Digo merasakan tangan yang ada dalam genggamannya bergerak. Ia memandangi wajah Flora. Benar saja, kelopak mata yang terpejam itu mulai terbuka dan menampakkan bola mata biru laut milik Flora.
"Flo? Lo udah sadar? Ahh syukurlah. Tungguin ya, aku mau panggil dokter." Digo bergegas untuk mngabari dokter dan juga orang tua Flora.
***
Flora membuka matanya perlahan. Cahaya putih yang dilihatnya begitu menyilaukan. Ia mengerjap pelan untuk menormalkan penglihatannya, baru setelah itu matanya dapat menyesuaikan cahaya yang masuk.
Flora melihat kesekelilingnya. Ia sedang berada diruangan serba putih dengan berbagai alat bantu penyokong kehidupan.
Aku dirumah sakit, Pikirnya.
***
Tak lama kemudian, Digo kembali masuk diiringi oleh seorang lelaki berjas putih yang notabane adalah seorang dokter dan kedua orang tua Flora.Dokter langsung memeriksa kondisi Flora dan membantu melepaskan alat bantu pernafasan yang menutupi mulut dan hidung Flora.
"Syukurlah, kondisinya sudah stabil. Suatu keajaiban dia bisa sadar dari komanya secepat ini. Biasanya, pasien yang mengalami benturan dikepala seperti Flora baru bisa sadar setelah koma paling sedikit 1 bulan." paparnya."Alhamdulillah, terima kasih dok." kata papa Flora.
"Baiklah, saya permisi dulu."
dokter pun berlalu dari sana.
"Sayang, syukurlah kamu sudah sadar. Mama lega." mama berhambur memeluk Flora."Iya sayang, papa senang akhirnya putri cantik papa bangun juga dari tidur panjangnya." canda papa.
Flora hanya menanggapinya dengan senyuman.
"Flo, gue senang lo udah sadar. Gue khawatir banget sama elo." Digo membuka suara.Flora memandang Digo sendu seraya tersenyum tipis. Kemudian dia memalingkan wajahnya kepada sang mama.
"Ma, kak Revan dimana? Aku mau ketemu sama dia." tanya Flora.
"Astaga, mama lupa kasih kabar ke Revan kalau kamu udah sadar. Ya sudah, mama teleponin yaa.""Gak usah ma. Siniin handphone nya, biar Flo aja yang telepon."
Mama menurut dan memberikan handphone nya pada Flora.
Hati Digo terhenyak mendengar Flora menanyakan keberadaan. Apalagi saat Flora bertelepon ria dengan Revan. Sungguh, ia merasa hatinya seperti tercabik. Ada apa ini? Flo, bukannya lo cinta sama gue? Kenapa malah cari Revan? Apa cinta lo udah berpaling ke dia? Batin Digo.
***
Revan mengernyit saat melihat layar teleponnya. Mama Flora nelpon? Ada apa ini? Pikirnya."Halo tante? Ada apa? Ada masalah sama kondisi Flora?" tanya Revan langsung.
"Kak, ini aku." Sapa Flora.
"Flora? Flo? Lo udah sadar? Beneran? Gue gak mimpi kan?"
"Haha, aduh plis deh. Lebay banget sih kak. Iya, aku udah sadar dari tidur cantik aku haha."
"Oh syukurlah. Aku lega Flo. Akhirnya. Ya udah, aku bakalan ke rumah sakit sekarang."
"Oke, aku tunggu ya kak."
telepon pun terputus.
Betapa senangnya Revan sekarang. Ia segera meraih kunci mobilnya dan meluncur menuju rumah sakit.
***
"Tuh, Revannya udah dateng." seru mama saat melihat Revan."Yeayy akhirnya. Ma, Pa, Dig, boleh kalian keluar bentar? Aku mau ngomong empat mata sama kak Revan." Pinta Flora.
Ketiganya mengangguk dan segera melangkah keluar.
"Flo, sorry. Aku gak bisa jagain kamu waktu itu. Andai aja aku lebih cepat, mungkin kamu gak bakalan jadi gini." sesal Revan."Stt, udah gak papa kak. Ini udah takdir aku. Toh aku sekarang gak papa kan?" tutur Flora.
Mereka pun terdiam sesaat.
"Kak?""Iya, kenapa Flo? Hemm?"
"Waktu aku koma, aku mimpi ketemu sama kak Luna. Dia cantik banget."
"Oh ya? Benarkah?""Iya kak, terus dia nasehatin aku buat terus perjuangin cinta aku ke Digo. Katanya dia gak mau kami bernasib seperti kalian kak."
Tanpa sadar air mata telah membanjiri pipi keduanya. Flora mencoba memeluk Revan.
"Kakak jangan sedih ya. Aku yakin kak Luna gak suka liat kakak sedih. Kakak harus semangat. Aku akan selalu ada buat kakak." hibur Flora.
***
Dari luar, Digo terus memperhatikan Flora dan Revan. Matanya membola sempurna saat melihat adegan berpelukan Flora dan Revan.Tamatlah harapanmu Digo. Dia benar-benar telah berpaling, Pikirnya putus asa.
***
"Kak, selamat yaa. Kakak emang lebih pantes buat Flora, bukan aku." Digo berkata lirih."Hei, ngomong apa sih? Ya gak lah. Orang dia cintanya sama kamu." tampik Revan cepat.
"Tapi tadi aku liat kalian pelukan."
"Astaga! Kau cemburu? Tidak Digo. Kami hanya membahas tentang Luna."
"Tapi aku nggak yakin Flora masih mau mencintaiku kak."
"Dia masih dan akan terus mencintai kamu. Lebih baik kamu ungkapkan perasaan kamu Digo."
"Tapi gimana?" Digo bingung.
"Tenang, serahin sama aku. Biar aku yang atur. Pokoknya ntar kalau Flora udah diizinin pulang dari rumah sakit aku akan jalanin rencana itu." Terang Revan.
"Recananya gimana kak?"
Revan membisikkan sesuatu dan diiringi anggukkan kepala dari Digo.
"Oke, aku percaya sama kakak. Thanks banget kak. Maaf kalo aku sering sinis sama kakak waktu itu."
"No problem. Gue maklum kok. Namanya juga orang cemburu, ya gitu deh haha."
mereka pun tertawa bersama.
*bersambung*
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE!
Teen Fiction[SELESAI] Dibilang sahabat, tapi tingkahnya udah kayak pacar. Dibilang pacar, tapi gak pernah jadian. Duhh pusing!