Bab 14

4.5K 306 20
                                    


"Mutia, kamu nangis? " ucap Grafa khawatir seraya membawa Mutia ke pelukannya lagi, "sebenarnya apa isi kotak itu hingga membuat mu menangis?"

Dengan rasa penasaran, Kafio beranjak dan memungut kotak yang di buang oleh Mutia. Grafa yang menenangkan Mutia hanya menatap seraya mengangkat kepalanya seolah bertanya 'apa isi kotak tersebut?'.

Kafio bertahan beberapa saat seraya meneguk salivanya dengan susah, matanya terpaku menatap isi kotak 'hadiah' milik Mutia. Melihat reaksi Kafio membuat rasa penasaran Grafa semakin bertambah dengan mengelus rambut Mutia, akhirnya Grafa membuka mulutnya.

"Apa isi kotak tersebut?"

Pertanyaan dari Grafa membuat Kafio kembali dari lamunannya, dengan perlahan di tunjukan isi kotak yang berada di tangannya.

Sebuah boneka mirip bayi, dengan barbie berada di sana dengan keadaan yang cukup menakutkan, rambut tidak teratur, baju yang lepas, pisau kecil yang menancap pada perut boneka, manik bola mata boneka yang hampir lepas dan tetesan warna merah berada di mana-mana menyertai keduanya, di atasnya terdapat kertas ancaman yang bertuliskan 'Mutia, kamu akan MATI' membuat siapapun dapat bergidik ngeri melihatnya.

"Singkirkan itu Kafio. SEKARANG" ujar Grafa dengan penekanan, " Mutia phobya dengan banyak darah dan boneka barbie"

Mendengar hal tersebut membuat Kafio cepat berlari menyingkirkan benda yang di pegangnya.

Mendengar kata darah membuat tangis Mutia semakin menjadi, di peluknya Grafa layaknya oksigen yang di butuhkan. Merasakan ketakutan Mutia membuat perasaan Grafa semakin bersalah, hatinya menyalahkan keegoisannya.

"Persetan dengan rencanaku!!, cukup sudah!!. Aku tak akan meninggalkan mu, cukup sudah aku berpura-pura, ini sudah kelewat batas" ucap Grafa sedikit emosi, yang membuat Mutia berhenti menangis dan mendongak, menatap bingung Grafa atas apa yang di bicarakannya.

"Kau ingin tau sayang?" ucap Grafa melembut seraya mengelus kepala Mutia. Membuat rasa penasaran semakin menggrogoti Mutia, dengan pasti Mutia mengangukan kepalanya, meng-iya-kan pertanyaan dari Grafa.
"Aku berpura-pura tidak mengingatmu selama ini, untuk melindungimu sayangku."

Pupilnya membesar tidak percaya, seketika senyum mulai mengembang di wajah cantik Mutia. Hati Mutia bersorak ria, berpesta setelah lama berduka, hatinya sekarang terasa seperti musim semi sekarang, banyak bunga bermekaran di sana.

Akan tetapi senyumnya mulai memudar, di gantikan kerutan yang muncul pada dahi Mutia. Menandakan Mutia yang bingung sekaligus bahagia karena ucapan Grafa.

"Melindunginya? Melindungi dari apa?"

Hati Mutia berputar bingung, masalah apa yang mengharuskan Grafa untuk melindunginya?.

Kekehan kecil dari Grafa menyadarkan Mutia, di tangkupnya pipi mungil Mutia, hampir seluruh wajah Mutia tertutup karena tangan besar Grafa. Entah mana yang benar, wajah Mutia yang memang kemungilan atau tangan Grafa yang memang kebesaran.

"Dari seseorang sayangku..." ujar Grafa gemas," entah kenapa, wajahmu sekarang terlihat sangat menggemaskan."

Blushhh

Wajah Mutia seketika merah merona malu, kenapa pada saat seperti ini dia masih saja bisa merona karena ucapan Grafa?. Terdengar kekehan kecil Grafa yang membuat Mutia sontak memegang tangan di pipinya, dengan perlahan di elusnya tangan di pipinya.

Mutia masih tak percaya bahwa seseorang yang berada di depannya, memegang pipinya saat ini ialah Grafa, suaminya. Bahkan sekarang ia lupa tentang ancaman dan teror yang terjadi barusan. Sekarang ia sangat bahagia, bahkan melebihi ketika mendengar bahwa ia lulus dengan nilai terbaik di kampusnya.

Boy Idiot Is Mine!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang