Chapter #2

568 90 3
                                    

Badai melangkah lunglai menuju kelasnya, sebentar lagi waktu istirahat akan habis, ia masih tertatih-tatih karena kejadian tubrukan dengan siswa baru yang bernama Obby Afrizon tadi pagi. "Dasar manusia Afrikanus soloensis!" Gerutu Badai pada dirinya sendiri yang sebenarnya ditujukan untuk Obby Afrizon. "Awas kalau ketemu lagi kamu harus terima pembalasanku!" Sengit Badai.

"Badai, bisa minta waktu enggak, sebentar?" Seorang cowok tinggi tegap menepuk bahu Badai dari belakang. Aroma tubuhnya tercium sangat harum. Badai menghirup aroma itu dalam-dalam.

"Eh, ya, ada apa Kak?" Badai membalikkan badan menghadap orang yang menepuk bahunya. Matanya berbinar mendadak bahagia. Ia sangat mengenal suara yang menyapanya itu. Dia tak lain adalah Triko, kakak kelasnya, ketua OSIS yang tidak lama lagi akan segera lengser dari jabatannya.

Tubuh Triko tinggi tegap, gagah, dan selalu menjadi idola para siswi di sekolah. Sudah menjadi hal yang lumrah di sekolah manapun seorang ketua OSIS selalu menjadi pujaan para pelajar perempuan.

"Rencananya hari Kamis nanti OSIS mau mengadakan puncak acara Masa Orientasi Siswa, kami mau mengadakan pentas seni gitu, kamu bisa enggak mengisi acara di pentas seni nanti?" ratap Triko penuh harap.

Dipandang seperti itu membuat Badai salah tingkah. Entah apa yang terjadi dalam dirinya.

"Maksud Kakak?" Badai belum mengerti.

"Kamu nyanyi di pentas ya?" Tangan Triko memberi sembah. "Please!" Imbuhnya.

Belum sempat menjawab permintaan Triko, sesosok tubuh jangkung lain turut menghampiri. "Gimana Dai, kamu bisa enggak mengisi acara pentas seni hari Kamis nanti?" Kali ini suara si jangkung yang berbicara.

"Mario..." Lidah Badai mendadak kelu.

"Jadi kamu mau kan?" Tanya Triko dan Mario hampir bersamaan.

"He-eh deh," Badai mengangguk.

"Oke, thanks ya Dai, kalau ada perlu apa-apa kamu hubungi aku ya! Oya, kelasku sekarang XII IPA D," Triko mengusap bahu Badai kemudian berlalu dari hadapannya begitu saja. “Aku duluan, Yo!” Pamitnya pada Mario yang dibalas dengan anggukan.

Mario mengintip ke dalam ruang kelas XI IPA B. Ia tampak seperti mencari-cari seseorang.

"Kamu cari siapa Mario?" Badai mendekat ke arah Mario.

"Ah, enggak! Dah ya, aku mau balik ke peserta MOS!" Mario langsung berbalik tanpa mempedulikan Badai yang ingin berbicara dengannya.

"Jiah, lagi-lagi gue dikacangin, so jaim banget sih tuh anak!" Dengus Badai kepada dirinya.

¤¤••00••¤¤

"Sayang, tadi aku ketemu anak baru, wajahnya itu imut kaya kamu. Unyu-unyu gitu deh, terus pikiran aku jadi melayang mikirin kamu. Coba kamu ada di sini, pasti aku enggak bakal mau pisah sama kamu," suara di ujung telepon terdengar sedang dilanda mabuk asmara. Begitu terlena oleh cumbuan mesra.

Badai merangkul guling tidur kesayangannya yang senantiasa menemaninya di kamar setiap hari. Badai mendesah, "Ih sayang, awas loh nanti kamu tergoda sama anak baru itu! Aku enggak rela kalau kamu selingkuh, pokoknya kalau sampai macam-macam di belakang aku, lebih baik kita putus," ancamnya ketus.

"Iih, kamu kok jadi ngambek gitu sih sayang? Kamu cemburu ya? Jangan takut dong sayang, cintaku hanya ada untuk kamu! Cuma kamu yang berhak memiliki hatiku!" sahut suara pada speaker handphone Badai. Dielusnya ponselnya ke dada, ia terbuai oleh gombalan-gombalan suara di ujung telepon.

"Ah, andai saja ini semua sungguh nyata!" Desah Badai. Ditatapnya wajah si penelepon di layar facebook via komputer. "Kak Triko, kamu ganteng banget sih! Tapi kamu playboy kan?" Gumam Badai lirih. Badai pun mulai berfantasi seolah-olah Triko datang padanya dan bercumbu-rayu dengannya. Sudah lama Badai melakukan hal semacam ini. Ia kerap membohongi para lelaki yang dipuja banyak gadis di sekolahnya melalui media sosial. Dengan menyamar sebagai seorang gadis, ia menipu banyak lelaki yang menjadi idola di sekolahnya.

Namamu KupinjamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang