Hari demi hari aku semakin terbiasa untuk mengganggu Taruli. Dan aku tau dia pun merasa senang bila aku datang ke mejanya hanya sekedar untuk menggodanya. Dia tak pernah merasa risih bila aku ganggu. Itulah yang membuat aku semakin tertarik dengannya.
Tapi waktu itu libur semester sudah tiba. Sangat terasa sekali bila tak ke sekolah. Baru kali ini aku tak mengharapkan datangnya libur. Libur artinya tak sekolah. Tak sekolah artinya tak bertemu si Taruli. Tak bertemu si Taruli artinya bisa menyebabkan hipertensi, gangguan kehamilan dan janin.
Tapi bukan berarti aku tak pernah berkomunikasi dengannya. Selama libur tiap malam kami bersms ria. Semua kami bahas di sana. Mulai dari parfum guru Biologi yang bisa membuatku Bronkitis hingga membahas sepakbola, hal yang jarang diminati perempuan. Dia sangat menyukai tim Real Madrid. Alasan dia menyukai itu hanyalah karena kegantengan Casillas semata, tak lebih dari itu. Sungguh alasan dengan hawa nafsu semata. Aku sering merendahkan tim favoritnya ini, hingga dia akhirnya mengajakku taruhan.
Taruli: Isss, jangan ejek ejek Casillasku tersayang ya. Madrid pasti menang nanti.
Cikus : Hallah tim cacad aja pun. Kalah nanti itu.
Taruli: Kalo menang kau botak kepalamu ya wkwkwkwk.
Cikus : Terus, kalo kalah?
Taruli: Ya kalah, ya ga apa apa :P
Cikus : Manalah adil kayak gitu. Kalo kalah pangkas rambutmu ya xD
Taruli: Ah, sukakmulah. Lagian mana mungkin kalah di kandang. Tidur dulu aku ya tikussss. Mau gereja besok.
Cikus : Okelah. Mimpiin aQ eachhh ;')
Taruli: Babami tikusss -_-
Begitulah isi sms kami. Aku senang dia mengerti tentang sepakbola, walaupun hanya dari penampilannya saja. Tapi hal ini cukup untukku untuk tetap punya topik untuk mengganggu dia. Aku pun juga tak terlalu peduli dengan taruhan kami. Karena waktu itu aku sangat fokus menonton Manchester United, tim favoritku. Menonton United secara live adalah 90 menit yang berharga dalam hidupku . Termasuk malam itu, aku mendapatkan 90 menit yang berharga. Ketika aku sedang asyik menonton Man United bermain aku melihat running text yang ada di tv. Skor akhir : Madrid 0-1 Tenerife. Aku menang taruhan. Tapi meskipun aku menang taruhan, aku masih tak punya hak untuk mengubah gaya rambut seseorang cewek. Karena salah satu kekayaan yang dimiliki seorang wanita adalah rambutnya. Aku sendiri pun tak terlalu berharap dia akan melakukan itu.
Ciye yang tim favoritnya menang ciyee.
Hanya itu pesan yang kukirim padanya sebelum aku tidur karena ngantuk berat. Tapi aku tak ingin tidur dulu. Jadi aku ke kamar mandi untuk membasuh wajahku lalu kembali ke sofa yang ada di ruang tengah lalu aku mulai merenung. Aku sesekali tersenyum ketika menggambarkan wajah si Taruli ini. Aku merasa puas setiap kali aku mengingat bagaimana dia tertawa karena candaanku, atau godaanku. Aku mulai berpikir apakah mungkin suatu saat nanti kami berpacaran? Angan anganku mulai lari jauh entah ke mana dan aku tertidur di sofa itu.
*****
Hari yang kutunggu tunggu akhirnya tiba. Hari masuk sekolah. Pagi hari itu seperti biasa, aku disiksa dengan kepulan nasi sebesar bola tenis. Namun aku telah terbiasa dengan semua itu. Mungkin kapasitas rahangku ini sudah bisa menelan sebuah bola basket. Jadi, kepulan nasi itu tak terasa apa apa.
Hari itu aku lebih cepat sampai di sekolah, sekitar 5-7 menit lebih awal. Ini terjadi mungkin aku sangat antusias untuk masuk sekolah. Mungkin sedikit rindu dengan Taruli. Kurapikan dasiku sambil menuju ke kelas. Sampai di depan pintu kelas aku melihat seorang perempuan yang sangat asing di penglihatanku. Dia sedang duduk sambil menulis, mungkin mengerjakan tugas. Aku berhenti berjalan dan terus memandanginya. Mungkin ada murid baru. Aku semakin penasaran. Tapi aku tak berani mendekati perempuan itu. Ditambah lagi ruangan kelas yang agak gelap karena masih pagi sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jepit Rambut
RomanceAwalnya kami bertemu pada suatu titik, titik itu menjadi ruang. Ruang yang hanya kami berdua di dalamnya. Awalnya...