Cahaya mentari menerobos masuk melalui celah-celah jendela kamarku yg tertutup gorden motif polkadot berwarna pink muda. Aku menggeliat dan membuka mataku perlahan. Kulirik jam doraemon yg terlet diatas nakas. Jam 06.30 pagi.
"Mati gue!! Gue kesiangan lagi!" Langsung saja aku berlari menuju kamar mandi. Mandi secepat kilat dgn jurus mandi ala bebek hihi.
***
Aku berlari cepat menuruni tangga sambil memasang dasi sekolahku.
"Ma, Flo berangkat dulu yaa. Dah mama, love you!" aku berteriak kearah mamaku yg sedang sibuk menyiapkan sarapan.
"Eh, sarapan dulu sayang!" mamanya balas berteriak.
"Gak sempet lg mama. Flo udah kesia. . . Digo? Ngapain lo pagi-pagi gini ada dirumah gue? Pake acara numpang sarapan segala ihh. Buruan kita berangkat!! Udah jam berapa nih?" Aku makin kesal.
"Ini baru jam 06.30 Flora sayang. Kamu gak kesiangan kok. Ayo sarapan dulu sini." mama mendekatiku dan menarikku menuju meja makan.
"Jam 06.30 ma? Kok bisa? Perasaan tadi jam 06.30 itu pas aku bangun tidur mama. Ini mah udah hampir jam tujuh."
"Haha, sorry Flo. Itu mah kerjaan gue. Tadi gue masuk kekamar elo terus gue cepetin deh jamnya." Digo menjelaskan seraya nyengir.
"ihh Digo kampret lo. Gue udah kayak dikejer setan nih buru-buru banget. Ternyata elo ya biang keroknya. Jahat banget sih!" aku bersedekap dada dan melotot kearah Digo.
"Sudah-sudah. Buruan sarapannya. Ntar malah telat beneran loh kesekolahnya."
"Oke mama!" Flora dan Digo berseru kompak.
***
Namaku Flora. Flora Yasmina. Namaku aneh kan? Flora artinya bunga, dan Yasmina itu melati. Ya, namaku itu artinya bunga melati. Kata mama, yang kasih nama itu adalah nenekku. Nenekku sangat menyukai melati. Klise banget kan?
Mama bilang, aku adalah gadis yang cantik. Tinggiku sekitar 165cm dgn berat badan 55kg. Ideal kan? Hoho pastinya dong.
Aku memiliki kulit yang berwarna putih pucat, rambutku panjang sepinggang yg berwarna coklat kemerahan dan bergelombang. Mataku berwarna biru laut, hidungku mancung, dan bibirku tipis namun merah bagai delima. Mungkin kalian berpikir, fisikku kok kayak bukan indonesia asli yaa? Iyap emang bener. Aku blasteran. Papaku orang Amerika. Intinya sih aku ini masih keturunan bule. Aduh, jangan berpikir aku narsis ya. Karena aku sama sekali gak narsis. Kalo kata Digo sih, aku ini cewek berjiwa cowok alias tomboy. Jadi kalian jangan pernah berpikir kalau aku ini merupakan cewek centil yang punya geng sok eksis itu deh. Karena itu bukan gue banget!
Oke, kalian mungkin bertanya-tanya. Digo siapanya aku sih? Kok manggil mamaku mama? Apa dia itu saudara aku? Bukan! Dia bukan saudara aku, karena aku ini anak tunggal. Si Digo Pranata Putra itu adalah sahabat aku. Dia adalah sahabat pertama yang aku punya semenjak pindah ke jakarta 10 tahun lalu. Rumahnya Digo tepat disamping rumahku. Dan karena orang tuanya suka sibuk sama urusan bisnisnya, jadilah dia lebih suka berada dirumahku dan dekat dengan mamaku. Karena mama udah sayang sama Digo jadilah mama ngizinin dia buat manggil mama dengan sebutan mama. Udah jelas kan?
Nah kalau kalian mau tau darimana aku dapet sifat tomboy, ya jawabannya dari Digo. Karena keseringan bergaul sama dia aku jadi ketularan kebiasaan dia.
Aku dan Digo bagaikan semut dan gula.. Gak pernah pisah!! Makanya, banyak yang ngira kalau kami pacaran. Padahal itu gak bener.
We're just friend, oke?***
"Digo, nyetirnya ngebut dikit kek. Ntar telat nih. Lo tau sendiri kan pelajaran pertama itu Biologi, itu artinya kalo telat kita bakalan abis diomelin sama bu Ratna. Yakali kalo diomelin doang mah gak masalah, ntrar malah disuruh bersihin toilet guru yg bau jengkol itu lagi. Ihh ogah gue."
"Aduh, Flo. Lo bisa diem gak sih? Gue gak bisa konsen nih nyetirnya kalo elo berisik mulu. Diem!" Digo melotot kearahku.
"Ya udah sih, gak usah melotot gitu. Serem tauuu!" Aku membuang pandangan kearah jendela mobil.
***
Sesampainya disekolah, ternyata benar kami terlambat. Untunglah satpamnya baik, jadi dia mau membukakan gerbang buat kami masuk. Sekarang yg jadi masalah adalah bu Ratna!! Guru killer itu kan rajin bangett, pasti sekarang dia udah ada dikelas.
"Gimana dong, Dig?" aku berbisik kearah digo.
"Stt, udah. Kita jalan pelan-pelan."
"Oke, Dig. Tp elo duluan."
"Yaudah, ayo deh."
Digo menggenggam tanganku untuk melangkah bersama.
Kami berjalan mengendap-endap menyusuri koridor lantai dua. Sesampainya didepan kelas kami, kelas 11 IPA 1 kami tidak mendengar kalau kelas ribut. Kelas terlihat tenang. Itu berarti bu Ratna udah ada dikelas.
"Aduh, Dig. Bu Ratna udah ada nih kayaknya." aku makin panik.
"Udah, tenang. Kita kan berdua, udahlah siapin mental aja."
"Huftt, iya deh."
Digo, mulai mendorong pintu kelas. Aku menghitung dalam hati.
Satu. . .
Dua. . .
Tiii. . .
*Bersambung*
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE!
Teen Fiction[SELESAI] Dibilang sahabat, tapi tingkahnya udah kayak pacar. Dibilang pacar, tapi gak pernah jadian. Duhh pusing!