KA RAVEN...

61 18 3
                                    

※※※

Hari itu, aku sangat lelah. Entah kenapa.
Sesampainya dirumah, aku tak banyak bicara.
Sepertinya mama mengerti.
Dia hanya tersenyum, dan membiarkan ku berlalu.

Ku jatuhkan tubuhku ke atas kasur sekaligus.
Dan menarik nafas panjang.

Ceklek..
Knop pintu kamarku berputar, artinya seseorang masuk.

Aku terperanjat kaget.

"Sssstt" ucapnya menaruh telunjuk di pertengahan bibir.
"Jangan nanya, ini jus nya diminum ya, istirahat aja" katanya dengan senyuman.

Aku mengangguk dan membalas senyum nya.
Ah! Mama, Terimakasih.

Aku bangkit dari tempat tidurku,
Seperti biasa, aku pergi menuju meja belajar dan membuka buku maroon.

Bila ini takdir, kamu memulainya dengan kurang baik.
Bila ini tragedi, setidaknya kamu tidak terlalu buruk.
Terserah.
Kamu menganggap ini sebagai apa.
Tapi pendapatku, tetap milik ku,
Dan aku harap, ini Takdir.

Aku mengangkat halisku lalu membuang nafas, lega.

Tanpa aku sadari, ternyata aku tertidur di atas meja belajar. Aku mengedipkan mata berulang kali, hingga bisa membola dengan benar.

Ternyata pukul 7 malam.

Aku bangun, dan mengganti baju seragamku yang terlihat kusut.
Dengan tubuh yang masih goyah dan sesekali menguap, aku turun dari kamar menuju dapur, berharap ada makanan hangat yang Mama buat.

Sial!

Seseorang sedang asyik membuka kulkas. Aku yakin,Itu Pencuri!
Karena dari belakang saja sudah jelas, itu bukan Ka Nial! Apalagi Mang Ade. Bukan!

'Dasar bego! Nyuri ko jam segini' batinku sok tau.

Aku mengendap, jantungku berdegup kencang. Ku ambil stick golf milik Papa yang berada di bawah tangga. Aku ambil aba-aba.

Dan...

"Tukk!"
Ku pukul kaki nya.
Sontak dia berteriak.

"Aww... Arrghh.."
Teriaknya.

"Bara? Ada apaa?"
Terdengar mama berteriak panik.

'WHAT? BARA?'
Refleks aku menutup mulut, lalu menyembunyikan stick golf tersebut di belakang punggung ku.

Dia berbalik.
Dan,
'Mampus!' Jeritku dalam hati.

Dia terbelalak, sama hal nya denganku.
Untung mama segera datang.

"Bara ada apa? Loh el, kamu ngapain disini?"

Aku mengulum bibir, berfikir alasan.
Sambil menggaruk kepalaku yang tak gatal.

"Ngh.. Ini ma, aku kira, dia... Maling"
Bara masih mengernyit kesakitan.

Mama menaikkan halisnya sebelah,
"Terus?"

"Aku pukul deh kakinya, pake ini.. " kata ku sambil memperlihatkan stick golf.

Mama sedikit kaget,
"Ya ampunnn! Kamu tuh ya adaaa aja tingkahnya. Bara kamu nggak apa apa kan?"

"Nggak tante, cuma sedikit linu aja, kayaknya memar"

Bohong! Masa badboy cengeng. Gerutuku dalam hati

"Aduh, yaudah El kamu tanggung jawab, obatin dia!" ketus Mama sambil membantu Bara berjalan menuju sofa.
Aku memutarkan bola mata,
"Iya." jawabku malas.

WHO IS MINE? He or Him?Where stories live. Discover now