London, 2017
Tidak ada yang lebih menyebalkan daripada mendapati cengiran seseorang di depan pintu apartemenmu. Setidaknya, itu yang Anna rasakan saat ini. Baru saja hendak pergi ke butik, sosok menyebalkan berkulit tan itu sudah berdiri di depan pintu apartemennya sembari memamerkan deretan gigi putihnya.
Anna mendengus keras-keras. Sudah seminggu ini Kai rajin menyambangi apartemennya di pagi hari hanya untuk menjemputnya. Oh, ayolah! Anna begitu muak pada pria tampan bergelar international playboy itu. Ia sudah sering berlaku judes dan bahkan mengusirnya, tapi kenapa pria itu tidak peka juga sih?! Kai terus-menerus datang ke apartemennya dan bahkan tak jarang mendatangi butik dengan alasan hanya ingin memandangi wajahnya. Eww!
"Sepertinya kau tidak bosan juga, ya terus-terusan kumaki?" Anna berujar sinis sambil mengunci pintu apartemennya.
Kai mengangkat bahu acuh. "Mau bagaimana lagi? Penolakanmu justru membuatku semakin bersemangat untuk mendapatkanmu. Kau semakin membuatku tergila-gila padamu."
Anna mendelik pada Kai kemudian kembali mendengus. Dengan tergesa, ia berjalan meninggalkan flat apartemennya. Kai mengekor di belakangnya. See? Pria itu benar-benar seperti seorang penguntit.
"Kenapa sih kau terus menghindariku?" Kai bertanya sambil terus menyejajari langkah lebar Anna.
Anna berjalan semakin cepat dan tak menggubris pertanyaan Kai sama sekali.
Kai menghela nafas lesu, tapi sedetik kemudian ia tersenyum. Sikap dingin Anna rupanya tak membuatnya gentar untuk mendapatkan gadis Hwang itu. Sebaliknya, ia semakin yakin pada tekadnya untuk tetap memilih Anna sebagai pelabuhan terakhir hatinya.
Kai pun tidak lagi berusaha untuk berjalan di samping Anna. Sambil tersenyum seperti orang bodoh, ia berjalan santai di belakang Anna yang terus berjalan dengan cepat.
Lama-kelamaan, Anna sepertinya menyadari hal itu. Sambil menghela nafas lega, ia memelankan langkahnya. Ia bersyukur karena Kai sudah berhenti mengikutinya. Ia tidak tahu saja kalau Kai sebenarnya masih setia mengekorinya dari jarak yang tidak terlalu jauh.
Tinggal beberapa meter lagi, Anna sampai di butik. Ia hanya tinggal menyebarang lalu berjalan sebentar maka sampailah ia di butik milik Irene tempatnya bekerja.
Anna berdiri di pinggir jalan raya, menunggu rambu untuk penyebrang jalan menyala. Namun, di tengah-tengah penantiannya, ponselnya berbunyi. Anna merogoh tas dan segera mencari ponselnya. Letak ponselnya yang agak dalam membuatnya kesulitan saat mencarinya.
Bersamaan dengan itu, rambu untuk menyebrang menyala. Para pejalan kaki yang juga hendak menyebrang sepertinya mulai mendesaknya untuk segera menyebrang. Karena tidak ingin menghalangi jalan, Anna pun bergeser untuk mempersilakan orang-orang mendahuluinya. Tepat setelah ia bergeser, ia berhasil menemukan ponselnya. Anna menjawab panggilan yang sedianya dari Irene itu dengan buru-buru sambil menyeberang.
"Ada apa, Eonnie?"
Tin! Tin!
Anna menoleh terkejut pada arah datangnya suara klakson yang terdengar begitu dekat dengannya. Anna syok saat mendapati sebuah mobil sedang melaju kencang ke arahnya. Ia hanya bisa membeku saat itu.
.
.
.
Brukk!
Kemudian, kegelapan menyapa netranya sesaat kemudian. Anna jatuh tak sadarkan diri di atas aspal.
*****
New York, 2017
Sehun dan Kiara masih asyik meneguk wine favorit Sehun di apartemen mewah pria itu. Mereka merayakan kemenangan mereka dalam tender sebuah perusahaan besar asal New York. Sehun dan Kiara begitu senang karena perusahaan itu berpengaruh cukup besar pada kemajuan perusahaan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGUISH - Everything Has Changed [EXO]
FanfictionHwang Anna tidak pernah menyangka bahwa kata 'sahabat' bisa terdengar begitu menyakitkan jika Oh Sehun yang mengatakannya. Ia tidak pernah menyangka bahwa rasa sayangnya pada Sehun sebagai seorang sahabat akan berubah setelah belasan tahun lamanya...