Aku bergegas mandi, memakai sedikit polesan make up yang jatuhnya menjadi natural, ku pakai dress pink muda selutut dengan model tanpa lengan, aku biarkan rambut cokelat tua ku terurai dengan sedikit gelombang diujungnya.
Sebelum pergi, tanpa lupa, setiap sore, aku selalu menulis seuntai puisi sederhana di buku maroon.
Dear senja,
Kamu yang Indah berwarna jingga semu.
Bawa aku berlabuh pada hati yang telah lama ku tunggu.
Aku ingin menjadi yang paling berwarna bukan yang kelabu.
Untuknya.
Maka, tolong aku Senja..
Buat aku dan dia seperti kau dan rembulan purna.Aku tersenyum. Berharap puisi ku menjadi sebuah rangkaian do'a.
Saat menuruni anak tangga, kudapati Ka Nial sedang bermain PS.
"Mau kemana lo? Tumben cantik"
Aku hanya memegang pinggiran dress ku, sambil berputar-putar kegirangan.
"Ngedate ya? Ah, palingan nanti lo di PHP-in. Mentok-mentok ditinggalin."
Katanya laga orang yang cemburu.Aku berubah ekspresi, menjadi sebal.
"Paan sih ka! Lo mah gitu ah."
Dia terkekeh.
"Tapi kalo emang itu kejadian sama lo, gue bakal cari tuh cowok! Sampe irian pun gue kejar, tau rasa gue bonyokin" katanya sok jadi pahlawan."Bagus kalo gitu, tos dulu dong!"
Tididd..
Suara klakson mobil di depan rumah.
Itu pasti Ka Raven."Bye, bruh! Gue pergi dulu yee"
"Eh bilangin juga ke Mama, dia lagi kerumah Tante Riska jadi gue belum bilang"
Buru-buru aku pergi ke depan rumah.Ka Nial hanya geleng-geleng melihat kelakuanku.
Ka Raven melihat ku tanpa kedip, melihatku dari ujung kepala hingga kaki.
"Halo ka..."
"El, kamu.. Makin cantik"
Pujinya.Ah gila, seneng banget.
Aku menggigit bibir bawah, tersipu.
Diperjalanan aku mencoba membuka obrolan.
"Kita mau kemana ka?"
"Ke pelaminan aja gimana?" candanya
"Apaan sih haha" lagi lagi aku merona.
"Pokoknya secret"
Aku menaikkan sebelah halisku. Lalu tertawa kecil.Dan akhirnya sampai.
Caffe itu punya desain yang Bagus, dengan tema rooftop maka semua meja berada diatas gedung memberikan pemandangan Jakarta yang cukup ramai, ditutupi atap cokelat tua dengan lampu warm white, lengkap dengan sepoi-sepoi angin dan tumbuhan yang menjalar ditepi dindingnya. Classic and Romance!"Waw...." kagumku, lalu melirik Ka Raven.
Ka Raven tersenyum dan memegang tanganku, membawanya ke arah meja nomor 9, kebetulan itu angka favoritku.
Di meja itu sudah ada satu bucket bunga berwarna merah, pink, dan putih berbalut kertas cokelat yang di reka.Ka Raven menarik kursi berwarna hitam,
"Duduk" pintanya. Aku duduk.
Lalu dia menarik kursi yang berada di sebrang kursiku, hingga kini kita berhadapan."El, kaka mau ngomong soal.. Perasaan kaka"
Aku melihat mata Ka Raven. Dia serius."Kenapa ka?"
"Sebenernya udah hampir setaun lebih, kaka suka sama kamu.. "
"Kaka juga sayang sama kamu.. "
"Setiap kaka coba buat suka sama yang lain, kamu kaya magnet.. "
"Selalu narik kaka buat balik.. "Aku hanya diam, mendengarkan dengan baik.
"Kamu gimana?"Aku bingung. Jantungku bertalu talu gugup.
YOU ARE READING
WHO IS MINE? He or Him?
Novela JuvenilTerjebak di dua hati emang sulit, Ketika kamu sedang mencintai seseorang dalam diam. Ada seseorang yang mencintaimu dengan blak-blakan. Kadang Cinta itu aneh. But, it makes love more beautiful. NUELSIA AFREEN DAMARA. Gadis yang tak pernah menya...