Chapter I

2K 125 12
                                    

Kejadian itu sudah 8 tahun yang lalu. Sekarang umurku 15 tahun. Lelaki bertopi hitam ternyata adalah penyelamatku, Vincent namanya.

Vincent memiliki 3 anak lelaki yang merupakan bukan anaknya. Bagaimana cara menjelaskannya ya...

Vincent adalah kepala keluarga di mansion ini, sebenarnya dia adalah lelaki yang kesepian sebelum satu persatu dia menemukan 3 orang anak laki laki dan 1 anak perempuan, yaitu aku dan ia pun mengasuh kami yang tak memiliki orangtua, bisa dibilang kami seperti peliharaan kecil yang dipungut dipinggir jalan.

Aku adalah anak bungsu di rumah ini, rumah dengan gaya rumah bangsawan tetapi letaknya lumayan jauh dari kota. Bisa dibilang ada di perbukitan.

"Ayah... Aku akan berangkat dulu"

"Kau tak ingin berangkat bersama ku? " Tanya Vincent ketika ia melihatku yang mengambil sepotong roti dengan selai blueberry diatasnya.

"Aku bukan anak kecil lagi. Lagi pula, Haxel, Will, dan Marcus selalu berangkat sendiri" Ku jawab sebelum aku berpamitan padanya, "Aku duluan ayah, bye bye..!"

Aku menuruni bukit sambil mengepang rambut ku. Aku memakai kacamata yang membuatku terlihat culun.

Di sekolah aku berperan sebagai anak culun yang tak mengerti tentang kecantikan, tugas ku hanyalah belajar dan belajar. Aku menempati ranking 5 di sekolah.

Aku memiliki sahabat bernama Alice, perempuan yang imut dan Oliver, lelaki yang pemalu. Mereka sahabatku dari kecil sampai sekarang.

Di sekolah ku ini, 3 saudara ku selalu ada di sekitarku, maksudku memanglah di sekitarku.

Kami memasuki kelas yang sama, tempat duduk yang tak sangat jauh, istirahat kami selalu berenam, termasuk dengan Oliver dan Alice.

3 kakak ku ini tak pernah mau melepaskan aku, akan ku ceritakan mengapa tapi tidak saat ini.

Kami berenam selalu bersama sama. Kakak-kakak ku ini sangatlah populer dikalangan lelaki maupun perempuan, wajah mereka dan aura bangsawan disekeliling mereka membuat teman-teman di sekolah merasa nyaman.

"Lindsey, Ayo kekantin. Kau tak boleh melewatkan istirahat ini... " Marcus tersenyum kepadaku saat kedua lelaki adiknya, Haxel dan Will, tengah mencoba melepaskan rangkulan dari sang kakak, Marcus, yang mencekik leher mereka.

"Ah... Aku tak bisa..., ada seseorang yang ingin berbicara dengan ku... " ku jawab dengan tersenyum.

"Oh... Kau yakin tak ingin kami ikut dengan mu? " Haxel tanya.

"Walau kujawab dengan tidak kalian pasti tetap ikut kan? " Ku tersenyum.

"Alice mo ikut juga! " Alice menunjukan dirinya sendiri dengan menggandeng tangan Oliv. Mereka sudah pacaran.

"Alice.. Terlalu dekat.. " Oliv mencoba melepaskan rangkulan tangan Alice.

"Nope~!!" Alice tersenyum.

Aku mendapakan surat pagi ini, dan tertulis "Aku menunggu mu di belakang sekolah. Tolong jangan datang dengan siapa pun. Aku ingin hal ini berlalu dengan cepat dengan jawaban mu. Kutunggu kau pada waktu istirahat, di belakang sekolah"

Tak ada nama di surat itu. Tapi aku tahu apa yang 'mereka' ingin dengar dari bibirku ini.

Aku sudah sering mendapatkan hal seperti ini. Ketiga saudara ku juga sudah sering membantuku dengan sesuatu yang seperti ini.

"Aku tidak boleh membuat mereka menunggu" ku tersenyum dan langsung pergi ke belakang sekolah, "tak baik membiarkan seseorang untuk menunggu" aku tersenyum.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

◇◆◇Vincent berumur 878 tahun◇◆◇
◇◆◇Marcus berumur 765 tahun◇◆◇
◇◆◇Will berumur 452 tahun◇◆◇
◇◆◇Haxel berumur 212 tahun◇◆◇

Pemberitahuan tentang Umur ;3

I Say : Yes To Give My BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang