Suara roda brankar serta langkah kaki yang berjalan cepat memenuhi lorong rumah sakit yang malam ini terlihat lenggang.
Brankar itu telah dibawah masuk kedalam ruang ICU."Maaf, kalian silahkan tunggu disini saja." seorang suster mencegah langkah Revan dan Digo yang ingin menerobos masuk kedalam ruang ICU.
"Suster tolong, lakukan apapun untuk menyelamatkan Flora. Kumohon selamatkan dia!" Digo mengguncang-guncang bahu bahu suster tersebut.
"Kami akan berusaha semampu kami untuk menyelamatkannya. Tolong tenangkan diri anda."
***
Revan hanya bisa terduduk lesu dikursi tunggu. Pandangannya kosong kedepan. Pikirannya kembali mengingat peristiwa 3 tahun yang lalu.Revan merasakan de javu. Kecelakaan yang menimpa Flora sama persis seperti kecelakaan yang telah merenggut Luna dari kehidupannya. Dan keduanya terjadi tepat didepan matanya.
"Arghhh, sial!!" erangnya kesal.
***
Digo dan Revan yang semula tertunduk, seketika mendongak saat mendengar langkah kali mendekat. Ternyata mama Flora."Digo, Revan, apa yang terjadi? Dimana Flora?" mama memberondong mereka berdua dengan banyak pertanyaan.
"Flora tadi ditabrak mobil ma." jelas Digo.
"Oh astaga, hikssss Flora." mama kaget dan langsung terduduk seraya menangis.
Memang tadi saat ditelepon Digo tidak menjelaskan apa yang terjadi. Ia hanya menyuruh mama Flora untuk datang kerumah sakit.
Sesaat kemudian, pintu ruang ICU terbuka. Dokter yang menangani Flora keluar dan mendekat pada mereka."Maaf, manakah keluarga pasien?" tanya dokter.
"Saya dok. Saya mamanya. Bagaimana kondisi anak saya? Dia baik-baik saja kan?"
"Flora mengalami benturan yang hebat dikepalanya, hal itu membuatnya mengalami koma. Maaf, kami tidak bisa berbuat banyak. Kita hanya bisa menunggu Flora sadar dari komanya" jelas dokter menyesal.
"Hikssss Floraaa.." mama hanya bisa menangis terisak.
"Boleh kami menjenguknya dok?" tanya Revan.
"Boleh, tentu boleh. Itu justru bagus, siapa tau dia akan merespon kehadiran kalian dan segera sadar dari koma nya. Tapi tunggu dulu sampai Flora dipindahkan keruang perawatan."
"Baiklah, terima kasih dokter." ucap Revan.
"Sama-sama.. Kalau begitu saya permisi dulu. Mari."
***
Mama, Digo dan Revan mendekati tempat tidur itu dengan langkah perlahan. Disana, terbaring Flora dengan kepala diperban, serta luka dibeberapa bagian tubuhnya. Mukanya pucat. Matanya tertutup rapat."Flora sayang, bangunlah nak. Mama disini sayang. Ayo bangun, jangan bikin mama cemas Flo." lagi-lagi mama terisak seraya mengelus-elus pipi Flora.
"Tante, maafin aku. Aku gak bisa tepatin janji aku buat jagain Flo." Sesal Revan.
"Tidak, Revan. Sudahlah. Jangan menyalahkan diri kamu. Ini sudah takdir. Tante tidak marah sama kamu. Justru tante berterima kasih karena kalian berdua sudah membawa Flora kerumah sakit." Jawab mama Flora bijak.
***
Perasaan Digo terasa perih saat melihat keadaan Flora sekarang. Ia menggenggam tangan Flora erat.
'Flo, buruan sadar. Gue gak mau liat lo kayak gini. Gue mohon.' ucapnya dalam hati.
Revan menepuk pundak Digo pelan."Ikut gue bentar." bisik Revan.
Digo mengangguk pelan.
"Ma, Digo sama Revan keluar dulu ya. Mama gak papa kan sendirian dulu?" pamit Digo."Iya, gak papa kok sayang."
Mereka pun berjalan beriringan meninggalkan kamar rawat Flora.
***
Revan mengajak Digo ketaman rumah sakit.Dan,
Bukkkk...
Sebuah tonjokan dilayangkan Revan ke wajah Digo.
"Eh, lo kenapa nonjok gue?" Digo terpancing emosi.
"Lo tanya kenapa heh? Itu karena lo bodoh. Lo tolol. Lo bajingan. Lo udah bikin Flora sakit hati!" jawab Revan berapi-api.
Digo tak menanggapi. Ia menunggu Revan melanjutkan kata-katanya.
Revan duduk dibangku taman seraya mengusap wajahnya dengan tangan. Digo turut duduk disampingnya."Lo tau, Flora itu suka sama elo! Dia cinta sama Elo! Tapi lo gak sadar kan?" papar Revan.
"A..apa? Flora suka sama gue? Lo tau darimana?"
"Yaa gue tau lah. Karena gue emang udah cari tau tentang kalian berdua sejak lama."
"Cari tau tentang kami? Kenapa?" Digo mulai tertarik.
Revan pun menceritakan tentang kisah cintanya dan Luna yang tidak pernah tersampaikan.
"Lo tau? Gara-gara lo selalu dekat sama Melody, Flora sampe bela-belain berubah jadi cewek feminin. Dia selalu dateng kerumah gue buat belajar jadi cewek anggun sama kakak gue. Itu semua demi elo, biar elo bisa anggap keberadaan dia. Tapi apa? Elo malah cemburu gak jelas liat dia sama gue. Asal lo tau, gue udah anggep Flora kayak adek gue sendiri. Gue gak mau nasibnya sama kayak Luna. Dan kalau lo juga cinta sama dia, jangan pernah lo sia-siain dia lagi. Buruan tembak dia. Inget, jangan sampe lo bikin air mata dia jatuh gara-gara lo! Kalau sampe itu terjadi, gue gak akan segan-segan buat hajar elo!" ancam Revan.
Digo terhenyak. Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Apa yang baru didengarnya benar-benar membuatnya tertegun.Floraa, mencintainya?
*bersambung*
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE!
Teen Fiction[SELESAI] Dibilang sahabat, tapi tingkahnya udah kayak pacar. Dibilang pacar, tapi gak pernah jadian. Duhh pusing!