Part 7

5.9K 408 10
                                    

Bagas mengendong tubuh mungil Icha diatas ranjang perawatan.
Ini adalah kedua kalinya Bagas mengendong Icha.

"Istirahat ya. Jangan banyak pikiran," ucap Bagas lembut.
Icha hanya menyunggingkan sedikit senyuman ke arah Bagas.

Ceklek!

Pintu kamar perawatan Icha terbuka, terlihat jelas siapa orang yang berada dibalik pintu itu.

"Mama, papa ?" Lirih Icha.

"Sayang! Ya Allah kenapa kamu bisa gini ?" Panik mama Icha.

"Kenapa udah pulang? Tumben amat Papa Wijaya mau njenguk anak nya?" Tanya Icha Sinis.
Icha merasa kecewa karena Papa nya itu jarang ada waktu dengannya, ada pun untuk menghantarkannya sekolah.
Icha berpikir, papa nya itu terlalu mementingkan pekerjaannya daripada keluarga nya sendiri.

Bagas yang melihat perilaku Icha langsung melotot ke arah Icha.
Icha membalas lototan mata Bagas dengan menjulurkan lidahnya.

"Papa sama mama me-Cancel jadwal nya sayang, setelah dapet kabar dari budhe."
"Icha. Apa Segitu nya kamu sama Papa mu?"
Tanya mama Icha lembut.

"Mah. Aku mau tidur,"

Icha menarik selimut sampai menutupi tubuhnya. Dibalik selimut itu, Icha mulai menitihkan air mata nya.

Pa. Asal papa tau, Aku cuma pengen ada buat aku, gak cuma nganterin sekolah terus balik kerja pulang malam. Itu pun aku udah terlelap.
Papa, maafin Icha.

"Baiklah Bu, pak. Saya mau mengecek pasien yang lain," Bagas pamit dan membalikkan tubuhnya.

"Terimakasih dok," ucap mama Icha.

"Om! Terimakasih ya," Imbuh Icha yang diselingi senyuman.

Bagas tersenyum.

****

"Assalamualaikum Telmi,"
Dimas masuk kedalam kamar Icha. Dilihat nya, Icha sedang bermain gadget nya.

"Waalaikumsalam Om Dimas,"

"Udah makan belum kamu? "

"Udah. Please deh om! jangan manggil aku Telmi. Gak ada bagus bagus nya sama sekali,"
Icha memasang muka cemberut.

"Oke lah. Nurut sama mak lampir,"

"OM!"

"Iya Icha cantik," goda Dimas.

Icha tersenyum.

"Om baru selesai Dinas?"
Tanya Icha yang mengalihkan pandangan nya yang semula melihat gadget, sekarang menatap Dimas.

"Iya nih. Belum mandi,"

"Ih Om! Ya mandi dulu sana, nanti kesini lagi. Atau mandi disitu tuh,"
Icha menunjuk kamar mandi yang berada di kamar perawatannya.

"Nanti dulu. Nih! Aku bawain kamu ini,"
Dimas mengeluarkan makanan yang berada di dalam plastik yang dibawanya.

"Apa tuh om?" Tanya Icha penasaran.

"Manisan mangga. Kamu mau?"

"Yang pedes apa yang kecut?"

"Ini yang pedes. Tapi gak pedes banget kok,"

"Mau dong!"

"Aku suapin ya," pinta Dimas.
Dengan hati hati, Dimas memasukkan satu persatu potongan mangga kedalam mulut Icha menggunakan sendok kecil.

"Huh! Hah! Pedes juga nih!" Icha kepedesan dengan manisan mangga yang dibawa Dimas.
Dimas terkekeh dibuatnya.
"Es dong om!"

"Kamu kira ini warung? Gak ada es, kamu tuh lagi sakit. Air putih aja ya," tegur Dimas.

"Iya deh! Cepetan om!"

"Nih,"
Dimas memberikan segelas air minum serta sedotan kepada Icha.

Icha menyerup air putih itu dengan cepat.
Sesaat kemudian, Icha diam.

Tumben banget om Dimas bisa manis kayak gini. Biasanya galak, cuek. Tapi, yaudah deh.
Mungkin lagi kesambet.
Batin Icha.

"Woy! Ngapain kamu bengong?"

Sontak Icha merasa terkejut.

"Eh! Gakpapa kok Om,"
  
                  ****
 
dibalik pintu,ternyata ada seseorang yang sedang memperhatikkan Dimas dan Icha dengan mengintip di Celah pintu yang sedikit terbuka.

Kok sakit ya? Ah! Siapa aku ini, aku kan cuma temennya, dia pasien ku saat ini.
gak gak gak! Ayo Bagas, netralkan rasa mu!
Bagas mendengus sebal.

Bagas pun pergi meninggalkan Icha dan Dimas yang ada didalam sana.

"Om! Kok aku ngerasa ada orang di pintu itu ya?"

"Perasaan mu aja kali. Gak ada kok!"

"Um. Mungkin gitu, tapi kok pakai putih-putih?"

"Eh! Maksud mu apaan? Jangan nakut nakutin ya,"

"Siapa juga yang nakut nakutin. Kok aku ngerasa tadi Om Bagas yang ada dibalik pintu itu,"

Dimas diam.
Dia pun berdiri dan melangkah menuju pintu.
Tidak ada siapa siapa.

"Gak ada siapa siapa cha,"

"Hum. Tau ah!"

"Dasar Telmi. Yang gak ada di ada ada in. Aneh kamu ini!" Ejek Dimas.

"Enak aja. Ya mungkin tadi ada Dokter atau suster yang sekadar lewat kan juga bisa."

"Iya deh iya. Aku percaya,"

"Nah gitu dong!" Icha tertawa lepas.

"Iya. Karena aku masih waras," ucap Dimas santai.

"Jadi aku gila gitu?" Tanya Icha yang mulai merah padam.
Dimas hanya menaikkan kedua bahunya mengisyaratkan bahwa dia tidak tahu.

"Ih jahat nya!" Icha mulai dak terima dan memukul halus lengan Dimas.
Menurut Dimas, pukulan dari Icha itu bukan apa apa baginya, mungkin seperti cubitan.
Dimas tertawa karena sikap Icha.
Mungkin benar apa kata Bagas, Letnan Bagas.
Gadis yang dipanggilnya Telmi itu sangat lah lucu.

Pukulan Icha berhenti saat tangan kekar Dimas memegang tangan Icha.
Ditatapnya gadis yang berada didepan Dimas.

Dimas menatap lekat mata Icha.
Semakin mendekat.
Icha pun memejam kan mata nya.

Jangan! Jangan sekarang, aku gak siap dan belum pernah dicium.

LINE DESTINY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang