"Kita berjumpa lagi di tahun baru. Selamat mengerjakan tugas, anak-anak!" Guru Iruka pamit meninggalkan kelas. Aku menghempaskan wajahku ke atas bangku begitu beliau menghilang di balik daun pintu.
"Psst…! Sasuke!" Naruto menyikutku. "Kau tidak apa-apa?"
"Aku hanya mengantuk,"tukasku tajam. "Pergi sana!"
"Whoaaa! Sasuke ngamuk, hahaha!" Seseorang menyuarakan pendapatnya. Kuterka, dua bangku ke kanan—Bendahara kelas yang rajin menagih uang kas bak debt collector professional. Teman-teman yang lain ikut tertawa.
"Kalian jangan gitu! Mungkin Sasuke sedang PMS!" Naruto menambahkan.
Oh. Anak itu tidak tahu seberapa besar keinginanku untuk menggamparnya dengan buku Kamus Prancis kesayanganku.
"Tapi, serius, Sasuke! Kau yakin kau tidak apa-apa?" Naruto mengulang pertanyaannya.
"Hn."
"Jangan bohong! Kalau kau baik, mana mungkin nilai Fisikamu jatuh dari A+ jadi D?"
Oh, well, shit. Kalau saja aku tidak menyembunyikan wajahku, Naruto pasti bisa melihat bagaimana memerahnya wajah ganteng ini.
"Kau juga sering dapat D, idiot!" hinaku. Anehnya, Naruto malah tertawa.
"Kapasitas otakku terhadap rumus semerawut itu memang Cuma segitu. Sas! Nilai remedku paling bagus pun B-, hasil belajar bersamamu, kan?" Naruto menusuk-nusuk lenganku dengan jarinya. "tapi, kau? Kau? Seorang Uchiha Sasuke si Maniak Fisika, dapat D? Kalau kau baik-baik saja, maka mungkin aku yang tersesat dalam dunia lain!"
Kalian mau tahu apa yang terjadi?
Ceritanya, tadi Guru Iruka masuk-masuk langsung menyuruh semua murid mengeluarkan kertas selembar—ulangan dadakan. Nyaris semua murid mengeluh—dan kali ini, untuk pertama kalinya, aku termasuk ke dalamnya. Ini sudah minggu ke-2 setelah school trip, dan aku sama sekali tidak bisa tidur. Kalau pun tidur paling lama dua jam, itu pun bangun-bangun aku tetap merasa lelah. Hebatnya lagi, materi yang guru sampaikan dua hari terakhir tidak masuk sedikit pun dalam kepalaku. Jangankan masuk dan diproses oleh otak, dari telinganya saja sudah membal duluan. Aku kacau. Rambutku bentuknya tidak karuan. Kantung mataku punya kantung mata. Kata Itachi jalanku mirip zombie.
Alhasil, aku berhasil mendapatkan kertas ulanganku dibubuhi huruf D memakai pena merah, bonus tatapan penuh tanya dari Guru Iruka.
—Ah, tunggu. Kurasa satu kelas menatapku aneh.
"Serius, Sasuke! Kau ini kenapa?" Naruto mengguncangkan badanku.
"Gah!" Aku mengangkat kepala, menatap Naruto tajam. "Tinggalkan aku sendiri!"
"Oh? Kau berani mengusir Putera Mahkota, Uchiha Sasuke?" Naruto bersidekap, mimik wajahnya berubah serius.
Gubrak! Di saat-saat seperti ini kau baru bersikap seperti seorang Putera Mahkota? Sheesh!
"Aku berani menggamparmu pakai kamus, idiot. Apa yang membuatku tidak berani mengusirmu, eh?" tantangku.
Dalam sekejap, Naruto kembali memasang cengirannya.
"Iya juga ya…"
KAMU SEDANG MEMBACA
All of Me
FanficItachi selalu bilang, jika ada perempuan dan laki-laki bersahabat, salah satunya pasti memiliki perasaan lebih. Aku selalu menyangkal, kami akan bersahabat sampai kapanpun. Tak peduli jika orang-orang bilang kami pasangan yang sempurna. Bertemu kemb...