April, 27

453 46 2
                                    

Saya berdebat dengan dedaunan, tentang siapa yang paling ikhlas, dia atau perasaan milik saya. - Septian.

Malam itu Septian mengantar April pulang ke rumah setelah perbincangan panjang tentang seseorang yang berada di masa lalu April.

Kehilangan, masa lalu dan kenangan. Setiap dari kita pun pasti pernah berada di fase itu, kehilangan entah dalam apapun bentuknya akan tetap menjadikannya sebuah masa lalu dan kenangan ada untuk mengingatkan kita bagaimana caranya menghargai sesuatu yang dahulu pernah hilang.

Tapi, Septian pikir ada satu hal yang kurang. Yaitu, merelakan.

Sebab seperti kata kebanyakan orang, yang lalu biarlah berlalu berganti dengan sesuatu yang baru yang lebih baik.

Dan, Septian mengambil kesimpulan jika sebetulnya April masih belum merelakan masa lalunya. Atau mungkin saja April belum mampu untuk itu, April masih butuh waktu namun jika semuanya butuh waktu, sampai kapan perasaan Septian sudi dibalas olehnya?

"Just sit, just stay don't leave. I need you."

Kata-kata April masih terngiang di telinga Septian. Septian meremas rambutnya kasar, mengapa rasanya sakit juga saat mengetahui jika perasaan April tak baik-baik saja?

I need you, Septian mengulang kata-kata itu sambil tersenyum tipis. April membutuhkannya itu artinya April menganggap kehadirannya.

Septian membuka pesan di ponselnya, satu nama cantik yang dinanti-nantinya tertera di sana.

April.

April : Coffee break?

Septian menarik bibirnya hingga lengsung pipi di kanan kirinya terlihat sangat jelas, tanpa menunggu lama Septian membalas pesan April.

Septian : Anytime for u :)

Septian ingin menutup ponselnya namun notifikasi dari pesan membatalkan inginnya.

April : saya ke sana ya, wait :)

April membalasnya dengan emotikon senyum yang entah mengapa juga membuat Septian tersenyum melihatnya.

Seperti biasa saat menunggu April, Septian akan duduk di meja bernomor 6 dengan dua gelas kopi arabika yang terlebih dahulu dibuatkannya untuk April.

Satu, dua, tiga, empat, lima. Septian menanti April dengan sabar ditemani alunan musik Banda Neira yang sedang dimainkan oleh penyanyi kafe ini. Sampai Jadi Debu, judulnya.

Selamanya

Sampai kita tua

Sampai jadi debu,

Ku di liang yang satu, ku di sebelahmu.

Fokus Septian beralih, kembali membuka ponselnya karena notifikasi dari pesan kembali ada.

Dari April.

April : Septian, maaf banget, ngopinya lain kali ya saya lagi makan siang sama Alva nih tadi dia ke kantor saya.

Ya April, saya paham.

April To SeptemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang