Satu. . .
Dua. . .
Tiii. . .
"Loh, kok kosong?" tanya Digo heran.
"Kosong? Apanya yg ko. . Loh? Kenapa kelasnya sepi kayak kuburan gini?" Aku ikutan heran.Kami melangkah memasuki kelas. Mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mataku tertuju pada tulisan besar yang ada di papan tulis.
'HARI INI BU RATNA GAK MASUK SOALNYA ANAKNYA LAGI SAKIT. CIHUYYYY!! CAPCUS KANTIN BRAY'
"Digo, liat deh. Katanya bu Ratna gak masuk hari ini." kataku seraya menarik seragam Digo agar mendekat kearahku.
Digo ikut membaca tulisan itu. "Wah, yang bener? Yeah, itu artinya kita bebas dari hukuman!" Digo berteriak kegirangan. Tangannya refleks menarikku kedalam pelukannya.
"Haha iya, Dig. Gilaa, gue udah takut banget tadi. Eh untungnya guru killer itu gak masuk. Ahh gue seneng banget yeayy!!" Aku balas memeluknya erat.
"Ehemm. Asik bener pelukannya. Mentang-mentang kelas lagi sepi."
tiba-tiba ada seseorang yang menginterupsi. Seketika pelukan kami terlepas.
"Eh cowok tengil. Ngagetin aja ihhh." Aku melotot kearahnya. Ternyata yang dateng itu Elang, teman sekelas kami sekaligus sahabatnya Digo.
"Temen-temen yang lain pada kemana, Lang?" tanya Digo.
"Mereka semua lagi pada dikantin. Si Melody lagi traktir temen sekelas makan sepuasnya. Doi kan abis terpilih jadi model gitu.""Wah beneran? Ayo kita kekantin juga deh." ajak Digo bersemangat.
"Gue gak ikutan deh. Elo berdua aja sana." jawabku acuh.
"Yah, elo kok gitu sih Flo. Gak asik ahh." celetuk Elang.
"Beneran gak mau nih, Flo? Makan gratis loh." goda Digo.
"Ihh kalo gue bilang gak ya enggak, Digo. Udah ah sana kalian pergi!" kataku sedikit ketus.
"Ya udah, kita ke kantin dulu ya, Flo." pamit Digo seraya mengusap puncak kepalaku.
"Bye Flocanpilak. Flora cantik tapi galak haha." ledek Elang.
"Dasar kunyuk!!" umpatku kesal.
***
Kulangkahkan kaki jenjangku menuju ke taman belakang sekolah. Aku segera duduk dibangku kayu yang berada dibawah pohon rindang yang terdapat ditaman tersebut.
Sekitar 3 meter didepanku terdapat sebuah kolam ikan. Perlu kalian tau, taman ini merupakan salah satu tempat favoritku.
Segera kukeluarkan ipod kesayanganku dari dalam saku rok. Kupasangkan earphone ketelinga, seketika lagu Innocence dari Avril langsung mengalun lembut di indera pendengaranku. Kupejamkan mataku sejenak. Mencoba menikmati ketenangan yang telah kuciptakan.
Plukkkk. . .
Samar-samar aku mendengar suara kecipak air dari kolam ikan didepanku. Kubuka mataku perlahan. Betapa kagetnya aku saat melihat seorang cowok sedang berjongkok didepanku. Ia menyamakan tingginya denganku sehingga wajahnya tepat berada didepan wajahku.Plakkkk. . .
Secara refleks kutampar pipinya."Aww, kok gue ditampar sih?" katanya seraya meringis sakit.
"Elo siapa sih? Salah sendiri kenapa wajah lo deket bgt sama gue. Elo mau kurang ajar ya sama gue? Berani lo?" aku mengambil ancang-ancang untuk menamparnya lagi.
"Eh eh, udah kali jangan ditampar lagi. Gue tadi cuma penasaran, gue masih didunia apa udah disurga. Abisnya lo cantik banget, kayak bidadari." jelasnya padaku.
"Huekk, sumpah elo gombalnya norak banget." kataku mengejek.
"Siapa yang gombal? Elo emang cantik banget kali. Cuma, yaa kecantikan elo tertutupi sama sifat elo yang galak ini deh."
"Ihh, kenal aja enggak pake sok nilai gue segala." jawabku acuh.
"Ya udah, kenalin. Nama gue Revan. Gue siswa baru disini." katanya seraya mengulurkan tangannya padaku.
Aku menatap tangannya ragu. Lalu beralih menatap wajahnya. Melihat dia memasang wajah sendu, akhirnya kuputuskan untuk menerima jabatannya.
"Gue Flora."
"Flora. Nama yang cantik."
"Ya, thanks." jawabku singkat.
"Elo kelas berapa, Flo? Ini kan jam belajar, kok elo diluar?"
"Kelas 11 IPA 1. Gurunya gak dateng, yaudah ngapain dikelas. Enakan juga disini."
"Lo kelas 11 IPA 1 yaa? Berarti kita bakal sekelas dong."
"Oh ya? Hmm."
"Flo, ayo kita ke kelas. Bentar lagi masuk jam pelajaran Fisika." tiba-tiba Digo sudah ada didekatku dan langsung mengajakku berdiri dan pergi.
"Eh, gue duluan." aku berbasa-basi pada Revan.
"Sampai ketemu lagi Flora." Revan ikut berdiri dan melambaikan tangan kearahku.
***
"Dia siapa sih, Flo? Sok akrab banget sama elo." tanya Digo."Namanya Revan. Anak baru."
"Kok bisa akrab gitu? Tumben banget. Biasanya kan elo paling susah buat interaksi sama orang baru." Digo menatapku penuh selidik.
"Elo suka ya sama dia? Jatuh cinta pada pandangan pertama gitu? Aduh Flo, jangan deh. Siapa tau dia itu gak baik. Playboy gitu." lanjutnya lagi bertubi-tubi.
"Aduh Digo. Siapa juga yang suka sama dia. Yaa enggak lah. Udah ah, katanya mau buru-buru masuk kelas, kok malah ngajakin ngerumpi ditangga gini sih." Aku langsung melanjutkan menaiki tangga, meninggalkan Digo yang masih memasang wajah curiga.
"Eh, Flo. Tungguin guee!!"
*bersambung*
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE!
Teen Fiction[SELESAI] Dibilang sahabat, tapi tingkahnya udah kayak pacar. Dibilang pacar, tapi gak pernah jadian. Duhh pusing!