Puan, sesungguhnya rindu tak mengenal batas maupun balas. Sebab rindu hanya mengenal kamu. - Septian.
Namanya April, Septian mengenalnya saat April beberapa kali mengunjungi kedai kopi miliknya sekiranya pukul 9 sampai entah April akan duduk di meja nomor 6, memesan kopi arabika dengan tambahan gula, ditemani laptop dan buku agendanya dan yang tak lupa adalah April selalu ditemani kesepian dengan raut murung di wajahnya. Ya, sekiranya itulah yang tiga bulan ini selalu diperhatikan oleh Septian.
Septian sungguh tidak menutup matanya, ia terus memerhatikan April setiap hari sampai suatu hari ia memupuk keberanian untuk mendekati April, hanya untuk mengetahui namanya tak masalah bukan? Pikirnya dulu, namun dari situ justeru Septian seolah tertarik ke dalam ingatan yang isinya hanya April, April dan April, hingga sekarang. Semakin mengenal April, Septian semakin ingin mengurung April di dalam ingatannya.
"Sudah habis, ya?" tanya Septian pada April saat kembang api itu semakin jarang terlihat di langit.
"Tunggu sampai tahun depan, dan seterusnya seperti itu, bukan?" balas April yang memalingkan pandangan matanya dari tatapan Septian.
Wajah April memang tidak begitu cantik, ah tidak, April cantik hanya saja kadar kecantikannya lebih sedikit ketimbang kadar kemanisan yang ia miliki dan tak jarang membuat orang yang sengaja atau tidak sengaja melihatnya akan menoleh untuk kedua kalinya.
"Kenapa?" Septian berusaha mencari celah untuk bisa menatap April.
"Sebab, keindahan akan didapatkan setelah penantian yang panjang."
Ah! Tepat, April mengangkat wajahnya dan Septian bisa melihat bulatan mata cokelat yang April miliki.
"Sebenarnya kamu bisa menciptakan keindahan itu sendiri tanpa perlu menanti terlalu lama." kata Septian dengan senyum mengembang di bibirnya.
"Seperti?" April menaikkan sebelah alisnya menatap Septian heran.
"Tahu apa yang lebih indah dari melihat kembang api?"
April menggeleng sedangkan Septian menyunggingkan senyumnya dan tatapan yang diberikan Septian entah mengapa rasanya seperti menghangatkan hati April.
"Melihat kembang api di matamu,"
April masih menatap Septian bingung.
"Cerminan dari kebahagiaan yang kamu pancarkan lebih indah dari kembang api, April."
Tetiba April menarik senyum di bibirnya.
"Kekalkan saja seperti ini, saya suka kamu yang banyak senyum." ucap Septian yang semakin mengeratkan peganggan tangannya pada April.
Septian menatap April, senyum yang ia tunjukkan tadi sudah memudar.
Ah, rupanya masih mendung, mungkin lain kali, desis Septian dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
April To September
ChickLitKata orang, menghapal lebih sulit daripada melupakan? Namun, Mengapa kamu membuatnya menjadi terbalik?