Keramaian jam istirahat selalu memadati kantin. Hampir setiap stan penjual makanan dipenuhi orang yang akan membeli dagangan, sesak berjejalan. Satu sama lain saling berebut ingin duluan dilayani. Tapi tidak dengan gadis berambut sepinggang itu. Dia tetap sabar di antriannya dan menebarkan senyum simpul tatkala orang-orang yang mengenalnya menyapa sambil lewat. Fiuh, lega baginya setelah 2 bungkus hamburger berhasil digenggamnya.
"Camelia," panggil seorang pemuda bertubuh kurus berjalan menyamai langkahnya.
Camelia menoleh,"Apa Mir?"
Amir cengengesan, ia menggigit jari- jarinya sendiri. Tidak disangka Camelia akan menyahut sapaannya. "Kamu beli dua hamburger untuk siapa? Untuk Friska, teman semejamu, atau Kedasih teman yang duduk di belakangmu?" seloroh Amir dengan gaya salah tingkah.
"Bukan untuk keduanya!" Jawab Camelia singkat.
"Hamburger sebanyak ini mau kamu habiskan sendiri?" Amir tercengang, bola matanya membulat besar.
"Bagi satu untukku dong? Ya, Camelia darling?" Ratap Amir penuh harap, bibirnya sudah basah karena tergiur melihat hamburger di tangan Camelia.
Tiba-tiba saja Camelia berlari kecil menuju seseorang yang berdiri di depan pintu kelas. "Badaaaaii.. Nih, hamburger buat lu! Sengaja gue beli buat lu loh," Camelia menyodorkan sebungkus hamburger yang sempat diminta oleh Amir darinya.
Melihat hal itu di kejauhan Amir hanya dapat melongo dan menggigit jarinya seperti yang biasa dilakukannya.
"Camelia, hiks..." Desis Amir.
"Thanks ya Mel. Elo baik deh sama gue," digigitnya roti isi sayur dan irisan daging itu.
"Itu belum seberapa. Nanti kalau loe bersedia mengajari gue olah vocal akan ada lebih banyak lagi hadiah yang gue kasih!" Camelia menggamit lengan Badai mesra. Mereka duduk di serambi teras kelas. Menikmati kunyahan demi kunyahan hamburger yang sedang mereka santap. Sesekali Camelia menyodorkan punyanya agar digigit Badai. Namun Badai merasa canggung.
"Ayo Dai, ungkapin kemesraan lu sama gue!" Bisik Camelia pelan.
Badai tidak mengerti maksud gadis tomboy itu. Mata Camelia menunjuk ke arah samping tempat di mana Amir berdiri.
"Owh.." Badai mulai paham maksudnya. Segera mereka melakukan adegan kemesraan saling menyilangkan tangan mereka berbagi hamburger yang tengah mereka nikmati.
"Cie.. Cie.. Mesra amir kalian berdua! Si Amir aja enggak ada mesra-mesranya tuh!" Goda segerombolan anak yang lewat di hadapan mereka.
Mendengar namanya disebutkan Amir hanya dapat berbalik penuh rasa jealous. Kedua tangannya mengepal meremas-remas jemarinya.
"Dai, sore nanti lu ada waktu enggak buat gue?" Camelia melahap sisa hamburgernya yang tinggal satu kunyahan.
"Memangnya mau mulai latihan hari ini?" Selidik Badai.
"Enggak sih, tapi iya juga, gue pengen ngajak loe jalan-jalan ke mall, udah gitu kita ke karaoke box hitung-hitung latihan nyanyi di sana," Camelia menyandarkan kepalanya di bahu Badai.
Badai mengamati sekeliling, sudah tidak ada Amir di sekitar mereka tetapi mengapa Camelia masih bersikap sok mesra. Badai mulai merasa risih atas tindakan si gadis tomboy. "Dengan siapa saja?" Tanyanya sejurus kemudian.
"Kita berdua saja!" Jawab Camelia.
Di saat yang kebetulan, Kedasih melenggang melewati mereka berdua yang sedang duduk di depan koridor kelas. Sikapnya benar-benar cuek, seakan tak memperhatikan sekelilingnya.
"Kedasih," panggil Badai seraya berdiri.
Kedasih menoleh. Tampaknya ia mulai bersikap seperti awal pertama kali berjumpa dengan Badai. Raut wajahnya begitu serius tanpa segurat senyuman, sehingga lebih terkesan dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namamu Kupinjam
Novela JuvenilBadai Ombak Samudra ingin ditempatkan satu kelas dengan Mario di kelas XI IPA A, kelas unggulan di sekolahnya. Tetapi para wakil kepala sekolah menempatkannya di kelas XI IPA B, sehingga ia bertemu dengan Kedasih-gadis bertangan besi yang menurutnya...