NGE-DATE?

11 0 0
                                        

Menggigit bibir bawah pelan, aku menarik bangku lebih dekat pada Bi Asih.

"Emang kelihatan banget ya, Bi?"

Bi Asih cuma ngangguk-ngangguk. Membuatku mengumpat lebih banyak.

"Pas tau Fika itu sepupunya, aku malu banget Bi sama Bara."
Aku menunduk dalam. Tapi ...

... "Jadi lo malu sama gue?"

Demi apa, itu Bara!!!!!!

"Kalo dateng tuh assalamualaikum kek, nyelonong aja!" antara kaget dan malu. Aku jadi marah-marah nggak jelas 'lagi'.

"Assalamualaikum," ucap Bara sambil melengos pergi ke dalam kamar.

"TELAT BARA MAHESA!"

Sedangkan aku dan Bi Asih masih di balkon. Bi Asih yang menggeleng maklum, dan aku yang menggeleng sadar akan kebodohanku hari ini.

Beberapa detik Bara masuk ke kamarnya, ia keluar dengan menenteng sweater abu mudanya. Ia berjalan santai ke arahku sambil menenggelamkan sebelah tangannya di saku celana jeans yang robek dikedua lututnya.

"Dia bilang malu sama Bara kan, Bi?"

"Anu Den .. emm.. "

Bi Asih terlihat gusar, serba salah. Terintimidasi oleh dua tatapan yang meminta jawaban paling 'tepat'.

"Jujur aja, Bi. Nggak apa-apa ada Bara," kata Bara sambil menepuk dada kirinya bangga.

Sudah tahu pasti akan kalah. Aku mendengus kesal.

"Iya! Iya! Gue malu udah salam paham sama lo, puas?!"

Bara menaikan alisnya sambil mengangguk.

"Udah tau kok." dia berjalan lebih dekat padaku, "Pake, kita jalan-jalan. Biar lo diem, nggak ngoceh kayak nenek lampir mulu!" sweaternya ia kaitkan dibahuku.

Sekian detik aku kaku. Menatap bola mata Bara yang teduh. Melihat rambutnya yang berjatuhan menutupi dahinya. Meneliti setiap lekuk wajahnya yang begitu menawan.

Apa aku ...

... jatuh?

Jatuh hati pada si murid baru disekolahku.

Jatuh hati pada penghuni baru dirumahku.

Jatuh hati pada Bara yang saat ini menguasai anganku?

"Apa lo liat-liat? Cakep ya gue?"

Bara memecah pikiran 'gila' ku. Membuatku seratus persen menyangkal perihal aku jatuh hati padanya. Bara bukan tipeku. Sangat bukan tipeku!
Sudah galak, nyebelin, modus, cuek, Ah! Jauh dengan Ka Raven.

Tunggu, kok jadi Ka Raven?

Aku melotot. Melepas tangan Bara yang masih dibahuku. "Dih, cakepan Mang Edi kemana-mana!"

Bara mendekatkan jarak antara wajahku dengannya, "Masaaaa?"

"Ish!" Aku menghentakkan kaki kesal. Lalu berlalu meninggalkan Bara yang tertawa menang dan Bi Asih yang masih menggeleng tak paham.

Malam itu aku dibawa Bara, mengelilingi kota Bandung yang ramai, lampu-lampu gemerlap di setiap bangunan yang kami lewati, toko-toko di pinggir jalan, gedung-gedung yang tinggi, bahkan gerobak nasi goreng di pinggiran jalan ikut memeriahkan cahaya di kota kembang ini.

Lantunan lagu dari Tulus mengisi kekosongan di dalam mobil, ada beberapa liriknya yang membuatku mengukir senyum, ketika kalimat ...

Tahukah hati ini luluh..
Lihat wajahmu yang sendu..

WHO IS MINE? He or Him?Where stories live. Discover now