Akankah semua nya baik-baik saja?
Makin benci ya sama Grafa?. Wkwkwk😂
Author POV
Mutia menatap pantulan kaca yang berada di depannya. terasa pas, Mutia mengambil tas kecil dan melangkah keluar untuk pergi bekerja. Hari ini Mutia aķan bekerja menjadi asisten di perusahaan besar milik keluarga Zea, dengan nilai apik di tambah lagi dengan posisinya menjadi menantu membuatnya dengan mudah mendapatkan posisi asisten di perusahaan Zea.
Mutia masih ingat, bahkan mungkin ia tidak akan melupakannya. Ketika hari kelulusannya, di bawah hujan, ia dengan bodohnya menangis untuk Grafa. Latasya, kakak kejinya datang menghampirinya di antara hujan, membisikan bahwa ia sudah unggul ketimbang Mutia. Mutia akui, ia lemah karena cinta, ini membuatnya layaknya orang bodoh yang menanti Mars tidak berwarna merah lagi. Mungkin saat itu ia lemah karena adanya Grafa, sekarang Mutia yakin bahwa ia sudah membuat dinding yang berlapis-lapis untuk menghadapi Grafa dan Latasya nanti.
Sekarang Mutia mempunyai keyaninan, bila Grafa tidak mengingatnya, maka Mutia akan mengingatkan nya . Bila Grafa masih tidak mengingatnya juga, maka Mutia akan mengulang semuanya dari awal, membuat Grafa jatuh cinta kepada nya.
Tekad Mutia begitu besar untuk membalikan Grafa, cukup sudah ia mengalah untuk Latasya, sedari dulu hingga sekarang ia yang selalu mengalah. Sewaktu kecil, ia pernah menyalahkan diri untuk Vas kesayangan Bunda yang pecah karena Latasya. Sewaktu remaja, Tio-mantan pacar cinta monyet Mutia- lebih memilih Latasya karena alasan klasik, karna Latasya lebih cantik daripada Mutia. Mutia tanpa perlawanan mengalah, dan sekarang suaminya yang akan di rebut ?. Mutia tidak bisa tinggal diam saja, Mutia akan berjuang melawan Latasya, kaka kandungnya sendiri.
Mutia berjalan menuju ke lift dilihatnya sekeliling yang masih sepi dengan mengerutkan dahi, di lihatnya jam pada tangannya. Jam setengah tujuh, kurang 30 menit lagi kantor akan beroperasi. Apakah dia terlalu pagi berangkat?. Dengan mengedikan bahu, jari lentiknya memencet tombol angka 30, lantai tertinggi sekaligus ruang kerjanya di gedung ini. Belum juga pintu lift tertutup sempurna, seseorang menahan nya lalu ikut masuk ke lift. Dengan enggan, Mutia bergeser tanpa melirik orang tersebut.
"Ekhem"
Suara serak yang khas menyapa telinga Mutia, ber efek getaran pada hatinya. Dengan cepat Mutia menoleh, mata nya menangkap seseorang yang di rindukan hati nya. Jantungnya berdebar dengan liar, tembok hati yang di bangun nya berhari-hari runtuh karena satu suara dari Grafa. Mengingat perkataan Grafa sewaktu kelulusannya, otaknya mulai berkerja untuk mengacuhkan Grafa, dengan perlahan Mutia memalingkan wajah dengan sinisnya, kembali menatap pantulan yang berada di lift.
Mutia sedari tadi berdecak kesal, kenapa lift ini lamban sekali jalannya? Batin Mutia dengan sesekali melirik angka yang menunjukan lantai di mana mereka berada.
Mutia takut, semakin lama ia berdua dengan Grafa, semakin hancur pula tembok yang di bangunnya. Dengan memasang wajah masa bodo, Mutia mengacuhkan Grafa. Walaupun jantungnya dengan sialan masih berdebar dengan liar karena berdua di ruangan yang sempit bersama Grafa.
"Mutia"
Dengan tampang sinisnya, Mutia memalingkan wajah, " siapa? Maaf saya tidak mengenal anda" kata- kata tersebut meluncur bebas dari bibir mungil Mutia.
Tangan nya memainkan cincin yang berada di jari manisnya, menandakan kegugupan Mutia. Mutia berusaha sekuat mungkin, agar kegugupannya tertutupi oleh wajah sinisnya.
Dengan tawa tertahan, Grafa maju per langkah, mendekati Mutia. Dengan sialnya, Mutia terpesona dengan mimik yang di tampilkan Grafa, membuatnya tidak menyadari sedari tadi ia mendongak dengan wajah ternganga seraya kaki yang otomatis memundur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy Idiot Is Mine!
CasualeCover by @Melinda_Martilova Bab 20-seterusnya di private Ketika takdir menjungkir balikan, mempermainkan, membahagiakan, dan menyakitimu berulang-ulang. Bagaimana saat usiamu 21 tahun, kau di pinang dengan orang yang bisa di bilang 'Idiot'?. Kau ber...