"AAAAAAAAAAAAAAAKKKHHHHHHH!!!!!!!"
Plok
Plok
Plok
Suara konfeti yang menghamburkan kertas warna warni dan lampu yang menyala menghentikan teriakan Widi yang memekakkan telinga. Dengan jantung yang masih berdegup kencang Widi menatap teman-teman nya dengan bingung.
"Selamat ulang tahun, Widi!!!!!" seru teman-teman kost nya, termasuk Ivan secara serentak. Mereka masih tertawa sambil memandang Widi yang masih berusaha mengatur napasnya sendiri.
Widi terduduk di lantai dengan kepala tertunduk dan tangan di dada.
"Wid?" Panggil Ivan.
Widi mengangkat kepala nya, "jantung ku mau copot!" seru Widi lirih.
Semua yang ada di ruangan tertawa.
"Sini mba, aku kuatin jantung nya pake lem!" Vina menarik tangan Widi sambil tertawa. Alya, Tini dan Ivan juga ikut tertawa. Ada juga penghuni kost yang lain yang tidak terlalu di kenal oleh Widi karena jarang bertemu. Suasana ruang tamu ramai. Widi meniup lilin tunggal yang diletakkan di atas kue ulang tahun buatan Vina.
"Karena kita lagi berhemat, lilin nya cuma satu ya, Mba!" seloroh Vina.
Vina membantu Widi memotong-motong kue ulang tahun dan membagikan nya kepada semua yang ada di ruang tamu. Tidak lama kemudian, terdengar suara ketukan di pintu. Tini membuka pintu dan masuklah seorang nenek yang memakai daster membawa sebuah nampan besar berisi penuh dengan nasi.
"Wid, ingat Nini Adang?" Tanya Tini sembari menunjuk sang nenek yang tersenyum ke arah Widi.
"Rasanya pernah ketemu."
"Iya, kita ketemu pas Neng Widi baru pindah ke sini. Katanya hari ini ada yang ulang tahun. Ini Nini ada masak sedikit." Kata Nini Adang dengan logat sunda nya.
"Jadi ngerepoin," kata Widi sambil menerima nampan yang disodorkan kepadanya.
"Nggak ngerepotin, Neng. Nini teh emang suka masak. Ayo dua orang ikut Nini ke rumah, ambil lauk-pauk nya." Dengan itu, Nini Adang pun pergi dari ruang tamu diikuti oleh Tini dan Alya.
Sekembalinya Tini dan Alya dari rumah Nini Adang dengan membawa lauk-pauk, sesi makan-makan sambil membuka kado dimulai. Widi mendapatkan payung baru dari Tini, DVD berisi full soundtract Yongpal dari Vina dan jam weker dari Alya. Widi tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang terpancar dari senyum yang sedari tadi tidak lekang dari bibir nya.
"Makasih banyak ya Vina, Mba Alya, Mba Tini. Aku speechless!"
Tiga orang yang lain, Suci, Ani dan Nadia hanya memberika ucapan selamat kepada Widi.
"Baru di kasih tau tadi sore kalo Widi ulang tahun hari ini. Pas nyampe langsung di suruh ngumpetin motor ke tetangga sebelah." Ungkap Nadia.
"Nggak apa-apa, Mba. Sebenarnya aku sendiri juga lupa kalo hari ini ulang tahunku."
"Penggagas acara!" seru Vina ke Ivan yang sedari tadi sibuk makan, "nggak ngasih kado?"
Ivan tersenyum, meletakkan sendok dan garpu yang dipegangnya dan mengambil sesuatu dari tas ransel nya. "Selamat ulang tahun, Wid." Ivan menyodorkan sebuah kotak kecil yang terbungkus kertas merah muda berhiaskan bunga-bunga kecil berwarna merah.
Widi mengambil kotak tersebut, "makasih, Van," dan mulai membuka bungkusan nya. Didalam kotak tersemat sebuah cincin perak kecil cantik dengan sebuah bunga yang terbuat dari permata-permata kecil berwarna biru.
"Cincin!" seru Vina. Widi hanya ternganga mengagumi keindahan cincin tersebut sementara yang lain terdiam memandangi nya. Saat semua perhatian masih tertuju kepada Widi, tiba-tiba Ivan mengambil kotak cincin nya.
"Sini, Wid," Ivan mengambil cincin nya dan menarik tangan kiri Widi. Ia memasangkan cincin tersebut di jari kelingking Widi.
"Ehem! Sah!" seru Alya yang disertai dengan seruan 'ciiieeeee' serentak dari semua orang yang ada di ruang tamu. Ivan hanya tersenyum sementara Widi tersipu karena di goda oleh teman-temannya.
***
Sudah jam 8 malam. Perayaan ulang tahun Widi sudah selesai dan Ivan pun sudah pulang. Berkat bantuan Tini, Alya dan Vina ruang tamu yang berantakan sudah dibereskan, piring kotor sudah di cuci dan sisa makanan sudah di masukkan ke dalam kulkas
Widi memasukkan semua sampah ke dalam dua kantong plastik dan membawanya ke luar, ke tempat sampah yang ada di depan pagar sebelah kiri. Widi meletakkan satu kantong platik ke tanah agar tangan nya bisa membuka penutup bak sampah. Seketika itu pula, angin kencang berhembus dari arah depan jalan, menggulingkan kantong sampah yang baru saja diletakkan nya di tanah sehingga sampah yang ada di dalam sebagian terhambur ke luar.
Widi menggerutu di dalam hati. Dengan sedikit kesal Widi membungkukkan badannya. Dibawah gerimis yang berjatuhan, Ia memungut sampah itu satu persatu. Ketika Widi mengangkat kepalanya, Ia tertegun.
Di sana, di ujung jalan. Dengan diterangi cahaya lampu yang menggantung di bawah papan nama Jl. Cokroaminoto, Widi dengan jelas bisa melihat sosok itu. Berpayung hitam, bergaun hitam.
Seluruh bulu roma yang ada di tubuh Widi berdiri, terutama ketika melihat wanita itu mulai bergerak, memalingkan wajahnya ke arah Widi.
"Widi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DROPLETS: Perempuan di Ujung Jalan
Horror(Tamat) HR: #147 in HORROR Widi hampir mencapai ujung gang ketika Ia dikagetkan oleh petir yang menyambar. Widi menengadahkan kepalanya. Ia bisa melihat kilat menghiasi awan gelap di langit. Sesaat kemudian ia merasakan sesuatu jatuh di pipinya. Ai...