Chapter V

1.4K 108 6
                                    

"Lindsey... "Seseorang memanggilku "Lindsey... " lagi, terulang terus menerus.

Tangan yang kuat mencengkram kedua tangan ku dan memblokirnya di atas kepalaku untuk mencegahku lari. Aroma dari bunga Mawar yang harum, dan suara nafas yang menggelitik leherku itu membuatku terbangun dari tidur malam ku.

Jam menunjukan angka 00:21. Dan lelaki yang aku kenal itu sedang berada di atas badanku, aku pun memanggilnya "Marcus.. "

"Kau sudah bangun.." Marcus berbisik ditelingaku.

Jantungku berdebar dengan kuat, badanku mulai terasa begitu panas, aku terasa sulit bernafas, "Marcus.. " aku memanggil namanya berulang ulang.

"Aku disini.. " dia membelai pipiku dengan lembut sampai ke leherku. "Malam masih panjang.. Kita mempunyai cukup waktu untuk bersama... " Ucapnya sebelum bibirnya yang lembut itu mengecup leherku dengan lembut.

Aku menutup kedua mataku kuat-kuat, mempersiapkan diriku kepada sesuatu yang akan terjadi kepadaku. Memang sudah berkali kali ini terjadi tapi tubuhku masih saja belum terbiasa.

Sesuatu merobek dan tertancap dileherku, sebuat taring yang telah mengunci ku, aku menggeliat sebentar tapi Marcus menahanku dengan menggenggam kedua tanganku yang masih berada di atas kepalaku.

Marcus meminum darahku dan membuat suara yang menari di telingaku, jantung ku berdebar dan berdebar. Beberapa kali marcus menggigit bagian yang lain, ia pun berkata "Darah mu begitu memuaskan.. Semakin lama darahmu semakin enak... Seperti aku ingin memilikimu selamanya" ucapnya sebelum ia mulai menggigitku lagi.

Aku tak sadarkan diri, marcus telah menghisap cukup banyak sampai aku kehilangan kesadaran, aku lelah, tapi aku sudah terbiasa.

Matahari menerobos masuk kekamar ku melalui jendela ku, dan aku pun terbangun. "Uhm... " aku segera mencoba untuk duduk di kasurku dan melihat darah di bajuku dan juga di kasurku, tidak terlalu banyak. "Dasar.. " ucapku.

Aku segera ke kamar mandi untuk membersihkan diriku, berendam di air hangat dan meminta Bibi Ann untuk membersihkan kasur ku. Walau Bibi Ann mencium bau darah ku Ia tidak akan terobsesi, karna yang ia butuhkan hanya lah Darah tuannya, dan jika keadaan terpaksa untuk meminum darah orang lain maka ia akan meminum darah yang bukan dari tuannya.

"Pagi semuanya... " aku tersenyum.

"Pagi.. " ucap keempat lelaki itu.

"Ah.. Aku harus segera kesekolah.. Alice janji ingin menunjukan sesuatu kepadaku.. " ucapku sambil mengambil sebuah roti yanh sudah ditumpuk oleh selai Coklat. "Dah... "

Tanpa mengantar ku kepintu depan, aku meninggalkan keluarga ku yang terdiam sambil melihatku meninggal kan mereka dengan sangat cepat.

Aku segera menuruni bukit untuk kesekolah, seperti biasa Pak Chou sudah berada di depan gerbang sekolah untuk mengapa para murid. Ia adalah guru kesiswaan, rajin, baik, garang, dan muka nya memanglah sangatlah garang seperti preman.

"Pagi Pak Chou.. ~!" sapaku.

"Ya... " jawabnya.

Aku segera ke belakang sekolah, dimana tempat yang biasanya Maura and kawan kawan selalu memanggilku. Disana sudah ada Alice yang menungguku, lebih tepatnya dia ada di sisi lainnya, pagar ditengah tengah kami.

"A-Alice? " aku kebingungan.

"Sini.. Cepatlah.. Atau kau akan kehilangan kesempatan ini.. " katanya.

"Bagaimana bisa aku kesana, di sana itu hutan terlarang.. " jawab ku dengan khawatir.

"Tak apa, cepat manjat saja pagar ini" Katanya dengan bersemangat.

"Baiklah.. "

Aku melemparkan tas ku dan segera Alice tangkap. Memanjat pagar adalah suatu kesalahan tapi tak apa apa kan hanya sekali saja.

Aku memanjat dan segera alice memberikan tasku kembali. "Ayo" ucapnya sambil berlari terlebih dahulu kedalam hutan.

Hutan ini sebenarnya hutan terlarang, konon orang yang sedang kebingungan akan tersesat di hutan ini. Tapi sepertinya Alice tak apa apa dan juga jika aku tetap memikirkan sesuatu aku akan baik baik saja.

Cukup jauh kami meninggalkan sekolah. Akhirnya Alice pun berhenti.

"Shh... lihat ini" dia menunjukan sebuah pondok yang terbuat dari kayu. Tak seperti pondok kumuh, bisa dibilang ini seperti rumah pemburu hanya saja hutan ini bukanlah tempat untuk memburu.

"Apa yang-"

"Shh! " Alice membungkam mulutku agar aku tak mengatakan apa apa.

Terkejutnya aku saat melihat 3 lelaki yang kurasa pernah ku jumpai, hanya saja 3 lelaki ini mempunyai buntut serigala dan telinga serigala bisa dibilang werewolf.

Kukira itu hanya mitos saja, Alice dan aku diam seribu bahasa, ini bukan pertama kalinya aku melihat mahkluk lain, tapi ini pertama kalinya aku melihat werewolf sungguhan.

Cukup lama kami memperhatikan serigala itu, dan sudha cukup lama kami pergi. Kami berdua pun kembali kesekolah secara diam diam tanpa ada guru yang curiga. Tentu saja kami pulang saat waktu istirahat sedang berlangsung.

RIIIIINNNGGGGG!!!!

Aku termenung di meja ku. Pandanganku memang ke guru tapi pikiran ku masih ke werewolf itu. Alice tengah tidur di jam pelajaran, seperti hari biasanya.

Para saudara saudara ku juga memperhatikan ku, tapi aku tak mem perdulikan mereka.

Akhirnya sejak kejadian tersebut aku sering sekali pergi pagi pagi untuk melihat werewolf  bersama dengan Alice, hari ke hari, dan akhirnya menjadi aktivitas pagi ku. Aku melihat sesuatu yang berulang ulang, tanpa henti sampai akhirnya Alice dan aku memutuskan untuk melihat lebih lama dan mengikuti mereka.

Yang tadinya 5 menit menjadi 10,15,20, akhirnya, sampai akhirnya para werewolf tersebut menangkap kami.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bagi para pembaca maaf kan lah author jika mebuat kalian bingung. Maaf jika ada typo (っ˘̩╭╮˘̩)っ

~ Author ~

I Say : Yes To Give My BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang