"Hmm.. Rio! Gu... Gue sebenernya..." Ujar Bella yang sekejap menjadi gagu untuk mengucap kata yang entah apa yang akan ia ucapkan.
"Ada apa? Gak usah bikin gue panik.Jujur sama gue Bel," ujar Rio gelisah saat Bella meneteskan satu bulir air mata di pipinya, yang tadinya hanya menggenang di pelupuk matanya.
"Gue minta lo ga usah kejar gue lagi. gue disini sadar diri, lo pacarnya Rina. Gue ga mau rusak hubungan kalian dengan keberadaan gue!" Ujar Bella terpaksa karena sejujurnya dia itu tidak ingin mengatakan ini pada Rio, tapi dia tidak ingin menjadi orang ketiga dari Rio dan Rina, dan Rina kini merasa senang.
"Gue itu anak yang tak di inginkan! Gue gak cocok buat Lo! Gue tau kalau gue itu gak pantes ada disini, gue bukan orang kaya, gue pendek, gue jelek, gue bodoh, tapi jujur gue itu suka sama Lo semenjak kita pertama kali ketemu di koridor, jadi Lo jangan ganggu hidup gue lagi!" Lanjut Bella dengan Isak tangis karena dia telah memberi tau kepada Rio dan Rina kalau dia anak yang tak di inginkan.
"Bel? Tunggu gue," teriak Rio berniat mengejar Bella tetapi tangan nya di tahan oleh Rina.
"Biarin dia tenang dulu Rio" ucap Rina tenang.
Entah apa deksripsi yang Bella tangkap tentang kedekatan Rina dengan Rio. Walau sebenarnya betul, ini adalah keputusan terbaik untuk tidak merusak hubungan mereka. Kenapa bahagia perlu mengorbankan sesuatu yang pastinya akan menyakitkan?
***
Hembusan angin senja dan terangnya matahari yang sudah siap digantikan oleh bulan yang tak kalah terangnya membuat siapapun dalam keadaan Rileks. Tetapi lain halnya dengan Rio, dia sangat khawatir atas kejadian tadi siang sepulang sekolah.
Ditemani kopi hangat yang mengepul, dan sesekali melahap cupcake Chocolate yang baru saja dipesannya.
Kini Rio sedang berada di balkon depan kamarnya, tempat kesukaannya. Jika saja Bella tidak mem- block Line milik Rio, pasti sekarang Bella sudah ditanya-tanya oleh Rio.
Kini yang ada dibatin Rio hanya 'apa maksud dari anak yang tak diinginkan? Rina? Pacaran? Dan kenapa dia tiba-tiba hilang?' hanya itu.
"Gue harus ke Jakarta"
Entah apa yang ada dipikiran Rio hingga ia bertekad untuk pergi ke Jakarta, sangat mustahil untuk pergi sendirian ke wilayah yang katanya 'macet, panas'. Ditambah lagi Rio adalah seorang cowok yang anti terhadap panas dan macet.
"Gue nekat banget, masa iya gue harus nyari tuh cewek dikota yang seluas itu," pikir Rio keras.
***
~2 Minggu kemudian~
Siang berganti malam, matahari berganti wujud menjadi bulan yang tak kalah indahnya membuat hari menjadi cepat berlalu. Iya, ini sudah 2 Minggu sejak kejadian itu, lebih tepatnya setelah kehilangan Bella.
Rio dan dua sahabatnya kini sedang berada di sekolahnya mungkin lebih tepatnya berada di kantin. Rio mengambil tempat duduk di pojok, di dekat dinding berwarna hijau muda. Pigura-pigura yang tertata rapi bercampur dengan harumnya makanan yang baru saja matang dari penggorengan. Terlihat jelas kini Rio sedang menyeruput jus jeruk kesukaannya.
"Rio, lo kenapa jadi begini sih? Beda sama yang dulu," ujar Malvin bertanya-tanya.
"Iya bener tuh kata Malvin, Lo jadi pendiem kaya yang punya masalah, Lo cerita sama kita dong," ujar Calvin tak kalah keras.
"Berisik ah, malu diliatin orang lain," ujar Rio dingin dan benar saja, saat Calvin menengok ke belakang terlihat hampir semua siswa yang berada di kantin tengah memperhatikan dirinya.
"Hehe Oke, tapi Lo cerita sama gue ya?" Ujar Calvin yang kini dengan volume rendah.
"Nanti kalau jam sekolah udah selesai, gue tunggu kalian di apartemen gue yang di daerah Cihampelas," ujar Rio tetap dengan nadanya yg dingin.
"Barengan aja perginya Mal," ujar Calvin kepada Malvin.
"Naik motor lo sendiri aja," ujar Malvin.
"Gak mau, naik motor aja berdua yaa," ujar Calvin merajuk.
"Ngerajuk mulu, gue mau bawa motor sendiri, Lo ikut Rio aja," ujar Malvin.
"Gak! Gue mau kerumah dulu, disuruh sama Kaka gue," ujar Rio.
"Sstt, mendingan sekarang makan aja. Udah dingin nih baksonya😒," ujar Calvin greget.
"Hmm," jawab Malvin dan Rio sambil mengangguk bersamaan.
***
Jam menunjukkan pukul 4 sore, Malvin dan Calvin sudah berada di apartemen milik Rio mungkin saja mereka sudah menunggu dari jam 3 sore.
"Lama banget tuh anak. Katanya pulang sekolah ketemuannya, eh ini udah 1 jam mungkin lebih kita nungguin," gerutu Calvin seraya menatap jam tangan hitam miliknya.
"Tunggu aja elah, pasti bentar lagi dia nongol," ujar Malvin calem.
"Oke deh," jawab Calvin pasrah.
~10 menit kemudian~
Ceklek
Suara pegangan pintu terbuka membuat Malvin dan Calvin yang terkejut.
"Tidur? Mendingan dirumah masing-masing aja deh, gue capek banget aghh," ucap Rio dengan penampilannya yang kusut. Rambut acak-acakan, baju sekolah yang kusut, tidak memakai dasi, keringat bercucuran, lengan baru seragamnya yang dilipat dan sepatu Converse nya.
"Lo abis dari mana bro? Penampilan udah kaya orang gila aja," ujar Malvin heran karena Rio biasanya selalu tampil cool.
Tak ada jawaban dari Rio, Malvin tau kalau sahabatnya kini tengah mengalami masalah, tetapi dia hanya bisa diam karena takutnya hanya salah sangka saja.
"Mendingan Lo mandi dulu aja bro, gue sama Calvin cari makan dulu aja biar nanti pas Lo udah seger kita isi perut Lo yang kecil itu," ujar Malvin sambil menarik tangan Calvin menuju pintu depan.
***
Kini Rio sudah tidak lagi lesu karena dilihat dari tampilannya saja sudah berbeda jauh saat Rio baru datang ke apartemen milik nya. Rambutnya yang tertata rapi, kaos putih polos dan celana jeans selutut membuat semua orang yang melihat penampilannya pasti akan terpesona.
Ceklek
Terdengar suara pintu terbuka dan menunjukan Malvin dan Calvin sudah datang ke apartemen milik Rio. Mereka membawa 2 box pizza untuk dimakan bersamaan.
Saat Malvin dan Calvin melihat penampilan Rio, mereka langsung senang entah mengapa.
"Udah seger bro?" Ujar Malvin seraya menepuk pundak Rio.
"Udah, lama banget beli pizza nya! Kenapa gak pesan lewat telfon?" Tanya Rio seraya menatap kedua sahabatnya.
"Emangnya kenapa? Kangen sama kita berdua ya? Atau takut sendirian? Haha," ujar Calvin menggoda.
"Udah udah, kita makan aja lapar nihh." Ujar Malvin sambil menyodorkan box pizza-nya pada Calvin.
"Cerita?" Lanjut Malvin.
Kini Malvin dan Calvin hanya diam seraya mendengarkan cerita dari Rio, dan setelah Rio bercerita dari awal hingga akhir kepada Malvin dan Calvin, Rio hanya bisa pasrah dan menunggu tanggapan dari kedua sahabatnya.
"Entar, Lo sama Rina pacaran?" Tanya Malvin terkejut.
"Kok tiba-tiba nanya gitu sih?" Tanya Rio heran.
"Soalnya-"
Tbc
PS: jangan menjiplak cerita.
Vote plis😭
Comment juga ya masukannya😏
Maaf lama update😣
KAMU SEDANG MEMBACA
Rio revaldi
RomanceRio Revaldi Berawal dari pertemuan yang tidak di sengaja, gue bisa ngerasain jatuh cinta. Memang aneh, tapi itu nyata. "Jadi kita senasib?" Pertanyaan itu selalu terngiang-ngiang dipikiran Rio. Jodoh? Ah mungkin hanya kebetulan, tapi entah mengapa k...