Juni, 2

348 32 0
                                    

Hatimu serupa warna, ialah abu dan kuning yang datang bersamaan. - April.

Tidak ada apa-apa.

Sedari tadi April mengucapkan kalimat itu berkali-kali. Dan berusaha membenarkan jika memang tidak terjadi apa-apa. Pelukan seorang wanita di pinggang Septian tidak lah ada artinya dan perasaan sedih di hatinya tidak ada maksud apa-apa.

Semua, murni. Tidak ada apa-apa.

Tapi, kalau tidak ada apa-apa, lantas mengapa April langsung berlarian keluar kafe saat melihat itu semua? Dan lebih memilih duduk di bangku taman seorang diri? Bukankah seharusnya ia tak perlu seperti itu?

"Saya tahu kamu di sini."

April mengangkat wajahnya yang tadi ia tundukkan. Ia tahu, pemilik suara itu. Septian.

"Jakarta sempit banget ya?" tanya April sambil terkekeh pada Septian.

"Kamu ke mana aja April?" Septian bertanya dengan mata teduh yang menatap April.

"Pulang ke rumah. Tapi, ternyata ada yang tertinggal."

Septian kini menatap April dengan bingung.

"Alva, lagi?"

April tersenyum menatap Septian, memangnya semua tidak jelas? Jika sebenarnya kini bukan lagi tentang Alva melainkan tentang dirinya.

Septian menggenggam tangan April erat. Tatapannya kini fokus ke kedua bola mata April.

"April. Jika saya bisa, dari dulu pun akan saya katakan." katanya yang bergantian dan membuat April bingung.

"Apa?"

"Saya lupa sejak kapan pastinya. Tapi saya betul-betul bisa memastikan jika saya benar-benar cinta sama kamu."

Apa? April kaget. Selama ini dia memang tidak menutup mata, hal-hal yang dilakukan Septian memang menunjukkan jika laki-laki memiliki rasa yang lebih.

"Tapi kamu sudah mengatakannya sekarang." kata April.

"Iya, terima kasih sudah membuat saya mengatakan hal itu."

"Lantas?" tanya April sambil menatap Septian dengan wajah yang tak bisa ditebak.

Sejujurnya, sebagai wanita normal tentu saja hati April sangat senang setelah mengetahui jika Septian memilik perasaan lebih padanya tapi sebagai wanita yang sedang rapuh hatinya karena sakitnya masa lalunya membuat April meragu jika perasaan yang dimiliki mereka saat ini hanyalah sementara.

"Bisakah kita seperti ini saja?"

April menarik napasnya dan dengan perlahan-lahan dia melepaskan tangan Septian dari tangannya. April tersenyum tipis, kali-kali itu bisa menutupi perasaannya yang sedang meradang.

•••

Yaaakk, maksud Septian apaan sih bilang gitu ya?

Btw, selamat berpuasa👍😆
Semangat ya💪 7jam lagi wkwk.

Minds.

April To SeptemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang