5. Ada yang Aneh?

84 6 8
                                    

1 Nopember

Widi duduk di tempat tidurnya, memandang hujan yang masih belum berhenti sejak tadi malam dari jendela kamar kostnya. Sesekali ia melirik jam dinding hanya untuk memastikan Ia tidak terlena dengan ketenangan yang selalu dibawa oleh hujan yang bisa membuat nya lupa berangkat ke kampus.

Setelah kesekian kalinya melirik jam dinding, Widi memutuskan untuk beranjak dari tempat tidur nya dan duduk di ruang tamu. Masih ada waktu satu jam sebelum kelas pertamanya dimulai. Ia memilih untuk menikmati secangkir kopi dan menonton TV, mengusir rasa kantuk yang sudah mulai menyerang lagi.

"Hari ini kuliah, Wid?" Tanya Alya yang melihat Widi sudah berpakaian rapi duduk di sofa lengkap dengan tas yang di letakkan di samping nya.

"Iya, Mba. Tapi masih nunggu, siapa tahu hujan nya sebentar lagi berhenti."

"Mau bareng nggak? Tapi berangkatnya sekarang soalnya aku ada perlu, mau ke tukang jahit."

"Mau banget." Jawab Widi dengan senyuman lebar.

Mereka pergi dari ruang tamu ke luar. Sementara Alya sedang mengeluarkan motornya dari garasi, hujan sudah mulai reda, yang tersisa hanya gerimis. Saat Widi membuka pagar untuk Alya, seorang laki-laki paruh baya sedang berjalan dari arah kirinya. Tangan kanan laki-laki itu memegang payung sementara tangan kirinya memegang kantung plastik kecil berwarna hitam. Ia mengenakan baju kaos polos berwarna putih dan celana panjang hitam. Kumis tipis menggantung dibawah hidungnya yang tidak terlalu mancung dan ada kerutan-kerutan halus di kening nya.

Wajah laki-laki ini tidak asing bagi Widi, seakan-akan Ia sudah pernah bertemu dengan nya tapi tidak tahu dimana atau kapan.

Semenjak Widi berdiri di depan pagar, laki-laki ini tidak melepaskan pandangan nya dari Widi. Saat la semakin dekat, Widi mencoba untuk memberikan senyuman kecil. Laki-laki itu membalas senyuman Widi dengan senyuman yang terlihat sangat dipaksakan. Widi bisa melihat ketegangan dan kekakuan yang sangat jelas di raut wajahnya sebelum Ia berlalu dari hadapan Widi menuju ujung jalan. Widi tidak melepaskan matanya dari punggung laki-laki itu. Sebelum mencapai Jl. Cokroaminoto, laki-laki itu masuk ke sebuah rumah, tentu saja setelah menoleh kembali ke arah Widi.

Oh, tetangga.

"Ayo, Wid!" Ucap Alya, membuyarkan pikiran Widi.

Widi pun naik ke motor Alya.

***

Widi sedang menikmati istirahat makan siang nya di kantin dengan santai sementara Ivan yang duduk di hadapan nya sudah melahap semua makanan nya. Ia sedang sibuk memandangi buku catatan Widi sambil menulis di secarik kertas kecil, membuat contekan untuk test Bahasa Inggris.

Nggak bisa di contoh ni anak. Gumam Widi dalam hati. Ia cuma bisa menggelengkan kepalanya.

Widi sedang menyeruput minuman nya ketika ia merasakan bulu-bulu halus di tengkuknya berdiri. Widi mengangkat pandangannya, menyisir setiap sudut kantin. Saat itulah mata Widi tertuju pada tiga orang perempuan yang duduk tidak jauh dari meja nya. Ketiga perempuan itu duduk diam, melihat dengan pandangan yang tajam ke arah Widi, namun langsung mengalihkan pandangan mereka dan berpura-pura melanjutkan perbincangan ketika mereka sadar Widi sedang melihat ke arah mereka.

"Ada yang aneh ya?" Widi bergumam sendiri. Tapi Ivan yang bisa mendengarnya mengangkat pandangan nya dari catatan kecil yang sedang Ia tulis.

"Hah?"

"Di muka aku ada yang aneh, Van?"

Ivan hanya melongo. Ia terdiam sebentar sebelum menjawab, "nggak kok. Kenapa?"

"Tiga orang yang di sana," Widi menunjuk dengan pandangan nya, "kaya nya ngeliatin aku deh."

Ivan membalikkan kepalanya. Ia bisa melihat tiga orang yang dimaksud Widi sesekali masih mencuri pandang ke arah Widi.

"Kenal?"

Widi menggeleng.

"Bentar ya, Van."

Widi bangkit dari tempat duduk nya dan berjalan menuju meja tiga orang perempuan itu sementara Ivan memperhatikan nya dari tempat duduk nya. Melihat Widi berjalan ke arah mereka, tiga perempuan ini bergegas menyambar tas masing-masing dan berlari keluar kantin.

"Hei!" Panggil Widi, namun tidak ada satu orang pun dari mereka yang menoleh.

DROPLETS: Perempuan di Ujung JalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang