4. Cerita Perempuan di Ujung Jalan

83 4 0
                                    


Tini dan Widi tersentak mendengar suara seorang perempuan dari belakang mereka. Mereka pun menengok ke belakang secara bersamaan untuk melihat Alya yang sedang memegang secangkir kopi panas berdiri tidak jauh dari sofa yang mereka duduki.

Alya adalah seorang mahasiswi jurusan pariwisata yang sedang melakukan praktek kerja lapangan di hotel yang terletak tidak jauh dari kampus Widi. Ia sudah tinggal selama 4 bulan di tempat kost yang sekarang ditinggali Widi.

"Bikin kaget aja, Alya! Untung nggak copot ni jantung!" seru Tini dengan nada yang dramatis. Alya hanya tertawa kecil sambil berjalan ke sofa kecil di sebelah kiri Tini sementara Widi hanya tersenyum melihat reaksi Tini.

"Maaf, maaf!" Alya meletakkan kopinya di atas meja. "Mba Tini sih tegang banget ceritanya." Jawab Alya sambil tersenyum.

"Kan cerita horror!"

Penasaran dengan perkataan Alya sebelumnya, Widi pun bertanya, "tadi Mba Alya bilang cerita perempuan di ujung jalan, itu ujung jalan nya ujung jalan yang mana?"

"Yang di sini, di pinggir sungai di jalan kita ini. Yang di antara Jl. Cokroaminoto dan gang kecil." Jawab Alya.

"Yang di bilang ibu-ibu sini angker itu?" Sambung Tini secara tiba-tiba.

Widi memiringkan badan nya kekiri, medengarkan kedua temannya bercakap-cakap sembari menatap mereka secara bergantian.

"Iya, betul! Katanya dulu Jl. Cokroaminoto dan gang kecil itu rame dilalui sama orang-orang. Trus mulai ada cerita penampakan perempuan pake baju hitam-hitam berdiri di pinggir sungai yang di ujung jalan itu sambil pegang payung. Nah, nggak lama kemudian, orang-orang sini nemu mayat pas di tempat perempuan itu berdiri. Katanya sejak saat itu ujung jalan kita ini jarang dilalui sama orang-orang soalnya kalo sampai kita melihat perempuan itu kita bisa kena sial."

"Sial gimana?" Tanya Widi

"Mayat laki-laki yang nyangkut di sungai itu ternyata sepupuan sama warga yang rumah nya di dalam gang kecil. Sekarang sih katanya si warga ini sudah pindah. Waktu itu si laki-laki ini sama orang tua nya berkunjung ke rumah keluarga nya yang di gang kecil itu dan nginap di sana. Sehari sebelum mayatnya ditemukan, dia cerita sama anak perempuan dari sepupunya itu kalo dia ngeliat perempuan pake baju hitam-hitam, pake payung berdiri di ujung jalan ini menghadap ke sungai. Besoknya mayat nya nyangkut di situ."

"Hmm..." Widi bergumam sambil mengangguk sementara Tini mengusap-usap kedua lengan nya sendiri.

"Aduh, merinding nih,!" ucap Tini setengah berbisik.

"Tapi bisa aja kan itu cuma kebetulan. Kebetulan laki-laki itu salah lihat dan kebetulan dia jatuh ke sungai besok harinya dan meninggal karena nggak bisa berenang. Dan kebetulan lagi mayatnya nyangkut di situ." Ucap Widi yang berusaha merasionalkan cerita yang di anggap nya hanya takhayul.

"Bisa jadi. Tapi setelah itu banyak kejadian naas lain yang terjadi setelah penampakan perempuan berpayung ini. Ada warga Jl. Cokroaminoto yang melihat perempuan yang sama di tempat yang sama dapat kecelakaan. Rem motornya blong, dia menabrak pagar pembatas sungai dan jatuh ke air. Kepalanya terbentur beton penyangga pinggiran sungai dan pingsan di dalam air, untung masih bisa selamat. Trus ada juga anak umur belasan tahun yang jatuh di ujung jalan sini. Kata si anak ini, pas lewat di situ kaki nya kaya ada yang narik ke arah sungai jadi dia jatuh, kaki nya nyangkut di pagar pembatas sungai dan patah. Sebelum kejadian, dia sempat cerita ke ibunya kalo dia liat perempuan yang sama berdiri di sana." Alya berhenti untuk menyeruput kopi yang tadi diletakkan nya di atas meja.

"Tu kan, Wid. Sereeem!" Tini memandang Widi dengan serius, "jangan lewat di situ lagi lah."

Widi cuma diam untuk sesaat. Ketika Ia membuka mulut nya untuk bicara Tini langsung memotongnya, "mau bilang kebetulan lagi?"

Widi hanya menjawab pertanyaan teman nya ini dengan senyuman lebar.

"Mungkin iya, semua nya cuma kebetulan. Tapi mencegah itu selalu lebih baik dari pada mengobati kan?" sambung Tini.

"Iya, Mba." Jawab Widi sambil mengangguk.

Tiba-tiba telepon genggam Tini berbunyi, Ia berlalu dari ruang tamu menuju ke kamarnya untuk menjawab panggilan yang masuk. Saat itu pula, Alya dan Widi memutuskan untuk kembali ke kamar masing-masing.

Di kamarnya, Widi sedang duduk di meja belajar. Lantunan lagu Nightmare yang di nyanyikan oleh Junhyung dan Heo Gayoon, soundtrack dari drama Yongpal yang di tonton nya di malam sebelumnya, menemani Widi yang sedang asik menyiapkan buku untuk dibawa ke kampus keesokan harinya.

Di luar, hujan semakin deras. Dingin nya malam membuat Widi ingin tidur lebih awal. Ia membaring badan nya di tempat tidur dan menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. Sebelum mematikan lampu, Ia menengok ke kalender duduk yang ada di atas meja di samping tempat tidur. Hari itu tanggal 31 Oktober. Besok, bulan baru di mulai.

Nopember

DROPLETS: Perempuan di Ujung JalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang