Part 4

6.5K 503 5
                                    

"Icha. Bangun nak sholat subuh," Budhe Sulis membangunkan Icha yang masih terlelap diranjangnya.

"Nyam.. nyam.. hu'um,"
Icha masih terpejam.

Dengan terpaksa Budhe Sulis mengambil se gayung air dan memercikkan nya pada Icha.

"Ayo. Ayo sholat dulu. Jangan tidur aja. Ayo bangun,"

"Iya Budhe," Icha akhirnya bangun karena percikan air dari Budhe sulis lumayan dingin.

"Ya ampun dingin nya. Hah! Nga-bab pun beruap," Icha keluar rumah dan segera melakukan Jogging seperti biasa.

Tapi, Icha tak mau jika disaat ia jogging, dia akan berpapasan dengan gerombolan tentara.

      La la la Lari pagi !

Baru saja Icha berpikir tentang gerombolan Tentara. Eh, ternyata suara hentakan kaki gerombolan Tentara mulai terdengar dengar jelas.

Icha berdiri mematung didepan rumah.

"Pagi cha!"

"Eh Icha!"

"Mbak, jangan ngelamun!"

"Neng Icha!"

"Aduh manis nya kayak permen cha-cha."

Sapa beberapa tentara yang melintas didepan rumah Budhe Sulis.

Ais! Darimana om om itu tau nama ku? Sok kenal banget. Aku aja gak kenal mereka.

Karena Icha gak mau disangka cewek sombong. Icha pun membalas sapaan mereka.

"Pagi juga om!" Seru Icha dengan senyum sumringahnya.

"Oi! Ngapain senyum senyum? Dasar Telmi,"
Icha langsung memudarkan senyumannya.

Ternyata Dimas lah yang menegur nya. Dia juga sedang ikut Jogging pagi bersama tentara-tentara itu.

"Suka suka ku lah!" Jawab Icha ketus.

                  ****
Malam hari

"Aduh. ini gimana lagi!" Icha mendengus kesal saat mendapati PR dari Guru Fisika nya-Pak Warno-, yang saat asing baginya. Biasanya, Icha dengan mudah menyelesaikannya, tapi untuk soal ini, Icha benar benar tidak tahu.

"Assalamualaikum,"
salam seseorang dari luar rumah.
Icha tak menghiraukannya, karena diluar sudah ada Budhe Sulis dan tetangga sebelah.

"Waalaikumsalam dokter Bagas," jawab salam Budhe Sulis.

"Bu. Icha ada? Mohon izin, Saya kemari ingin bertemu dengan Icha,"

"Oh ada. Tuh kayaknya lagi ngerjain PR diruang depan."

"Mohon izin untuk masuk menemui Icha bu,"

"Ya silahkan Dok,"

Bagas pun masuk kedalam rumah dan mendekati Icha.

"Bu. Itu kan Dokter milliter di RST sebelah,"
Bisik Bu Heru, tetangga sebelah.

"Iya Bu," balas Bu Sulis.

" pacarnya ponakan mu ya?"

"Mmm.. kayak nya Bukan bu. Ketemu juga baru 2 hari yang lalu,"

"Dari mata nya Nak Bagas, kayak nya ada aura aura cinta gitu bu," goda bu Heru.

"Ah bu Heru ini bisa saja," Bu Sulis tertawa pelan.

"Icha?" Sapa Bagas saat melihat Icha yang sedang menopang dagunya dengan Pensil 2B.

"Om Bagas!" Icha terlihat senang.

"Kamu lagi ngerjain PR ya?"

"Iya nih Om. Susah banget, Om bisa ajarin?"
Icha berharap bahwa Dokter milliter itu bisa mengajari PR miliknya.

"Insya Allah. Coba ku lihat," Bagas duduk disamping Icha dan mulai melihat PR Icha.

Dokter kan cerdas. Pasti bisa deh!. Batin Icha lega.

Icha pun diajari dan dibimbing oleh Bagas tentang materi tersebut.

Tak terasa, sudah satu jam Icha belajar dengan Bagas. Icha pun menguap, menandakan bahwa ia sudah mulai mengantuk.

"Icha. Kalau kamu cari ini, kamu harus kalikan Lamda dengan Frekuensi. Setelah itu kam-" Bagas menerangkan kepada Icha.
Tapi sesaat Bagas sadar bahwa tidak ada respon dari Icha.
Bagas menengok ke arah Icha.
Ternyata Icha sudah terlelap diatas meja yang dipenuhi Buku-buku milik Icha.

"Hmm. Nih anak udah tidur aja ya. Maka nya gak ada tanggepan," Bagas mengusap lembut kepala Icha.

Icha bergerak refleks dan menggaruk pipinya.
Sontak Bagas menutup mulutnya, mungkin perkataan nya terlalu keras.

Bagas tersenyum memandangi Icha yang masih terpejam.
Kemudian ia merapikan buku buku Icha dan memasukkannya kedalam tas Pallazo berwarna merah hati tersebut.

"Bu. Icha ketiduran,"
Bagas keluar dan memberitahu kepada Bu Sulis.

"Eum, saya minta Tolong, Bisa tidak Dokter bawa Icha kedalam kamarnya?" Pinta Bu Sulis saat melihat Icha yang tertidur pulas.

"Baik Bu,"

Bagas mengendong tubuh mungil Icha.

"Kamu makan apa sih cha?" Bisik Bagas pelan.
Agak berat untuk tubuh mungil Icha.

Dengan hati-hati, Bagas menaruh tubuh Icha diatas ranjang, agar Icha tidak terbangun.
Bagas menarik selimut untuk menutupi tubuh Icha.

Bagas mengelus Kepala Icha lagi.

Icha. Entah apa rasa ini. Tapi sejak pertama bertemu kamu. Aku merasa senang. Pertemuan yang singkat  Tapi baru pertama kali ini aku merasakan getaran yang aneh di dada ku.
Batin Bagas sambil memegang dadanya yang berdegup.

"Om Dimas Gaje!" Ucap Icha. Bagas yang sudah berjalan menuju pintu, membalikkan tubuhnya untuk memastikkan.
Ternyata Icha sedang mengigau.

ada sedikit kekecewaan didalam hati Bagas saat melihat Icha ngigau memanggil nama Dimas.

Ngigau sama dengan gak sadar. Itulah pikiran Bagas.

"Bu. izin untuk pamit,"

"Iya dokter. Makasih ya. maaf sudah merepotkan,"

"Sama sama bu. Sama sekali tidak merepotkan. Ohya bu,  Ibu bisa panggil saya ' Bagas ' saja. Agar lebih akrab. Kalau begitu, Assalamualaikum,"

"Baiklah nak Bagas. Waalaikumsalam,"

Bagas kembali di asrama dengan perasaan bahagia. Sedikit demi sedikit, rasa sayang kepada Icha pun mulai datang pada diri Bagas.

Maaf telat Update.

LINE DESTINY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang