Terkadang aku benci dengan mata kamera. Dia bisa melihat segala sesuatu,
dia melihat segerombolan api yang berpesta memakan anak kecil yang menangis tersenyum, dari kepala sampai ujung jari kakinya. Aku melihatnya mulai basah, tetapi tetap diam dan tidak melakukan apa-apa.
Dia melihat angan manusia yang bermacam-macam di satu kota. Mereka makan dan minum hanya agar terlihat hidup. Seperti aku yang mengkhayalkan suara ibuku mendongeng sebelum tidur hanya untuk memerdekakan rindu di pikiranku.
Cukup, tak akan memisahkanku dengan inginku.
Sudah, tak akan menjarakkanku dengan anganku yang lain.
tapi tetapi, menghilangkan ambisiku memilikimu.
Terkadang aku iri dengan mata kamera, dia dapat melihat apa yang tak dapat kulihat. Dia menangkap air matamu yang tak dapat kuusap.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANJI SANG SENJA
PoesiaUfuk Barat bercerita Janji sang senja Yang menyebar jingga Hilangkan luka Dongengkan cerita cinta 'Apa kabar adinda? Lama tak bersua Rindu bibir merah dan pipi merona Tertutupkah rahasia kita?' "Kakanda begitupun aku Berdua aku dan rembulan merindu...