Januari, 2012
"Ciye yang lagi dekat dengan Nia. Ciyeee" kataku untuk membahas kedekatan Andreas dengan Nia seiring dengan berjalannya hubunganku dengan Andini.
"Masih pagi ini kus. Hahahahaha" jawab Andreas.
"Bah, anak sempak ini. Playboynya kau, Andre. Baru putus udah langsung dekat dengan Nia. Nia kayaknya suka samamu"
" Ah, masa ga mungkinlah"
"Kau mau bukti? Ayo taruhan"
"Oke, kita taruhan"
"Kalo cewek suka sama seseorang, dia pasti ngeliatin orang itu sekali sekali.. Gini, kita hitung sampe 3. Kalo hitungan ketiga dia ga noleh ke meja kita, berarti dia ga suka samamu dan aku kalah taruhan. Tapi kalo dia langsung menoleh ke sini, berarti dia suka samamu. Kau kalah taruhan" kataku panjang lebar.
"Taruhannya apa dulu ini tae?"
"Bayarin parkir seminggu. Acem?"
"Oke"
"Kita hitung sama sama ya"
"Satu...duaa..tiga..."
Nia tiba tiba menoleh ke arah kami. Sah ya, aku menang taruhan.
"Hahahahaha, aku menang. Dia tertangkap kamera" kataku sambil tertawa."Ahhh, bangsaaaaatttt. Ngapain juga dia menoleh ke sini hahahahaah"
"Lah, harusnya kau senanglah bodat"
"Aku udah tau dia suka samaku. 2 hari yang lalu kami memang udah jujur jujuran. Dia terbuka, terus bilang udah lama suka samaku. Tapi ga mau pacaran. Taulah kau alasannya kenapa. Beda agama"
"Harusnya kau bersyukur, bongol. Dia udah mau terbuka dengan perasaannya. Cinta yang paling bisa dinikmatin adalah cinta yang sama sama merasa tanpa harus memiliki, Andre Bodat"
Bongol itu sebutan untuk sejenis "Bego". Memang, entah ini kutukan atau ini anugerah. Aku selalu bisa membaca isi hati perempuan. Dan aku bisa melihat dengan jelas arti pandangan Nia ke Andre. Kadang aku merasa geli melihat fenomena , di mana pandangan mereka bertemu setiap sepuluh menit di kelas. Fenomena menggelikan ini sering aku sebut dengan "Tertangkap Kamera".
"Kus, kayakmana kalo kita ngedate?"
"Aku samamu ngedate? Sorry, Ndre. Aku masih pacar Andini"
"Bukan itu maksudku, ehe pentil becak. Aku sama Nia, kau sama Andini. Acem?"
"Bilanglah dari tadi. Maksudmu kita double date?"
"Nah, itu. Acem?"
"Bah. GAS!!!"
"Entar malam aku kabarin ya. Jangan gaje kau Kus"
"Okelah oke"
Hubunganku dengan Andini sudah memasuki bulan ke 3. Dan sebagian besar anak Peranpatu sudah tahu tentang hubungan kami. Hambar. Mungkin itulah kata yang bisa menggambarkan bagaimana kami menjalaninya. Sesekali aku mengajaknya bertemu di luar sekolah, tapi dia selalu menolak. Terakhir kebersamaan kami itu ketika aku mengantarnya pulang, dan singgah ke Velangkani yang ada di Tanjung Selamat, sebuah gereja bercorak Hindu yang suasananya damai. Sebagian teman temanku menganggap hal ini adalah Kristenisasi. Tapi Andini lebih tahu alasanku untuk membawanya singgah ke Velankani. Tenang dan damai. Tak lebih dari itu. Cuma itu saja kami bersama di luar sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jepit Rambut
RomanceAwalnya kami bertemu pada suatu titik, titik itu menjadi ruang. Ruang yang hanya kami berdua di dalamnya. Awalnya...