Boston, Massachussets, 2017
Kai masih terdiam sejak tiga puluh menit yang lalu. Ia masih setia duduk di ruang tamu rumah Logan. Setelah perbincangan mereka bertiga tadi, Logan langsung pergi meninggalkan ia dan Kiara berdua disana. Kai dan Kiara memang tidak bodoh untuk mengetahui apa maksud di balik rentetan kalimat terakhir yang Logan sampaikan pada mereka. Mereka tahu apa yang diinginkan Logan dengan mengatakan rentetan kalimat tersebut.
Pernikahan.
Benar, Logan ingin Kai menikahi Kiara dan hidup bersama selayaknya keluarga bersama Danny di dalamnya.
Oh, tentu saja keinginan Logan itu bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan, bukan? Kai tidak mencintai Kiara begitu pula sebaliknya. Jadi mana mungkin mereka menikah? Padahal Kai tidak tahu saja bahwa sebenarnya Kiara sudah mencintainya sejak bertahun-tahun silam.
"Jangan terlalu memikirkan keinginan ayahku," Kiara mulai berujar setelah sekian lama bungkam.
Kai melirik padanya.
Kiara berdeham pelan. "Ayahku tidak bermaksud untuk menyuruh kita menikah. Beliau hanya berpikir bahwa akan lebih baik jika Danny diurus oleh kedua orangtuanya. Bukan berarti kita harus menikah, bukan? Yah, anggap saja kita seperti kedua pasangan yang bercerai lalu bergantian mengurus Danny."
Kai hanya menghembuskan napas pelan sebagai balasan. Ia terlalu bingung untuk membalas perkataan Kiara. Ia juga tidak tahu harus bersikap bagaimana, jadi lebih baik ia diam.
Keheningan kembali menyeruak diantara mereka. Kai dan Kiara sama-sama tenggelam dalam pikiran masing-masing.
"Berapa lama Danny tidur siang biasanya?" tanya Kai pelan.
"Dua jam. Kenapa, kau buru-buru? Apa kau ada urusan lain? Kalau kau ada ur—"
"Tidak, Ki. Aku tidak sedang buru-buru, kok. Aku hanya ...." Kai mendadak ragu. Kiara mengangkat alis, bertanya.
"Aku ingin ke kamarnya. Bolehkah ...?"
Kiara terkesiap. "Te-tentu saja. Kau 'kan ayahnya."
Kiara terkejut usai mengatakan kalimat terakhirnya. Apalagi setelah melihat raut terkejut yang Kai tunjukkan padanya. Suasana mendadak canggung. Kiara segera bangkit dari sofa dan mengajak Kai ke kamar buah hatinya.
"Ayo, kutunjukkan jalannya!"
Dengan perasaan gugup, Kiara mulai berjalan ke lantai dua. Kai yang tadinya juga tampak gugup berusaha menghilangkan rasa gugupnya itu dengan cara mengatur napasnya. Lantas, ia pun mengekori Kiara yang sudah dulu menapaki anak tangga.
Kiara memimpin Kai menuju sebuah kamar yang ada di sudut lantai dua. Dari hiasan yang tertempel di pintu itu, jelas sekali bahwa pemiliknya tidak lain dan tidak bukan adalah Danny. Ada tempelan berbentuk mobil dengan nama 'Danny' yang terpajang disana.
Senyum kecil menghiasi wajah Kai. Ia ingat, saat masih kecil dulu, ia juga suka sekali menempel hiasan di pintu kamarnya. Hiasannya pun berbentuk mobil.
Tanpa Kai sadari, rupanya Kiara telah membuka pintu kamar itu. Kiara pun mengajak Kai untuk masuk kesana. Pria itu sedikit takjub melihat isi kamar Danny. Warna biru muda mendominasi setiap sudut kamar itu. Ada satu hal yang tidak bisa membuatnya menahan senyum, yaitu tempat tidur Danny yang rupanya juga berbentuk mobil.
"Danny suka sekali mobil dan warna biru," Kiara memberitahu sambil tersenyum lebar.
Kai menoleh sebentar pada Kiara dan tersenyum tipis. Senyum Kai semakin terkembang saat melihat wajah damai Danny yang terlelap di atas tempat tidur itu. Kai mendekati tempat tidur dan duduk disana. Ia duduk dengan hati-hati karena tak ingin membangunkan jagoan kecilnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGUISH - Everything Has Changed [EXO]
FanfictionHwang Anna tidak pernah menyangka bahwa kata 'sahabat' bisa terdengar begitu menyakitkan jika Oh Sehun yang mengatakannya. Ia tidak pernah menyangka bahwa rasa sayangnya pada Sehun sebagai seorang sahabat akan berubah setelah belasan tahun lamanya...