Ini sudah hari ketujuh Flora terbaring koma. Papanya yang bekerja di Amerika pun kini sudah kembali ke Indonesia karena sangat khawatir kepada putri semata wayangnya itu dan juga kepada istrinya yang terus saja bersedih.
"Sudahlah ma. Papa tau kalau mama sedih. Tapi mama gak boleh siksa diri mama dengan gak makan gini dong. Kalau Flora tau dia juga pasti bakalan marah. Ayolah, kita makan dulu oke?"Papa mencoba membujuk mama untuk makan, karena sudah beberapa hari ini mama tdak mau makan dan tidak mau beranjak dari sisi Flora.
Mama hanya menggelengkan kepalanya lemah."Ma, bener apa kata papa. Mama harus makan. Entar Flora sembuh, malah mama yang sakit. Udah, biar Digo aja dulu yang jagain Flora. Mama sama papa kekantin aja. Gak papa kok." sela Digo.
"Tuh, ada Digo yang jagain Flo. Ayolah ma." bujuk papa lagi.
Akhirnya mama pun mengangguk tanda setuju.
***
Setelah orang tua Flora keluar, gantian Digo yang menduduki kursi disamping tempat tidur. Ia menggenggam tangan Flora erat."Flo, mau sampai kapan lo tidur mulu? Lo gak bosen? Bangun Flo. Banyak yang nungguin lo buat bangun. Mama, papa, Revan, dan gue Flo. Pliss bangun. Kalo lo emang sayang dan cinta sama gue buruan lo bangun. Karena gue juga mau bilang kalau gue juga sayang dan cinta banget sama elo Flo!"
gumam Digo lirih.Ia pun mencium tangan Flora dengan lembut.
***
Revan melangkahkan kakinya pelan menuju ruang perawatan Flora.Baru saja ia akan membuka pintu, dilihatnya dari kaca yang ada di pintu jika didalam sana hanya ada Flora dan Digo Revan mengurungkan niatnya untuk masuk kedalam.
Ia memilih untuk melihat dari luar saja.
Revan dapat melihat dengan jelas jika Digo sedang berbicara sesuatu pada Flora dengan wajah serius. Ia mengakhiri kata-katanya dengan sebuah kecupan ditangan Flora. Revan yakin, Digo baru saja mengungkapkan perasaannya pada Flora. Walaupun gadis cantik itu sedang dalam keadaan koma.
Revan memutuskan untuk berbalik dan membatalkan niatnyaa untuk menjenguk Flora sekarang. Ia ingin memberikan waktu bagi Digo untuk meresapi perasaannya pada Flora.'Cepatlah bangun Flo. Apa yang kamu harapkan akan tercapai. Digo sudah menyadari tentang perasaan cintanya sama elo.' gumamnya dalam hati.
***
Sudah beberapa malam ini tidur Melody selalu terinterupsi oleh mimpi buruk tentang Flora. Ia terus dihantui oleh rasa bersalah, karena bagaimanapun ia lah yang menyebabkan Flora kecelakaan.
Andai saja ia tidak pernah iri pada Flora, Andai saja ia tidak selalu memusuhi Flora, Andai saja ia tidak berusaha merebut perhatian Digo dari Flora, Andai saja ia tidak marah saat melihat Flora lebih cantik darinya malam itu, Andai saja ia tidak merencanakan untuk membuat Flora tercebur kedalam kolam renang, Andai saja ia tidak terus-terusan membuat Flora cemburu, dan banyak sekali andai-andai lainnya yang terus ia sesali, pasti kecelakaan naas itu tidak akan pernah terjadi."Maafin gue, Flo. Gue udah dibutain sama rasa iri gue ke elo." ia berkata lirih.
***
Flora merasa heran sekaligus takjub. Saat ini ia berada ditengah padang ilalang yang sangat indah. Namun, padang seindah ini terlihat sepi. Tidak ada tanda-tanda keberadaan orang disana.
Flora terus melangkah kesana-kemari. Hingga akhirnya ia melihat seorang perempuan duduk disebuah bangku kayu sambil membelakanginya.Flora pun mendekat kesana.
"Permisi, boleh saya tanya? Ini dimana ya?" ia menyapa perempuan tadi.
Perempuan itu menengok kearah Flora dan tersenyum manis.
"kamu tengah berada di taman perbatasan, Flora." jawabnya.
Flora kaget karena perempuan cantik itu tau namanya."Kamu tau nama aku? Maaf, emangnya kita pernah kenalan?" tanya Flora bingung.
"Mungkin kamu gak tau siapa aku, tapi aku sangat tau siapa kamu."
"Eh? Emangnya kamu siapa? Tau aku darimana?" Flora makin dibuat penasaran.
"Aku Luna. Orang yang sangat mencintai Revan, Flo." jawabnya seraya tersenyum miris.
"Kak Luna? Loh kok? Bukannya kakak udah. . . Berarti aku udah meninggal ya kak?"
"Kamu belum meninggal, Flo. Dan belum saatnya untuk meninggal. Kamu hanya sedang koma."
"Aku? Koma?"
"Iya, kamu mengalami kecelakaan dan sedang koma. Sekarang saatnya kamu kembali Flo. Banyak orang disana yang menunggu kamu sadar. Kembalilah dan terus perjuangkan cinta kamu pada Digo. Aku ingin melihat kalian berdua bersatu. Aku gak mau liat kalian bernasib sama kayak aku dan Revan." Luna berkata sendu.
"Kak Luna kenapa harus pergi? Kenapa kakak gak berjuang untuk tetap hidup dan perjuangin cinta kakak sama kak Revan? Kasihan kak Revan, ia bahkan masih mencintai kakak hingga sekarang." ungkap Flora.
"Inilah yang namanya takdir, Flo. Walau kita mau, tapi kita gak bisa melawan takdir. Mungkin emang udah takdir aku dan Revan untuk tidak bersatu."
"Aku mengerti kak."
"Sekarang kembalilah, Flo. Mereka semua menunggumu."
Flora mengangguk.
Sesaat kemudian, sosok Luna dan padang ilalang itu hilang dari pandangannya, digantikan dengan warna hitam dan gelap.
*bersambung*
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE!
Teen Fiction[SELESAI] Dibilang sahabat, tapi tingkahnya udah kayak pacar. Dibilang pacar, tapi gak pernah jadian. Duhh pusing!