Chapter #8

353 73 4
                                    


Hari berganti hari, bunga bungur di komplek perumahan Badai telah habis jatuh berguguran di sepanjang trotoar jalan raya. Sudah beberapa hari ini pula Badai dan Mario saling melupakan. Tak ada lagi Mario yang berkunjung ke rumah Badai untuk berenang bersama Rudy maupun Obby. Tak ada pula Badai menemui Mario untuk berlatih basket dengannya di lapangan komplek. Sebagai pengganti aktivitas kebiasaannya, Badai kembali melakukan kebiasaan lama yang sempat ditinggalkan olehnya, duduk di depan layar komputer dan ponselnya selama ini.

"Halo cantik," sapa suara itu lembut di telepon selular Badai.

"Hi, Nico ca'em, udah ma'em, belum?" Badai menggelesoh di atas ranjang.

"Beyum, maunya dicuapin cama cayank," jawab Nico manja.

"Cantik, kamu nyanyi donk, suara kamu kan merduuuuu bangets," imbuh Nico.

"Ih alay banget sih Kamu!" Cibir Badai.

"Princess Aurelia-ku sayang, aku memang ALAY, tapi alaynya cintaku tak se-alay rayuanku padamu!" tegas Nico.

Badai meregangkan bibir bawahnya, "Heh, dasar bego. Inilah pembalasanku padamu orang sombong!" Umpat Badai dalam hati.

"Alah gombal! Cowok di mana-mana semuanya sama!" Balas Badai.

"Enggak apa-apa dibilang gombal, yang penting makin hari cintaku padamu makin besar! Sayang, aku pengen tidur siang nih, tapi pengen dinina-bobokan sama Kamu my Princess! Ya, Kamu nyanyi ya sayang!" Nico memelas.

Badai memonyongkan bibir, "Ya sudah, aku nyanyiin deh, asal nanti kamu kirimin aku pulsa ya!"

"Gampang, soal pulsa beres deh!" sahut Nico cepat.

"Oke, sekarang aku mulai nyanyi nih... Nico bobo! Nico bobo! Kalau enggak bobo, nanti digigit kebo!" Badai mulai berdendang.

"Yah, sayang, masa aku digigit kebo, sih? Aku maunya dicium sama kamu, cup cup cup, emmmmuuuuaaach!" Nico mencium mic handphonenya.

Badai menjauhkan ponselnya dari telinganya. Baginya terasa menjijikan mendengar suara kecupan Nico untuknya via handphone. Separah itukah perilaku Nico di kehidupan nyata? Badai sama sekali tidak menyimpan perasaan suka terhadap Nico. Apa yang sedang dilakukannya ini hanya sebatas pelampiasan atas sikap kasar Nico terhadapnya selama ini. Ternyata usahanya berhasil. Nico sungguh tergila-gila kepada penyamarannya sebagai Princess Aurelia. Sampai detik ini penyamarannya tersebut belum ada seorangpun yang mengetahuinya. Artinya ia akan baik-baik saja. Dengan cara ini pulalah Badai berangsur-angsur dapat melupakan masalahnya dengan Mario. Dia tahu Mario takkan mungkin menghampirinya lagi dan mengajaknya bermain. Pasti Mario merasa jijik mempunyai teman sepertinya.

"Udah, kamu tidur dulu sana! Besok lusa teleponnya kita lanjut lagi. Oke my prince... Pangeranku yang baik hati!" Badai menutup pembicaraan di telepon.

Tatapannya beralih ke layar komputer. Ia melihat status FB Obby sedang on line. Sudah dua hari ini Badai gencar mendekati Obby, berondong manja-anak mami yang berhasil merebut perhatiannya saat ia mulai patah hati karena Mario. Lagi-lagi Badai mendekati Obby dengan penyamarannya sebagai Princess Aurelia. Dia masih penasaran apakah Obby mempunyai rasa ketertarikan terhadap lawan jenis, atau Obby juga 'sakit' seperti dirinya, mempunyai ketertarikan terhadap sesama jenis. Bila dugaan kedua itu benar, besar harapan Badai kelak dia dan Obby dapat merajut hubungan asmara. Dia tak akan peduli gunjingan orang-orang di sekitarnya, toh Mario juga sudah tahu siapa jati diri Badai yang sesungguhnya.

"Hi ganteng," Badai menulis pesan singkat menyapa Obby.

"Apa???" Ketik Obby di panel chat.

"Lagi apa? ^_^" Balas Badai cepat.

Namamu KupinjamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang