LINE DESTINY

part 5

Update srg aja 😆

"Hoam!!" Icha menguap dan merenggangkan tubuhnya.
Dia bangun pukul 7 pagi, tak masalah karena ini adalah hari minggu.
Tapi tunggu, kenapa dia ada dikamar? Semalam kan dia terlelap di atas meja saat Bagas menerangkan materi pada nya.

"Budhe, kok Icha ada dikamar?" Tanya Icha yang masih memasang muka khas orang baru bangun tidur.

"Semalem kamu digendong Bagas sampai kekamar. Budhe gak tega bangunin kamu, kalau mau gendong kamu ya pasti gak mungkinlah. Budhe minta tolong aja sama Bagas,"

"Apa! Jadi Aku digendong Om bagas?"

"Hu'um,"

Keberatan gak ya? Terakhir aku nimbang badan ku beratnya 65Kg.
Aku juga heran sama tubuhku ini. Kecil kecil, tapi kata papa aku ini berat. Ah bodo amatlah!

"Ohya. Budhe mau kemana?" Tanya Icha

"Ini cha. Budhe mau keluar sebentar, kamu jaga rumah dulu ya,"

"Lho? Emangnya Budhe gak kerja ya?"

"Budhe nanti Sift malam,"

"Oh, yaudah. Hati hati Budhe,"

                  ****

"Aduh. Pengen rujak,"
"Beli dimana ya?" Pikir Icha.

Icha ingat, bahwa di seberang Batalyon dekat bank BRI ada penjual Rujak, sop buah, lotes milik mas Bagong.
Icha kemudian bergegas mandi.

"Om Dimas!" Sapa Icha, yang tiba tiba melihat Dimas sedang push Up di lapangan.

"Eh. Telmi,mau kemana?"
Icha memasang muka manyun karena Dimas masih saja mengatai nya Telmi.

"Mau beli rujak!" Jawab Icha ketus dan berlalu dari Pandangan Dimas.
Diam diam Dimas mengikutinya dari belakang.

"Pak. Rujak 1, es buah 1 ya. Dibungkus," pinta Icha kepada pak Bagong-penjual Rujak-

"Siap neng!"

Beberapa menit, rujak dan es buah yang Icha pesan sudah siap.

"Ini neng," Pak Bagong memberikan sekantong plastik yang berisi Es buah dan rujak.

"Makasih,"

Ini kok kendaraan banyak banget sih, batin Icha yang menengok kiri kanan, karena belum ada peluang untuk Icha menyebrang.
Beberapa saat, Icha sudah mendapatkan jalan longgar untuk menyebrang.

         Tiiiiiinnn !!!

Dari arah kanan, ternyata ada sebuah motor yang melaju sangat kecang. Icha terpaku,

   Bruukkkkkk !!!!

Tubuh Icha terpental karena serempetan motor itu, darahnya menembus dari baju panjang dan celana jeans yang dikenakannya.

"Ichaaaaaaaaa!!!" Dimas berteriak saat melihat Icha tertabrak.
Perasaan Dimas sudah tak enak, jadi dia menguntit Icha dari belakang.

Icha masih sadar dan dia menangis saat orang orang mengerumuninya.

"Sakittt!! Huhuhu.." tangis Icha pecah.

"Pak tolong! RST !"

"Permisi dokter. Ada korban kecelakaan," seorang perawat menemui Bagas yang sedang mengecek pasiennya.

Bagas pun lari menemui pasien yang mengalami kecelakaan itu.
Icha keluar dari mobil dan digendong oleh Dimas.

"Sakit!"