Chapter #7

331 75 5
                                    

Sebuah pesan masuk dari Nico di akun Princess Aurelia, "Pagi sayang, sudah bangun belum?"

Badai mengetik balasan secepat mungkin, "Sayang, aku ini bukan kerbau yang kerjanya bermalas-malasan! Dari subuh juga aku sudah bangun kalee!"

"Oh iya ya, kamu kan cewek. Mana ada hari gini cewek yang pemalas! Hehe.." Nico mulai lebay.

Badai mendesah, "Hah, Nico, gampang banget dikadalin! Tinggal dibuayain aja juga pasti bisa!"

"Sayang, kok kamu diam sih? Kita teleponan yuk!" Pesan berikutnya kembali dari Nico.

"Enggak bisa, suaraku lagi serak nih!" Badai berdalih.

"Yah, sayang sekali. Cepat sembuh ya!" Nico membalas cepat pesan di kotak masuknya.

Tiba-tiba perhatian Badai tertuju pada kotak masuk pesan lainnya. Kali ini dari Triko.

"Princess, aku tahu kamu lagi online, please izinkan aku untuk menjelaskan semuanya padamu! Demi Tuhan, aku tidak ada hubungan khusus dengan murid-murid baru yang centil itu! Cintaku hanya untukmu! Please, beri aku kesempatan! Aku sangat mencintai kamu!"

Badai menarik napas dalam-dalam. Ia sama sekali tidak menyangka Triko akan sangat tergila-gila pada penyamarannya di dunia maya.

"Liburan akhir pekan nanti kebetulan aku akan berkunjung ke kotamu, sepupuku akan menikah di sana. Akan kuusahakan untuk menemui kamu, kamu mau kan bertemu denganku?" Belum sempat dibalas pesan Triko kembali masuk di inbox.

Entah mengapa pikiran Badai mendadak gelisah, "Triko mau menemuiku? Begitu besarkah cintanya pada penyamaranku ini?" Pikiran Badai terus berkecamuk.

"Maaf hari ini aku sedang pindahan! Papaku tugasnya dimutasi ke kota lain!" Badai berkelakar agar Triko tidak jadi berniat menemuinya.

"Pindah ke mana?" Balas Triko singkat.

"Oh ya, nomor ponselmu ganti ya? Aku hubungi tidak pernah aktif?" Imbuh Triko lagi. "Princess, aku tidak bisa berhenti memikirkanmu sepanjang malam!" Triko tak berhenti mengirimi pesan.

Sementara beberapa pesan dari Nico bertumpuk di inbox sang Princess Aurelia. "Say, kamu lagi apa sih? Kok aku dicuekin? T_T" ketik Nico di pesan terakhirnya.

"Haha.. Dasar para lelaki buaya! Silakan bergalau-ria deh sana! Sampai kapanpun kalian tidak akan pernah bertemu dengan Princess Aurelia gadis pujaan kalian itu!" Badai log out dari akun samarannya tanpa membalas pesan-pesan dari Nico dan Triko yang sangat berharap dapat bertemu dan berbicara dengannya.

Badai bangkit dari duduknya dan menatap ke luar jendela. Langit masih remang-remang, bunga bungur tinggal separuh batang di halaman rumahnya. Jam baru saja menunjukkan pukul 07.15.

"Badaaaai, keluar Nak! Jangan bertelur terus di dalam kamar! Karena percuma mulai hari ini Kau harus menjadi pejantan!" Panggil ibunda Badai di balik pintu kamarnya.

Badai terhenyak, "Iya Bu, sebentar!" Sahutnya seraya menguap dan menggeliatkan badan.

"Ada apa?" Tanya Badai setelah membukakan pintu.

"Berhentilah mengeram diri! Ayo ikut, ayah sudah menunggumu di lantai bawah, katanya kamu mau disunat lagi!" Ibu berceloteh tidak karuan.

"Bu, apa sih maksudnya?" Badai melongo.

Hari Minggu ini, ayah dan ibunda Badai mengajak Badai jalan-jalan dengan mengendarai mobil. Mumpung sedang suntuk di rumah karena tidak ada kegiatan yang dikerjakan, Badai pun mengikuti ajakan kedua orang tuanya. Setelah berputar-putar mengelilingi taman yang terletak tidak jauh dari rumah mereka, ayah memutuskan untuk mengajak pergi ke luar sekeluarga. Mobil yang dikemudikan ayahnya menderu membelah jalanan komplek perumahan mereka tinggal. Mereka melaju menuju pusat kota. Waktu menunjukan pukul 08.40 mereka berhenti di salah satu pusat pertokoan.

Namamu KupinjamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang