16. About Ashilla

223 28 7
                                    

HALOOO!!! mumpung lagi banyak ide, jadi update lagi :p

Boleh dong dikasih feedback biar rame biar semangat biar semakin cepat kelarnya ni cerita HEHEHE

Anw, di part ini, Shilla's turned.

HEHE biar adil, biar nggak pilih kasih jadi author. cz im in love with them both, Ify-Shilla-Rio.

AND SIVIA ABSOLUTELYYYYY WKWK

Enjoy ya!!!



__oOo__

Shilla menyesap kuat-kuat aroma susu hangat yang dinikmatinya. Sore ini, dengan sayup-sayup kicauan burung peliharaan sang Papa, pikiran Shilla melayang tak tentu arah. Saat pikirannya mulai menuju menjadi benang kusut, ia menghembuskan nafas kasar.

Tangannya yang bebas dari menggenggam cangkir berisi susu miliknya, meraih ponsel yang berada di atas meja di sebelahnya. Dengan cepat, ia pun menekan tombol hijau bertanda ia akan menelfon seseorang.

Nomor yang anda tuju sedang sibuk

Ia meletakkan ponselnya secara kasar, kemudian memejamkan matanya dalam-dalam.

Bagaimana bisa, satu nama bisa menghancurkan mood-nya seketika?

Shilla bahkan tidak memiliki hak untuk menuntut lebih. Namun, detik kemudian, Shilla menggeleng. Ia tahu, satu nama itu tidak akan meninggalkannya begitu saja. Apalagi apa yang terjadi saat ini bukanlah hal yang pertama kali.

Pikiran Shilla kembali melayang menuju waktu di mana ia bertemu dengan Rio, nama yang sedari tadi mengganggu pikirannya.

Saat itu, dengan seragam putih-biru dengan wajah yang masih lugu, Shilla masih mengingat bagaimana senyum manis Rio yang ditujukan padanya. Perkenalan singkat saat itu, khas anak 'ingusan' dengan tak ada yang spesial di dalamnya. Shilla tersenyum tipis, menyadari bahwa tak terasa, sudah dua tahun dan jalan tiga tahun Rio sudah berada di sisinya.

Shilla menyambut uluran tangan itu dengan kening berkerut.

"Rio, boleh duduk disini?" Tanyanya dengan suara pelan.

"Shilla. Duduk aja." Jawab Shilla singkat sembari melepaskan genggaman tangan singkat diantara keduanya.

Shilla, dalam diamnya, melirik ke arah samping kirinya. Rambut spike yang terlihat sedikit berantakan dengan rahang kokoh disana. Shilla dapat membayangkan bagaimana menariknya sosok dihadapannya saat ini beberapa tahun mendatang. Haruskah Shilla senang kali ini karena seolah mendapat durian runtuh dengan kehadiran Rio, sosok disebelahnya?

Saat itu, hari pertama ia berkenalan dengan Rio. Seperti cerita kebanyakan, Shilla pun tidak menyangka bahwa kisahnya dan Rio berhenti di kursi dekat Lorong sekolahnya dulu. Kisahnya terus berkembang, berbanding lurus dengan banyaknya waktu yang mereka habiskan bersama.

Rio memperlakukan Shilla dengan sangat baik, baru kali ini Shilla mendapat perlakuan yang membuat dadanya menghangat setiap kali menerimanya. Rio sangat sederhana, namun selalu bisa menempatkan posisinya menjadi sosok yang paling mengayomi dan mengerti bagaimana keadaan Shilla. Mengingatnya saja, seperti saat ini, hati Shilla berdesir.

Terlebih ketika Rio tidak berhenti menemaninya ketika titik terendahnya sekalipun. Rio selalu disampingnya, tanpa meninggalkan sedetikpun.

Shilla mendengar suara gedoran pintu yang tidak biasa. Ia melirik jam dinding yang bertengger di kamarnya, saat ini pukul 17.34, dalam benaknya pun kemudian memastikan bahwa memang sosok yang dipikirannya yang sedang bereaksi sekarang. Ya, sang papa.

THE FIRSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang