4. The First Step

1.1K 72 5
                                    

__oOo__

Ify menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangan yang berada di bangku depannya. Sesekali ia meliuk-liukan tubuhnya. Sambil terkadang tangannya turun untuk mencengkeram perutnya.

"Eh Fy, tau gak tau gak, gue baru nemu kakak kelas kece beud dong!!!!" Ucap Sivia sambil berbinar.

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

"Fy..."

"Ify.."

Sivia merasakan sesuatu ada yang tidak beres. Yang semula ia menghadap kedepan dan menerawang bebas, kini ia langsung beralih ke arah sisi kiri, menatap Ify yang dalam keadaan menelangkupkan wajahnya dengan tangannya sebagai bantal.

"YAAAH DIA NGEBO." seru Sivia.

Lalu ia menyenggol tangan Ify. Ia merasakan tangan Ify sedikit basah yang ia yakini sebagai keringat, namun dingin.

"ERRRGGHH.."

Tiba-tiba Sivia mendengar suara rintihan yang tertahan. Ia lalu dengan sigap memegang bahu Ify dan mengelusnya.

"Loh Ify kenapa?" Seru Sivia.

Sivia segera mengangkat bahu Ify hingga ia dapat melihat bagaimana wajah Ify.

"Astaga, Ify!!" Seru Sivia tertahan. Ia melihat bagaimana keadaan teman sebangkunya itu sekarang. Sivia semakin memperkuat cengkramannya pada bahu Ify.

"Lo kenapa Fy?"

Sivia melihat wajah Ify pucat, keringat dinginnya bercucuran, badannya pun lemas. Oleh karena itu, Sivia semakin mengeratkan cengkeramannya pada bahu Ify. Mata Ify pun sayu, sesekali ia mengigit bibir bawahnya, lalu menggelengkan kepalanya pelan.

"Ngg..nggak Siv. I'm Okay. Cuma agak nyeri perut gue."

Ify menggerakan badannya tanda ia ingin dilepas oleh Sivia. Lalu, sesaat Sivia melepaskan cengkeramannya, Ify langsung mengembalikan posisi awalnya dia. Dan langsung berkutat kembali dengan rintihan tertahannya.

Sivia yang disebelahnya, langsung bangkit. Karena ia tak mungkin disini lebih lama lagi.

"Gue ambilin obat mag bentar."

Sivia pun berlalu, dengan terburu-buru ia pun tidak memperhatikan siapapun dari arah kanan dan kiri.

"AW"

Ringis Sivia tiba-tiba saat ia terpental karena menabrak sesuatu dari arah kanan. Ia meringis, sambil memegangi kepalanya yang agak pening karena goncangan hebat.

"Eh, Siv, liat-liat dong. Buru-buru banget sih. Lo gapapa?"

Sivia menoleh dan mengulurkan tangannya agar dibantu untuk bangkit.

"Sorry ya Yo. Aman kok. Udah ya gue buru-buru, Ify kambuh."

Rio, pemuda tersebut, teman sekelas Sivia dan juga teman sekelas Ify. Yang tempo hari, bercengkerama dengan Ify untuk pertama kalinya. Ia langsung melebarkan kelopak matanya.

"Ify kambuh? Pasti telat makan dia." Ucap Rio gusar, sambil berdecak.

Sivia mengerutkan keningnya. Apa maksud dari omongan Rio? Tapi ia menepisnya, ia bisa melakukan pertanyaan kepada Ify nanti, namun sekarang ia harus mengambil obat mag sesegera mungkin.

"Lo temenin dia, barangkali dia gak kuat. Gue ambil obat dulu ya." Pesan Sivia kepada Rio.

Diliatnya Rio mengangguk-anggukan kepalanya.

"Iya Siv, cepetan ya. Hati-hati lo."

Sivia mengangguk dan langsung berjalan cepat menuju UKS yang terletak di samping ruang guru, yang jaraknya, Sivia harus melewati deretan gedung kelas XI dan XII.

***

Sivia sudah membawa obat mag yang ia cari dan juga memberikan roti isi di koperasi siswa yang ia lewati dalam perjalanan menuju kelasnya. Sesampainya di kelas, ia langsung menuju bangkunya, yang disana sudah ada Rio dan Ify. Dengan posisi, Rio membelai lembut puncak kepala Ify, sementara Ify tetap dengan posisinya, yakni menelangkupkan wajahnya pada bidang datar meja di hadapannya. Dan, lagi-lagi kening Sivia mengerut. Ia membutuhkan penjelasan, sangat banyak, bersiaplah Ify!

"Nih obat magnya, Fy." Ucap Sivia

"Kok nggak makan roti dulu Siv?" Tanya Rio saat Sivia memberikan obat mag kepada Ify.

"kalau makan roti dulu, harus nunggu setengah jam baru boleh ngunyah obatnya, Yo." jelas Sivia membuat Rio mengangguk-anggukan kepalanya.

Dibiarkannya Ify kembali meletakkan kepalanya pada atas meja. Namun, kali ini lebih tenang dan sudah tidak berkeringat sebanyak tadi.

"Gimana, Fy?" tanya Rio

"Aman, Yo. Thank youuu my Sivia. Sorry ngerepotin." jawab Ify sembari senyum dan memandang Sivia yang berada di kursi depan bangkunya. Sivia menghela nafas, lalu mengangguk.

"Lo sih Fy, udah dibilang makan tepat waktu aja susahnya minta ampun." giliran suara dari arah kanan Ify, yang kali ini membuat Ify menghela nafas dan mengangguk.

"Yaudah, gue ada kumpul ekskul bentar. Siv, nitip Ify ya. Suruh makan rotinya. Kalau masih istirahat, ajak ke kantin, makan nasi. Fy, gue ke lapangan dulu, sampai ketemu nanti jam pelajaran." Pesan Rio sembari ia bangkit. Lalu, ia mengulurkan tanganny dan mengacak pelan puncak kepala Ify.

Ify pun hanya mengangguk-anggukan kepala.

"Iya, good luck ya." ucap Ify. Dan Rio pun melenggang keluar meninggalkan Ify yang menatap punggungnya, dan Sivia yang menatap bengong kedua insan di hadapannya.

"Fy, kayaknya gue gak ikhlas deh nolongin lo hari ini. Lo harus bayar ke gue." ucap Sivia sambil mendelik ke arah Ify.

Ify pun tersenyum kikuk sambil menggaruk-garukan tengkuknya yang sama sekali nggak gatal.

"Iya deh. Tanya aja, gue bakal jawab" Ringis Ify.

"Perut lo udah aman?"

"Udah, Sivia."

"Hati lo, masih aman?"

Ify nyengir. Menunjukkan deretan gigi yang bersembunyi dibalik behelnya. "Ya gitu deh."

"Kok bisa sama Rio? Bukannya lo baru say Hi for the first time itu waktu tragedi lo-Rio-Oik, which is itu semingguan yang lalu. Lah, sekarang lo kok udah itu, Fy?"

"Ambigu banget lo. Udah 'itu' maksud lo he."

"Yakali Fy. You know what I mean kan."

"Iya, Sivia. I know. And I dont know, gue hanya let it flow aja. Gue... still dunno."

Sivia menghela nafas.

"Yaudah, hati-hati ya Fy. Masalah hati itu tidak pernah sepele. Hati-hati buat hati lo. Gue takut aja, lo terlalu cepat, dan lo gak nikmatin prosesnya, kemudian kalian saling hilang."

Ify terdiam. Mencerna perkataan Sivia, perlahan, dan ia membenarkan apa yang dikata Sivia.

Apa iya, ini terlalu cepat?

__oOo__

Halooooo!! baru bisa update dan semoga ada yang nungguin ini ya!! boleh dong dikasih kritik dan saran. boleh juga ngespam buat lanjut biar saya semangat. HAHAHA.

Terimakasih buat yang sudah membaca dan ngevote ya. THAT'S MY PLEASURE!!!

CHEERS

aprilliaeas

THE FIRSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang