Bab 6

5.1K 359 5
                                    

Soryy for typo and happy reading gaes

Cintaku benar-benar tulus padamu.
Ku tak pernah memandang fisikmu. Biarkan dunia mencemohku, menghinaku, menghujatku karna mencintai seseorang seperti mu. Ku tak peduli, yang kutahu. Aku cinta padamu

------------

Mutia POV

Seperempat tahun, tiga bulan, 91 hari, 2.117 jam, 128.010 menit beribu ribu detik sudah aku berada pada rumah megah nan mewah dan resmi mengganti nama menjadi Mutia Anatasya Zea. Keseharian ku tak berubah bangun di pagi hari, makan sewaktu siang, bermain dengan Grafa saat sore dan kembali tidur saat malam hari. Itu yang kulakuan selama tiga bulan kebelakang ini, dan jujur. JUJUR aku seperti babysitter dengan bayaran tinggal di rumah, membuat ku muak!.

Oke, ku luruskan. Aku tidak muak karena menemani Grafa aku hanya muak karna aku layaknya gelandangan yang beruntung karna mendapatkan rumah megah plus dapat suami tampan idiot.
Dan untuk Grafa, kurasa aku bisa berteman dengan dirinya, bahkan dengan seiring waktu berjalan, membuat ku mengenal lebih dekat sosok Grafa.

Pernah sekali kami bertindihan gara-gara ultraman sialannya!. Aku tak tau kenapa dadaku berdebar saat kami saling bertatap, matanya menghanyutkan ku.

Menyukainya? Hahaha. Mana mungkin ! Ini cuma rasa iba untuknya

Dan iya, aku masih ingat kejadian ketika dia menyatakan cinta padaku. Kenyataanya Otaknya bergeser 0,1 senti! Karna setelahnya ia menjadi idiot kembali, memikirkan hal itu membuat ku tidak percaya. Bagaimana bisa,
Selama 3 bulan kami tinggal dan satu ranjang, dia belum bisa memanggil ku MUTIA . Dia memanggil ku MUTIA dengan benar hanya dapat di hitung dengan jari !Bahkan lebih parah dari sebelumnya, dia memanggil ku Mutiala. Namaku yang bagus di ganti seenak dengkulnya !

"Mutiala.. enggak takut masuk angin?"  Ucap suara laki-laki yang kuyakini Grafa.

Ahh iya, aku terlalu asik melamun. Sudah berapa lama aku memandang keluar dari jendela kamarku?

"Ahh iya Bibay? kenapa?"

"Katanya mau ngajarin Rafa?" Ucapnya seraya menangkup wajahku, "Mutiala kedinginan. Bibirnya sampe biru kaya gini, udah berapa lama merenung kaya tadi?. Angin sore gabaik buat Mutiala"

Blushhh

Rasa hangat seketika meraba cepat di pipiku. Kuyakini sekarang pipiku sudah memerah. Entah kenapa pipiku cepat sekali memerah ketika Grafa melakukan sedikit saja kontak fisik denganku, mungkinkah aku terkena tumor sel jaringan pipi?. Kelakuanya juga berubah tiga bulan kebelakang ini, dia sering menangkup wajahku. Mungkin karena wajahku yang cantik?

"Halo Mutiala?" Grafa melambai-lambaikan tangannya tepat di depan wajah.

" Suka banget ngelamun" ujarnya gemas seraya menekan tanganya pada wajahku hingga membuat bibirku layaknya segitiga kerucut(?).

"Jadi enggak?"

"H-hah? J-jadhi apha..? "Ucapku susah payah karena tangannya menekan pipiku yang membuat bibirku susah untuk berbicara.

"Loh katanya, mau ngajarin Grafa cara membaca" ucapnya dengan innocent.

Ahh iya. Bagaimana bisa aku lupa? Ciri-ciri menuju dewasa ini artinya.

"L-lephas duluu t-tanghan k-kamhu"  ucapku mencoba melepas tangannya pada pipiku.

"Ahh iya, ke taman belakang aja duluan" ucapku seraya memegang pipiku yang terasa kebas karnanya.

"Iya" ucapnya berbalik badan, lalu melangkah pergi.

Kenapa rasanya aku tidak terima ketika dia mengambil tangannya lalu pergi?
--------

Boy Idiot Is Mine!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang