Seperti yang kuceritakan sebelumnya, kami berpacaran tanggal 29 Januari, sekitar 2 minggu sebelum hari Valentine. Hari di mana orang orang menunjukkan rasa kasih sayang mereka kepada orang lain. Tapi kebanyakan orang orang menganggap hari kasih sayang itu adalah hari di mana pasangan muda diperbolehkan untuk berhubungan badan. Dan banyak orang menganggap hari Valentine adalah hari besar umat Kristen sedunia.
Kata Valentine sebenarnya berasal dari kata "Valentinus". Dia adalah orang suci dalam sejarah umat Katolik. Saat itu adalah masa penindasan terhadap orang orang yang percaya terhadap Yesus oleh orang orang Romawi di Italia. Dia adalah orang Romawi namun tak setuju dengan kekerasan yang dilakukan pada zaman itu. Sehingga dia rela mati untuk melindungi orang orang yang tertindas. Itulah cerita sederhananya yang kuketahui. Maka jadilah 14 Februari itu adalah hari Valentine. Namun aku sedih karena banyak teman-temanku yang beragama Islam mengatakan hari Valentine itu haram karena orang orang bebas berbuat maksiat pada pada hari Valentine. Ketika aku menulis kisahku ini, aku sering membaca artikel-artikel yang ditulis orang-orang Islam yang hanya menilai apapun hanya dari sisi agama mereka dan tidak mempertimbangkan aspek yang lain. Termasuk Valentine ini. Mereka mengatakan ada Kristenisasi jika ikut merayakan Valentine. Aku tak mengada ada tentang ini. Dan aku selipkan ini di kisahku agar teman temanku yang muslim yang membaca ini sedikit paham bahwa agama hanyalah data pada lembaran identitas. Tak perlu mencari kebenaran dan kekeliruan dalam agama. Karena kebenaran agama itu tak ada yang mutlak. Kebenaran yang hakiki adalah kebaikan. Berbuat baiklah, maka kamu akan benar.
Ah, sudahlah kita lanjut saja. Ketika aku SMA, hari Valentine itu paling ditunggu oleh makhluk-mahkluk yang sudah punya pasangan di sekolahku, termasuk di kelasku. Semua orang membicarakan Valentine. Apa dan pada siapa hadiah diberikan.
Aku dan Taruli pernah juga membicarakan ini. Tapi dia mengerti akan kekasihnya yang selalu berkekurangan dalam hal uang. Waktu itu 2 hari lagi hari Valentine. Jadi aku datang ke mejanya untuk membicarakan apa yang dia inginkan ketika Valentine. Aku pun tak ingin ketinggalan tentunya.
"Tar, 2 hari lagi valentine. Mau kado apa?"
"Gayamulah. Ah, ga yakin aku kus hahahahaha."
"Bilang aja pengen kado apa?"
"Serius?"
"Belikkan aku rumah 3 pintu ya kus."
"Mati aku."
"Hahahahaha. Kenapa? Kan udah kubilang aku maunya dibelikan rumah."
"Angan anganmi ma kedan (Angan-anganmu itulah kawan)."
"Isshh. Ngomong apa sih?"
"Hahahahaha."
"Terserah aja kus. Kalo samaku bebas."
"Hmm.. oke Tar oke. Buat kamu apasih yang enggak?"
"Ih najis."
Memang setiap kali aku menggodanya dia selalu mengatakan "najis". Tapi itu selalu kuterjemahkan dengan "Ahhhhh, Cikus sayang, aku senang". Itulah yang kusuka darinya, dia tak gampangan.
*****
24 jam sudah berlalu semenjak pembicaraan kami tentang valentine. Timbul masalah baru yang harus kupecahkan secepatnya, yaitu uangku belum cukup. Usahaku untuk tidak jajan dan mengutang uang parkir kemarin hanya menambah 5000 rupiah saja. Ditambah dengan hari ini jadinya aku hanya memiliki uang 10 ribu. Jumlah yang sangat tidak realistis untuk membelikannya sesuatu yang berkesan. Tapi seperti yang sudah kugambarkan di awal, kalau sudah niat aku akan melakukan segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jepit Rambut
RomanceAwalnya kami bertemu pada suatu titik, titik itu menjadi ruang. Ruang yang hanya kami berdua di dalamnya. Awalnya...