Tak kusangka aku tidak sadarkan diri selama 2 hari.
Aku terbangun di ruangan putih berbau obat yang aku pastikan bahwa ini adalah kamar di rumah sakit.
Bau obat yang mengganggu hidung ku, dan juga infus yang sudah terpasang padaku ini selalu saja membuat ku merasa tak nyaman.
Vincent, Marcus, Will, dan Haxel belum datang. Tentu saja, karna tak ada seorang pun yang mengetahui bahwa aku sudah sadar.
Tombol berwarna merah yang berada didekat ku itu adalah tombol tuk memanggil suster jika aku ingin sesuatu, aku pernah belajar tentang benda benda di rumah sakit..
Aku tak ingin menekan tombol itu, aku ingin sendiri terlebih dahulu. Mimpi yang baru saja muncul itu mengganggu pikiranku terus menerus.
Seorang bayi yang dibenci oleh semua orang. Bukankah perempuan itu bertindak tidak adil kepada dia? Dan juga perempuan berambut putih yang mengetahui kehadiranku yang tadinya tak seorangpun menyadari ku.
Aku masih saja merasakan dilema yang ada di pikiranku ini, aku mencoba untuk tenang dan aku pun menyebutkan nama, "Vincent... "
"Ya? " sebuah keajaiban saat tiba tiba Vincent berada tepat didepanku..
Ini sore yang begitu hangat, matahari menyinarkan cahayanya kepada Vincent yang berada di depanku. Aku tersenyum.
"Ayah... Kau tiba tiba datang.. " aku tertawa kepada sesuatu yang tidak lucu.
"Kenapa? " Vincent bertanya.
"Tidak... " kujawab dengan nada yang jelas tanpa ada rasa yang membuat ia curiga.
Dia merengutkan dahinya, tapi pada akhirnya dia menyerah. "Rumah menjadi sepi tanpa mu.. " dia mencoba membuka pembicaraan.
"Benarkah? " aku tersenyum, "bukankah Bibi Ann Ada di rumah" .
"Ann? Dia hanya bisa mengangguk angguk saja, seperti robot di Taman bermain yang hanya bisa mengayunkan tangannya ke atas dan kebawah tanpa henti" dia menarik nafas dalam dalam sebelum mengeluarkan nya dengan tenang.
"Ahaha... " aku tertawa.
"Kau tau..? Jika kau bangun setidaknya kau tekan.. " Tiba tiba saja pandangan Vincent sangat lembut kepadaku, mata merah darah nya menatap mata amber ku.
*Klik*
Suara tombol merah yang tak ingin ku tekan itu baru saja Vincent tekan.
"Eh? " aku terbingung.
"Baiklah.. Aku akan pergi sekarang.. Tidak ada yang bisa kulakukan disini.., jam besuk juga sudah berakhir. Jika ada yang melihatku.. Aku tak tahu apa yang akan terjadi" Vincent tertawa.
Ia menghilang begitu saja tanpa mendengar kata "sampai jumpa " yang baru saja ingin ku ucapkan.
Pintu kamar ku terbuka dan seorang dokter dan suster masuk.
------------
Pagi hari Suster sudah datang dan mengambil sample darah ku untuk dites, dokter juga menanyakan bagaimana perasaanku.
Setelah itu makan pagi datang diantarkan oleh salah satu suster, terdapat bubur yang tanpa rasa, sup, dan air mineral. Dan juga ada cemilan roti bayi.
Pada pukul 10 pagi tiba tiba terdengar suara ketukan yang terus menerus berulang ulang, "masuk" .
Pintu terbuka dan masuklah keluarga lengkap ku termasuk Bibi Ann.
"Ah! Kalian! BUKANNYA KALIAN SEKOLAH DAN AYAH KERJA! " aku memarahi mereka tetapi mereka menutup jalan masuknya suara ku ini ketelinga mereka.
"Shhh.. Ini rumah sakit, bukan rumah" Haxel menyuruh ku diam dengan jari telunjuknya yang menepel di bibirnya.
Ku tutup mulut ku dengan kedua tanganku, "ya sudah.. " gumamku.
"Hei hei? Tidakkah kau bosan? " tanya Will dengan mengeluarkan bungkusan yang bertuliskan UNO.
"Uwaahh! Kartu! " Ucapku senang.
"Ya... Baru saja aku beli di toko mainan" Marcus tersenyum bangga kepada kami semua yang membuat kami sempat jengkel.
"Aah... Angin berlalu mari kita main" Ucap Haxel mengabaikan Marcus.
Marcus terdiam diri dan suasana disekelilingnya menjadi dingin.
"Ayo main... " ajakku pada marcus.
Kami bermain dengan ceria, aku tetap duduk di kasur putih ku dan mereka semua berada disekelilingku. Marcus dan Haxel duduk dikursi sebelah kananku, Vincent dan Will disebelah kiri dan Bibi Ann yang menjadi pengocok dan pengumpul kartu yang tepat di depanku.
"UNO! " Ucapku dengan riang saat aku memegang 1 kartu.
Aku adalah pemenang di game kartu seperti ini, Kartu ku sekarang adalah 4+ . Dan saat giliranku aku pun mengeluarkannya dengan mencium kartu ku terlebih dahulu.
"Uno game~" ucapku menatap rendah mereka semua.
Walau sebenarnya pemenang pertama adalah Vincent, dan yang kedua adalah Haxel. Aku adalah pemenang ketiga.
Setiap yang menjadi pemenang terakhir akan terkena coretan bedak putih yang sudah mereka bawa.
Aku, dan haxel sama sekali belum terkena bedak sama sekali. Indah sekali pemandangan muka muka bertopeng.
Kami bermain sampai jam besuk berakhir, aku sedikit sedih saat mereka pergi, tapi setidaknya mereka berjanji tuk menemui ku besok saat pulang sekolah dan kerja.
"Aku kelupaan sesuatu"...sekali lagi Vincent tiba tiba saja muncul begitu saja di kamarku. Matanya merah menyala, tak biasanya seperti ini apalagi wajahnya yang telah terukir dengan wajah serius.
Matanya menatapku, "Lupa apa ayah? " Tanyaku dengan enteng.
"Aku sebenarnya ingin bertanya kenapa kau pingsan dan 2 hari?! Kau membuatku cukup khawatir.. " Dia duduk di tepi ranjang putihku. Cukup dekat denganku yang tengah duduk memandang dirinya.
"Tak apa.. Hanya lelah mungkin" Dengan tersenyum aku menutup semua kebenaran yang tak dapat kuceritakan.
Mata Vincent terus menatapku, rasanya tak nyaman jika terus dipandangi.
"Ya sudah... Jika kau tak ingin cerita... Aku akan pergi.. "
Vincent beranjak mau pergi dariku. Punggungnya yang lebar membuat jantungku berdegup cukup cepat.
"bagaimana denganmu?.. Saat berada di rumah werewolf... Kau menatap satu perempuan berambut putih... " Aku mengingat perempuan itu, entah kenapa aku mengingatnya dan ingin sekali ku dengar jawaban dari Vincent. Perempuan putih di mimpiku dan di rumah werewolf itu sama persis. Dari wajah dan penampilannya.
"Dia.... " Vincent terdiam dan tiba tiba saja dia terus berjalan ke arah pintu. "Bukan siapa siapa... " Jawabnya sebelum meninggalkan aku benar benar sendirian di kamar ini.
.
.
.
.
.
.
.
..
.
.
.
.Ketemu lagi dengan author. Jadi author mo ngumumin kalo misalnya author stop update I say : Yes to Give my Blood untuk sementara. Di karenakan mau ulangan dan juga mau Bulan puasa. Jadi author bakal stop sampe Bulan lebaran. Tapi pas lebaran author langsung otw update. 🎊🎊Yay~! X3.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Say : Yes To Give My Blood
Vampire[Bagian 1 Selesai] [Highest rank : #17 in vampire] ◇ ◇ ◇ ◇ ◇ ◇ ◇ Kau selalu menjagaku dan selalu saja bersamaku. Menggenggam erat tanganku dan membawaku ke masa depan yang baru. Kehidupan bersama mahkluk sejenismu tidak lah buruk. Dongeng tentan...