Bab 12

4.5K 334 20
                                    

Author POV

Baru 1 minggu Mutia bekerja, akan tetapi dia sudah merasa gerah akan kelakuan Grafa. Selama ini ada-ada saja cara Grafa untuk menyusahkannya selama dia menjadi sekretaris Grafa, seperti membuat kopi berulang kali, pulang larut malam, bahkan bisa sampai Mutia tidur di kantor. Bahkan malam Mutia yakini bahwa ia akan lembur lagi.

"Mutia, tolong temani saya di sini" ucap Grafa sedikit nyaring.

Dengan sedikit lesu, Mutia berjalan sambil menjingjing laptop.

"Pak, pekerjaan saya kan cuma sekretaris. Bukan satpam yang harus menemani bapak 1 kali 24 jam"

"Kamu ngelawan saya?" Grafa berucap dengan nada meninggi.

"Eh" gagap Mutia bingung, " tidak pak. Saya kan cuma bertanya, bukan ngelawan bapak" Mutia tersenyum kecut.

"Tapi tadi itu apa, bukannya pernyataan"

"Loh? Bapak tau dari mana klo itu pernyataan? Emang ada tanda tanya nya?. Tidak kan. Berarti bapak salah" Mutia berucap dengan sedikit menahan tawa.

Skak mat, Grafa tidak bisa menjawab apa-apa. Dengan sedikit melengos, Grafa menyerahkan flashdisk pada Mutia. Mutia yang bingung hanya mengerutkan dahinya.

"Itu bahan persentase kita. Pelajari dengan betul-betul, saya ingin kamu yang presentasikan untuk kerja sama dengan perusahan Dessos. Awas saya tidak mau cacat, bahkan sedikitpun"

Mutia terkejut tidak tertahankan, dia yang baru satu minggu bekerja harus maju, apalagi mengajukan kerja sama dengan perusahaan lain. Bagaimana nanti jika dia tidak berhasil? Pasti kerugian yang di dapatkan perusahaan Grafa.

"T-ttapi pak" gugu Mutia.

"Tidak ada tapi-tapian. Cepat kerjakan. Sekarang" ujar Grafa dengan menekan setiap kata-kata.

Mutia yang malas berdebat akhirnya memilih diam, walaupun dia melawan pasti Grafa yang akan menang karna Grafa kepala batu, dengan gerakan loyo ia membuka laptop yang sudah ia tutup tadi. Akhirnya Mutia sibuk mempelajari bahan persentase hingga tak melihat bahwa waktu semakin larut.

Matanya hampir terpejam, sesekali mendongak dan menggeleng-gelengkan kepala untuk menghilangkan kantuk yang melanda. Hingga akhirnya matanya tidak kuat menahan, dengan perlahan matanya terpejam di atas meja dengan tangan yang menjadi bantal.

"Selamat tidur sayang."

Bisik seseorang lalu mengelus pelan rambut Mutia, sesekali mengambil anak rambut yang menutupi wajah cantik Mutia. Dengan penuh kasih sayang, ia mengecup kening Mutia.

Yang menghantarkan Mutia ke mimpi indahnya.

***

Dengan terpogoh-pogoh Mutia berjalan cepat, di atas tangannya terdapat tumpukan kertas yang menghalangi pandangannya. Membuatnya kesusahan untuk melihat. Kertas yang di bawa ini untuk persiapan persentasi untuk mengajukan kerja sama dengan perusahaan Dessos, perusahaan baru yang cukup terkenal.

Setelah melewati pintu Lift, Mutia berdecak lega. Tangannya dengan bebas membanting tumpukan kertas yang menghalangi pandangannya. Di lihat Bosnya dengan tatapan sinis, lelaki mana menyuruh perempuan membawa tumpukan kertas seberat ini, dasar runtuk Mutia dalam hati. Tadi malam, ia bermimpi bahwa Grafa mengecup keningnya bahkan mengucapkan selamat malam padanya, ini mimpi terindah yang pernah di alaminya selama ini.
Ketika pintu lift terbuka, dengan susah payah Mutia mengambil kembali kertas yang berserakan karena ia banting tadi. Tingginya Kertas yang di bawa membuat menghalangi pandangan Mutia yang mengharuskan sesekali menoleh ke kanan atau ke kiri untuk memastikan Bos sialan tapi cinta berada di depannya.

Boy Idiot Is Mine!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang