Ternyata hari Valentine adalah saat saat terakhir di mana aku bisa menikmati cinta dan kasih sayang darinya sebagai pacar. 2 hari setelah aku mendapat kado darinya dia mulai berubah. Dia menjadi agak menjauhiku. Aku tak tahu apa penyebabnya. Tapi aku tak mau terlalu mempertanyakan itu. Mungkin saja dia sedang PMS. Ya kalau cewek PMS mending diam duduk dan tak usah ditanya tanyain.
"Kus, dengar dengar bapak si Taruli lagi sakit. Iyanya?" tanya Andreas yang membuyarkan keseriusanku membaca berita online dari telponnya.
Sebenarnya baru kali itu aku serius baca berita. Dulu jika tak mengganggu Taruli, aku menikmati koleksi yang dikumpulkan oleh Pangeran. Berpacaran dengan Taruli membuat syahwat tititku ini hilang entah ke mana. Karena kalau mau onani kan harus membayangkan. Dan di sisi lain aku selalu memikirkan Taruli. Tapi aku tak sanggup membayangkan Taruli beradegan tak senonong, eh senonoh seperti yang di bokep-bokep itu. Jadi, aku putuskan untuk berpuasa tak menonton bokep dulu.
"Pantaslah, dia pun beda kali hari ini" jawabku.
"Futsal nanti kita ya. Biasa, main di kanal"
'Liat nanti lah. Di rumah lagi ada cateringan kayaknya"
"Kabari aja nanti ya"
"Oke oke. Eh, kayak mana kau sama kakak itu?"
"Ah, biasa aja"
"Valentine semalam ngapain kalian?"
"Ah, ga ke mana mana. Cuma nonton aja"
"Enaklah kau. Aku belum pernah nonton."
"Ayoklah kapan kapan nonton kita"
"Berdua sama kau? Ah najis."
"Mata kaulah berdua. Maksudku aku bawa gandengan, kau juga bawa gandengan. Double date"
"Ah, kapan-kapanlah itu, lagi bokek."
Sepanjang hari itu selama di sekolah aku merasa ada yang kurang. Sikap Taruli yang tiba-tiba berubah sangat terasa bagiku. Ah, aku pikir dengan naiknya status kami menjadi berpacaran membuat aku mendapatkan lebih banyak perhatian darinya. Malah, jadi begini. Tapi ya sudahlah, kalau aku bersabar ini semua akan berlalu.
*****
Selesai membantu orang tuaku membagikan makanan di lokasi pesta yang memesan cateringan kami, aku langsung menuju ke kanal, tempat aku dan Andreas dkk biasa bermain futsal. Kali ini aku sudah luar kepala mengingat nama teman-temannya Andreas ini. Yang paling kuingat adalah Abed, laki laki gemuk dengan kulit hitam yang mempesona. Aku sangat mengingatnya karena dia selalu mengajak bicara denganku duluan. Dia sangat suka melucu. Penampilannya yang dekil dengan kacamata ditambah potongan rambut mohawk yang selalu dibangga-banggakannya karena menurut dia mirip dengan Neymar selalu membuat aku tertawa. Sifat pasif dia hampir mirip denganku, yaitu kadang kadang menjadi parasit. Namun, sifat parasitnya ini jauh lebih ganas dari pada aku. Jika bersama Joni dan Bobi aku masih membawa uang untuk berjaga jaga, namun si abed ini sanggup hanya membawa uang paling banyak 2000 perak jika kami nongkrong. Uang yang hanya bisa digunakan untuk membayar parkir di cafe. Itu pun tak akan keluar dari kantung celananya karena dia tak pernah membawa motor , selalu nebeng. Mungkin Neymar akan putus asa dan memilih pensiun dari dunia sepakbola jika melihat si Abed yang ngaku-ngaku mirip dengannya.
Lalu ada Wanjan. Laki laki yang tak bisa diandalkan jika bermain futsal. Tapi selalu bisa diandalkan ketika nongkrong. Dia selalu merelakan uangnya habis untuk menutupi utang teman temannya ketika nongkrong. Sah ya jika kita sebut Wanjan ini si Bandar. Pengalamanku dalam hal cinta masihlah sangat cetek jika dibandingkan dengan Wanjan ini. Dia sudah melanglang buana dan sudah mencicipi ketirnya percintaan di Kota Medan ini. Dia sudah pernah pacaran dalam berbagai konteks. Pacaran religius, pacaran untuk menambah ilmu sampai pacaran untuk memuaskan tititnya sudah pernah dia jalani. Inilah kehebatannya yang selalu kuakui sampai sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jepit Rambut
RomanceAwalnya kami bertemu pada suatu titik, titik itu menjadi ruang. Ruang yang hanya kami berdua di dalamnya. Awalnya...