EPILOG

5.5K 191 14
                                    

Flora pov


Cahaya sang surya yang masuk melalui celah tirai jendela memaksaku untuk segera membuka mata.

Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah setelah absen selama dua minggu.



Kulirik jam weker doraemon kesayanganku.

WHAT??

06.45??


"Ya ampun, hari pertama masuk sekolah masa iya harus kesiangan? Waaa malu-maluin!"

Flora berlari menuju kamar mandi. Seperti biasa, jurus mandi bebek kembali ia gunakan.

Hihi, cantik-cantik kok mandi bebek sih Flo? Parah kamuuu!



Flora menuruni tangga dengan tergopoh-gopoh.

"Mama, Papa, Flo pamit yaaa!" teriaknya nyaring.

"Sarapan dulu honey!" sahut papa yang perada di meja makan.

"Gak sempet papa. Flora udah kesiangan nih!"

Mama mendekatinya dan menyuruhnya melihat jam yang ada di dinding ruang keluarga, tempat dimana mereka berada.

"Tuh liat. Baru jam 06.25 sayang. Ayo ah sarapan dulu."

Mama menghela Flora yang masih kebingungan itu menuju ruang makan.



"Loh, Digo? Oh jangan-jangan ini ulah elo lagi yaa? Elo yang cepetin jam dikamar gue kan?" tuding Flora tepat sasaran.

"Hehe, iya Flo." Digo cengengesan.

Flora mendekat dan menjitak kepala Digo berkali-kali.

"Dasar! Jahat banget sih. Senang ya lo liat gue menderita?"

"Aduh, udah Flo. Sakit nih kepala gue lo jitakin." Digo meringis.



Sementara mama dan papanya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah keduanya.

"Kalian belum berubah yaa. Masih sama kayak anak kecil." komentar papanya.

"Kita udah besar papa!" sahut Flora dan Digo kompak.

"Nah, gitu dong kompak." papa tersenyum senang.

"Udah ah. Buruan sarapan." mama melerai perdebatan yang tidak ada ujungnya itu.



***



Author pov

"Kamu yakin, Van? Apa gak terlalu cepet?" kak Reva bertanya dengan nada cemas.

"Aku yakin, kak. Lagian mereka udah bersatu kok. Jadi sekarang, saatnya Revan kembali ke kehidupan Revan yang sebenarnya." jawabnya mantap.

"Ya baiklah. Kalau itu udah jadi keputusan kamu, kakak bakalan dukung kok." walaupun sebenarnya kakak tau, kamu bahagia kan berada disamping Flora? lanjut kak Reva dalam hati.

"Ya udah, aku berangkat kesekolah dulu kak." pamit Revan.


"Oke, hati-hati Van."



***



Saat ini, Flora dan Digo tengah berada didalam mobil. Sesekali Digo melirik kearah Flora, begitu pun sebaliknya. Hingga tatapan mereka bertemu.



Keduanya saling tersenyum canggung, dan kemudian membuang muka.

Digo memberanikan diri untuk meraih tangan Flora.

Dikecupnya tangan itu lembut.

"Gue senang kita bisa kayak gini lagi, Flo." tutur Digo.

"Gue juga, Dig." Flora menjawab seraya tersenyum.



***



Flora dan Digo membuka pintu kelas perlahan. Flora mengernyit heran karena suasana kelasnya gelap gulita. Ia memandang Digo, namun Digo hanya menggeleng.



"Taraaa! Welcome Flora!"

Kelas kembali terang dan memperlihatkan seluruh teman-temannya berdiri dihadapan Flora dengan memegang berbagai tulisan pada kertas karton yang ditujukan kepadanya.

Flora mengatupkan tangannya ke mulut. Ia tidak percaya jika lagi-lagi dirinya mendapat kejutan.

"Thanks so much, guys. Sumpah, gue terharu." Flora tidak bisa menahan air matanya untuk tidak terjatuh.

"Yeayy, sama-sama Flora." sahut semuanya kompak kemudian menyalami Flora satu persatu.

Tiba pada orang terakhir yang tak lain adalah Revan.

"Pasti ini ide kakak kan?"

"Sure, Flo."

"Thanks ya kak. Kakak baik banget sama aku."

"Gak masalah, Flo."
Revan tersenyum tulus kemudian berlalu.

"Ya udah, ayo Flo duduk."


***



Tett... Tett... Tettt...

Bel istirahat berbunyi nyaring. Flora mengajak Digo untuk pergi ketaman belakang. Ia sangat merindukan tempat favoritnya itu.

"Taman ini emang selalu bikin tenang." ujar Flora setelah mereka duduk dibanggu taman.

"Ya, elo bener Flo." sahut Digo.



"Ehem, boleh gue gabung?"
terdengar suara yang menginterupsi obrolan mereka.

"Kak Revan? Ayo sini kak, gabung aja." Flora bergeser ketengah untuk memberikan tempat duduk pada Revan.

"Gue mau pamitan sama kalian. Ini hari terakhir gue kesekolah. Besok gue harus kembali ke Bandung. Kasihan kuliah gue terbengkalai."

"Loh? Kok cepet banget kak?"

"Kalian kan udah jadian, Flo. Itu artinya misi gue udah selesai."

"Siapa bilang kita jadian?" tampik Digo cepat.

"Maksudnya?" Revan bingung.

"Kita gak jadian kak. Kita masih tetap sahabatan. Tapi sahabat rasa pacar." terang Flora.

"Sahabat rasa pacar? Haha kalian ini. Tapi kan kalian udah bersatu. Jadi udah waktunya gue pergi."

"Kak, thanks bgt buat semuanya. Tanpa bantuan kakak mungkin kita gak bakal bersatu." ucap Digo tulus.

"Sama-sama, Digo. Jagain Flora baik-baik ya." pesan Revan.

"Pasti kak." sahut Digo mantap.



Terdengar isak tangis keluar dari mulut Flora.

"Hei, kenapa nangis?"

"Aku sedih harus pisah sama kakak." jawab Flora polos.

Revan membawa Flora kedalam pelukannya.

"Sttt, udah jangan nangis ah. Toh, kita masih bisa teleponan kan?" Revan menenangkan Flora.

Flora hanya mengangguk.

"Ya udah, gue pamit dulu ya." Revan beranjak menjauh.



"Semoga kak Revan bisa segera dapetin penggati kak Luna."
Gumam Flora pelan.


"Aamiin."

*epilog end*

Hai semuaaaa..
Makasih yang udah mau baca tulisan aku yang jelek ini. Kritik dan saran juga boleh kok. Biar aku punya masukan buat bisa nulis lebih baik lagi.

Pokoknya makasih buat yang udah mau baca. Sayang kalian 😘

FRIENDZONE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang