"Digo?" panggil Flora pelan.
Sosok itu berbalik.
Benar saja, itu Digo.
Flora mendekati Digo dan turut bertumpu pada besi balkon."Daritadi lo disini? Pantes aja gak keliatan dibawah. Ngapain disini?" Flora memberondong Digo dengan pertanyaan.
"Gue cuma lagi merenung Flo." jawab Digo pelan.
"Merenung? Huh sok melankolis!" sindir Flora.
"Iya, gue emang melankolis Flo. Gue jadi melankolis semenjak elo dekat sama Revan."
Flora terdiam. Ia tidak tau harus menjawab apa.
***
Revan memang telah pamit pulang dari rumah Flora sedari tadi. Tetapi, ia belum juga beranjak pulang. Ia masih berada didalam mobilnya yang diparkir diluar pagar rumah Flora.
Dari posisinya sekarang, ia dapat melihat jika saat ini Flora dan Digo sedang berada dibalkon.Revan tau apa yang akan terjadi setelah itu. Karena dirinyalah yang telah mengatur semuanya. Yaa, pasti dalam hitungan menit Flora dan Digo akan bersatu dalam sebuah status baru, pacaran.
"Luna sayang, aku berhasil mempersatukan mereka." gumamnya pelan.
***
"Gue gak tau sejak kapan rasa ini ada, Flo. Yang jelas, sejak lo deket sama Revan gue merasa ingin marah, kesal. Gue gak mau lo deket sama cowok lain. Gue ngerasa kehilangan saat lo gak ada. Gue udah terbiasa ada lo disisi gue. Tapi, sejak lo dekat sama Revan gue baru sadar, Flo. Gue sebenarnya sayang sama lo. Ah bukan. Bukan sekedar sayang. Tapi, gue juga cinta sama lo."
Digo menatap Flora serius.
"Haha, udahlah Dig. Becandanya gak lucu tau. Tapi makasih, lo udah berhasil bikn gue ngakak." Flora malah tertawa terbahak.
Digo memegang kedua pundak Flora hingga kini Flora menghadap kearahnya."Lo liat gue, Flo. Lo liat mata gue. Apa ada kebohongan disana?"
Flora menatap mata Digo lama. Kemudian kepalanya menggeleng.
"Gue gak bohong, Flora. Gue emang cinta sama elo!"
Digo kembali meyakinkan Flora."Gak, Digo. Gue tau kok yang lo cinta itu Melody, bukan gue."
Flora menunduk menyembunyikan air matanya yang mulai berlinang.
"Melody? Kenapa lo pikir kalo gue cinta sama dia, Flo?""Yaa itu karna lo selalu antusias pada semua hal yang berhubungan dengan dia. Lo selalu bersikap manis sama dia. Lo selalu puji-puji dia didepan gue. Bahkan lo lebih milih jadi pasangan dia dipesta itu. Lo lebih miih dia daripada gue! Itu semua bukti Digo!"
Flora tidak bisa lagi menahan air matanya. Air mata itu telah mengalir membasahi pipinya yang kini nampak tirus.
"Flo, dengerin gue! Semuanya gak seper...." Digo mencoba meyakinkan namun langsung dipotong oleh Flora."Udahlah. Udah cukup! Gue tau kok lo cuma anggap gue sahabat. Bagi lo, gue ini cuma cewek berjiwa cowok yang selalu jadi teman main lo. Elo gak pernah anggap gue ini cewek seutuhnya kan? Iya kan? Maka dari itu gue coba buat ubah sifat tomboy gue. Gue bela-belain tiap hari belajar sama kak Reva biar gue bisa jadi cewek anggun. Tapi apa? Lo tetep gak lirik gue kan? Lo masih tetep dekat sama Melody. Malah semakin nempel. Lo gak ngerti perasaan gue, Digo. Lo gak kayak kak Revan. Cuma kak Revan yang bisa ngertiin gue!"
"Flo, kata siapa gue gak anggap lo cewek? Gue anggap lo cewek Flo. Lo cantik sekalipun penampilan lo tomboy dan urakan. Dan sejak lo ubah penampilan lo, gue tambah senang Flo. Karena kecantikan lo udah terpancar seutuhnya. Dan urusan Melody? Iya gue emang makin dekat sama dia. Lo tau kenapa? Itu karna gue cemburu! Gue cemburu liat lo selalu bareng Revan. Makanya gue coba ambil perhatian lo dengan cara dekat sama Melody. Tapi apa? Lo tetep aja dekat sama Revan."
"Jadi lo cemburu sama kak Revan? Astaga dia itu cuma gue anggep sebagai sosok kakak karna dia emang lebih tua dan lebih dewasa dari gue!"
"Iya, gue tau kemaren gue dibutakan oleh rasa cemburu gue. Tapi sekarang gue udah tau kebenarannya Flo. Kak Revan udah cerita semuanya ke gue. Kak Revan juga udah cerita kalau lo bela-belain jadi anggun gemi menarik perhatian gue.""Jadi..."
"Iya, Flo. Gue tau lo juga cinta kan sama gue? Pliss Flo, kita coba lupain kesalahpahaman ini dan kita mulai semuanya dari awal."
Flora mengangguk pelan.
"Jadi, lo mau kan Flo jadi pacar gue? Gue janji gak akan bikin lo kecewa lagi." Digo menatap Flora dengan tatapan memohon."Sorry, Dig. Gue gak bisa terima lo jadi pacar gue."
"Tapi kenapa Flo?" terlihat sinar kecewa dimata Digo.
"Gue gak mau ubah status persahabatan yang udah lama kita bangun ini dengan status pacaran. Gue gak mau. Ntar kalo putus, statusnya jadi mantan pacar. Tapi kalo sahabatan gak akan putus kan? Karna persahabatan itu abadi."
"Jadi lo mau kita tetap sahabatan?" Digo memastikan.
"Iya, cuma sahabatan."
"Oke, kalo gitu kita tetap sahabat. Tapi, sahabat rasa pacar ya Flo."
"Sahabat rasa pacar?"
"Iya, statusnya sahabat. Tapi, dekatnya kayak pacar gitu loh."
"Haha, Digo. Ada-ada aja ihh."
"Gue cinta sama lo, Flora."
Digo mengecup kening Flora lembut kemudian membawa Flora kedalam pelukannya.
"Gue juga cinta sama lo, Digo."
*tamat*
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE!
Teen Fiction[SELESAI] Dibilang sahabat, tapi tingkahnya udah kayak pacar. Dibilang pacar, tapi gak pernah jadian. Duhh pusing!