue apain nanti.
"OH MY GOD!" Athala menempuk jidatnya. "Terledor banget sih gue! Gara-gara ketinggalan di mobil ini cowok, gue mesti berurusan sama dia lagi sekarang!"
Pasrah, Athala mengirimkan alamat rumah dia ke Alden. Tanpa meninggalkan pesan apapun-selain alamat rumah dia.
"Kalau gue ketemu dia, omelan kaya gimana lagi nih berikutnya?" Athala bergumam karena pasrah.
Belum satu menit Athala mengontrol emosinya karena kesalahan yang disebabkan oleh dirinya sendiri, ponselnya kembali berdering. Namun kali ini bukan sebuah pesan teks lagi yang muncul di layar ponsel, melainkan sebuah panggilan masuk, tak lain dari Alden.
"OH MY GOD!" Athala jadi histeris saat melihat ke arah layar ponsel. "Kesialan apa lagi nih sekarang?"
Dengan rasa ragu-ragu, Athala meng-slide layar ponselnya dan mendekatkan ponsel itu pada telinga nya. Tanpa persiapan yang matang, ia mengangkat telepon dari Alden.
"Keluar rumah sekarang!"
Kalimat pertama yang Alden lontarkan sukses bikin dada Athala jadi dag dig dug gak karuan. Simpel, tegas, dan terkesan jelas. Itulah kata-kata yang cocok untuk mengambarkan perkataan Alden.
Dan kini, dalam keadaan ponsel yang masih dekat dengan telinga nya, Athala bergerak cepat untuk keluar rumah. Ia tidak menyangka jika Alden benar-benar ada di depan rumahnya-tepat di teras depan dekat pintu masuk rumah.
Yang lebih Athala tidak sangka lagi, cowok itu berdiri di hadapannya dengan keadaan ponsel yang juga masih berada di dekat telinga nya.
"Sekarang, lo maju dua langkah. Dengan catatan telepon nya gak boleh dimatiin," perintah Alden dari saluran telepon.
Masih diiringi rasa ragu-ragu, Athala maju kedepan dua langkah-sesuai permintaan Alden. Saluran telepon mereka tetap tersambung.
"Ini topi lo," Alden memberikan topi rajut pada Athala. "Lain kali, jangan sampai terledor lagi."
Perlahan, tangan Athala menerima topi yang diberikan oleh Alden. Athala menatap sekilas ke arah topi rajut itu, kemudian pandangannya beralih pada sorot mata Alden.
Bingung, itulah yang Athala alami sekarang.
"Gue pulang dulu. Lo istirahat yang cukup, jangan sampai besok drop," Alden mundur beberapa langkah ke belakang-hingga tiba di dekat motor ninja merah nya. Sejenak ia menatap wajah Athala yang masih menampakan arti bingung. Kemudian mematikan saluran telepon itu secara perlahan-lahan.
Alden mengenakan helm merah, kemudian menyalakan motornya.
Butuh waktu lima detik untuk Alden melihat ke arah Athala yang masih terlihat bingung memandanginya. Kemudian, Alden melaju pergi-meninggalkan rumah Athala.
"Lo tuh kaya bunglon aja ya. Hobi nya menjelma tiap saat," Athala bergeming. "Kadang lo dingin, kadang lo galak. Tapi, tetap aja ganteng." Athala terkekeh pelan.
• • •
vomments terus ya!!♥
KAMU SEDANG MEMBACA
C L O S E R
Teen FictionAlden Denalfo, cowok yang suka ngomong pedas ibarat cabai. Omongan Alden susah untuk dikondisikan. Untungnya cerdas dan masuk dalam kategori 10 Cogan Top versi SMA Model. Secara otomatis tingkat kepopulerannya bertambah. Tapi Alden juga punya kelem...