TESTER HIHI

122 24 11
                                    

Bandung, 9 Desember 2016.

Malam ini, aku sedang menikmati lagu Voor Dilan karya Pidi Baiq, dengan kaus kaki biru muda yang kupakai juga baju tidur abu favoritku, ternyata aku sudah jauh melewati masa indah itu. Sampai akhirnya aku sedang diambang kisah akhir, tentang Cinta. Cintaku di SMA.

Ah, tinggal berapa bulan lagi aku lepas masa kenangan ini.
Tidak akan lagi aku tergesa mengejar gerbang sekolah yang akan tertutup,  mata ini akan selalu rindu melihat gedung-gedung yang bersejarah untukku, dan untuk mereka, teman juga guruku.

Terutama,
Aku akan rindu tingkahmu, yang selalu buatku bahagia..

※※※

    Aku, Nuelsia Afreen Damara, lahir tahun 1999 tanggal 9 di Bulan Januari, hari Minggu pukul 1 pagi. Terlahir normal, jenis kelamin perempuan, anak ayah Irfan dan ibu Nina, Putri kedua dari keluarga Damara.  Punya kaka laki-laki bernama Nialdo, umur 21tahun, single.

     Hari ini, aku terlahir kembali, setelah mengenang sesuatu yang sebenarnya tak begitu baik, tapi, itu terkenang. Aku yakin, hampir semua anak abad 19 akhir sampai abad 21 pernah merasakan bagaimana rasanya ospek, mental, fisik, emosi, dan kesabaran yang diuji. Senioritas yang bikin nggak betah sekolah, katanya, salah satu tujuan ospek adalah untuk membuat karakter, tapi pada nyatanya banyak yang menyimpang. Memanfaatkan masa senioritas memang menyenangkan, aku akui itu he-he.

(FLASHBACK ON)

       Pertama kali ospek, aku mendapat kesan yang kurang baik, bagaimana rasanya dipermalukan? Hanya karena hal sepele? Aku lupa pakai nametag! Ya ampun.
      
"HEI! ITU KAMU YANG PAKE SEPATU PUTIH!"

Mati aku!

"SINI!"

Aku menundukkan kepalaku dengan dahi yang mengerut, sambil berjalan menghampiri kaka kelas itu.

"Lo nggak punya nama? Oh! atau lo nggak baca aturan yang kemaren kita kasih ya? Apa lo..Buta? HAH?"
Bentak kaka kelas, tepat diatas kepalaku yang tertunduk malu.

"Maaf ka, aku lupa" singkat ku.

"Umur lo berapa hah? Masih muda udah pelupa!"
"Denger ya, sekolah kita gabutuh murid pelupa kaya lo!"
Sinisnya dengan telunjuk yang mendorong sebelah pundak ku.

Aku kesal. Tanpa sadar, aku mengangkat kepalaku sampai sejajar pas dengan wajah kaka kelas itu.

"Maaf ka, Mama saya aja ga pernah bentak saya apalagi dorong kaya gitu,"

"Tolong bijak untuk pelaksanaan ospek nya, jangan seenaknya, harus bisa bedakan mana ospek mana senioritas,"

Jelasku tanpa jeda dan tanpa kedip. Ah! Bodoh. Aku malah mempermalukan diri sendiri. Memang sebelumnya sudah banyak yang jadi korban, mereka yang tanpa salah juga kena getahnya, tapi tak ada yang berani. Sampai akhirnya aku yang menjadi pahlawan, kesiangan.

Sejak saat itu, namaku jadi panas dikalangan kaka kelas. Bukan. Bukan dimusuhi atau dibully. Sebaliknya, mereka mendekatiku dan bahkan kita berteman. Ah, syukurlah keberuntungan dipihak ku.

Bahkan, ada seorang kaka kelas yang mendekatiku,lelaki. Bernama Raven.
Raven Sanjaya, siapa yang tak kenal dia? Kaka kelas yang pintar, tajir, tampan dan atlet basket. Yang lain menyebutnya si senyum 1000 volt.
Ka Lisa saja sampai mabuk kepayang mengejarnya.
Tapi, kenapa aku? Kenapa aku yang disukai Ka Raven? Perempuan biasa saja.

1 Tahun Kemudian

Senin, 14 September 2015
     Selamat pagi senin, semoga hari ini kamu tidak menyebalkan.
    
"Maa, Nuel pergi dulu ya!"
Pamitku seraya memakan sepotong roti panggang dengan selai coklat mix vanila, dengan mentega yang meleleh diatasnya. Hmm.

WHO IS MINE? He or Him?Where stories live. Discover now