2. (Still) The First Atmosphere

1.4K 97 10
                                    

__oOo__

Hari sudah dengan cepatnya berganti, hari ini, Ify sudah genap seminggu  menjadi bagian dari kelas tersebut. Ify mulai menulis beberapa kalimat di booknote-nya tersebut. Tidak memperdulikan teman sekelasnya yang berlalu lalang karena memang jamnya istirahat dan mungkin sebentar lagi bel masuk.

Terdengar suara alunan bel yang berisikan sebuat aransemen itu, aransemen apa Ify pun tidak mengetahuinya karena memang Ify tidak bisa bermusik.

Ify pun segera memasukkan book-notenya dan menggantinya dengan mengeluarkan buku geografi.

"Selamat siang, anak-anak."

Suara tersebut langsung memenuhi kelas. Guru cantik namun sudah berumur. Dan juga gayanya yang sedikit lamis, membuatnya mendapat julukan si Princess dari kelas Ify.

"Siang bu,"

"Saya absen dulu yahh. Baru langsung mulai presentasi kelompok pertama."

Aksennya yang seperti memberi tambahan desahan halus di setiap akhir kalimat, membuat sekelas Ify pun tertawa geli.

"Sayahh absen dulu yahh hhhh"

Terdengar sayup-sayup suara sebelah Ify memirukan. Ify dengan cepat menoleh. Dan memukul lengan Sivia pelan.

"He gak sopan."

Mereka berdua pun terkekeh pelan. Emang, karakter guru selalu ada-ada saja ya.

***

"Saya Ify bernomer absen 5,"

"saya Deva nomer absen 10"

"Saya Raisa nomer absent 27."

"saya Oik nomer 19."

"Dan saya Raynald nomer 14"

"Baiklah, apakah ada pertanyaan tentang apa yang akan kita bahas? Atau kritik dan saran?" Ify yang berperan sebagai moderator pun memberikan sebuah waktu untuk sesi tanya-jawab.

Ify mengedarkan pandangannya. Ada 3 anak yang mengangkat tangannya. Ify pun memilih yang sebelah paling kanan dulu.

"Silahkan Prisill"

"Baiklah, saya nomer absen 28. Saya mau memberi kritik dan saran ya. Untuk moderator, masa moderator gayanya begitu? Bersender terus di tembok. Seharusnya memberi celah dan ruang sedikit gitu dimana gitu biar enak dipandang. Trus buat Oik, bagianmu mana? Kok dari tadi yang jawab hanya para cecowok. Gitu aja sih, terimakaseh"

Ify yang mendengarkan hanya tersenyum. Ia tahu jika ini sebuah kritikan, tapi ia tidak pernah akan menerima kritikan siapa pun itu jika ia merasa orang tersebut hanya modal omong doang. Talk Less Do More, beibeh.

"Baiklah, langsung saja ya. terimakasih Prisil atas kritik dan sarannya. Disini, saya akan langsung menanggapi masukan dari Prisil ya karena itu ditujuman kepada saya. Sebelummya saya akan sedikit memberikan feedback ya. Bukan berarti saya tidak menerima kritikan yang saudara Prisill berikan saya justru berterimakasih. Masalah gaya saya yang menurut Prisill mengganggu pemandangan dalam penampilan kelompok saya, saya mohon maaf. Namun, jika saya tidak bersender dan mepet di tembok, dan yang seharusnya saya berposisi paling kanan atau sebelahnya Ray, apakah nggak justru mengganggu lancarnya presentasi kali ini? Dan untuk masalah Oik, jadi kami sekelompok kami bagi menjadi 3 bagian. Bagian moderator yakni saya, pembaca materi yakni Oik dan Raisa dan the last one penjawab pertanyaan itu Deva dan Ray. Jadi, mengapa Oik tidak ikut membantu menjawab, dikarenakan memang bukan tugas Oik. Jika saudari Prisil tidak berkenan dengan pembagian jobdesc dalam kelompok kami, saya mohon maaf dan saya akan tunggu bagaimana pembagian jobdesc yang ideal seperti yang anda harapkan, tepat pada saat kelompok anda berkesempatan nanti. Bisa diterima saudara Prisil?" Tanya Ify dengan senyum tenang, namun sengit.

"eum.. bisa."

"okay terimakasih. Saya juga akan tunggu, bagaimana moderator ideal anda. Saya akan belajar banyak tentang ini dari anda nanti. Karena saya, tidak suka dengan omongan saja. Buktinya juga harus ada. Terimakasih." Ify menarik nafas sebentar sambil menenangkan emosi yang ia pendam.

"Baiklah, selanjutnya."

Ify dan kelompoknya mengedarkan pandangannya, namun secara tiba-tiba tidak ada tangan yang diangkat sama sekali. Oleh karenanya, Ify pun tersenyum gembira dan lalu memandang Dion, yang berada di sebelahnya. Dion pun mengangguk dan menunjukkan deretan giginya.

"Baiklah, yang selanjutnya, kami akhiri. Terimakasih dan mohon maaf..Wassalam."

Gemuruh jawaban salam pun terdengar bertepatan dengan itu, guru geografi pun berpamitan. Dan waktunya untuk salim ke guru tersebut.

"Ify, jawaban kamu tadi bagus. Saya suka." ucap Bu Ela, nama guru geografi sesaat Ify menyalami beliau.

"Wah, terimakasih banyak bu."

Bu Ela pun hanya tersenyum dan meninggalkan kelas tersebut.

Ify pun tak mau ambil pusing, ia pun langsung melangkahkan kakinya menuju kantin untuk membeli makanan untuk mengisi perutnya.

***

Oik pun melangkahkan kakinya keluar kelas. Duduk di bangku depan kelas. Tanpa teman, hanya sendirian.

Lalu, ia langsung meneteskan air mata dan menutup wajahnya.

"Loh, Oik, kenapa lo?!"

Oik mendongak,

"Gapapa kok, Yo."

Sosok dihadapan Oik pun hanya menggaruk-garukan tengkuknya yang tak gatal. Sambil menoleh ke kanan- dan ke kiri. Mencari siapapun yang bisa menolongnya.

"FY! IFYYYY!!"

Ia pun memanggil teman sekelasnya yang baru ia tahu namanya dari presentasi geografi tadi. Sementara itu, ia masih berada dihadapan Oik yang masih sesenggukan sambil menutup wajahnya.

__oOo__

THE FIRSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang